Size 35: The Black Eyes

886 216 5
                                    

Hai, manusia halu! Paboss lagi adain open member grup chat whatsapp di instagram @paskha.id tolong cek dan ikuti rules nya buat masuk grup yaaaay!

id tolong cek dan ikuti rules nya buat masuk grup yaaaay!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada paboss di grup itu, paboss tunggu yapp!♥️

Follow instagram:
@alskarta
@aldirytm
@paskha.id
@neon.alskr

Happy reading paskha!

Happy reading paskha!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~oOo~

Vano mendekatkan ponsel ke mulut, gereget mendengarnya. "Lha iya kenapa? Bolpoinnya siapa? Hm?"

Lelaki fiksi itu membalas, "Dugaan Alas bener, tulisan yang ada di bolpoin ini .... Made in Factory."

"Bolpoinnya berasal dari negeri Factoria. Itu berarti negara tetangga beneran datang ke sini," imbuhnya yang membuat mereka melebarkan mata tak percaya.

"Bawa bukti itu ke rumah Akhan sekarang. Gue tunggu," balas Vano langsung. Ia mengatur tubuhnya yang sedikit bergetar serta jantung yang berdebar.

Baru saja telepon dimatikan, ada panggilan masuk lagi. Kali ini yang memanggil adalah lelaki fiksi yang rumahnya akan mereka datangi.

"Heh, lo pada ada di mana? Motor gue diparkir di luar nggak ada orang." Akhanta menyeru. Ia berada di teras rumah, sedangkan Liona sengaja ia suruh masuk ke kamar milik Arevo.

"Gue di luar, sekarang mau ke sana," balas Vano. Sebenarnya waktu Akhanta di depan rumah tadi seharusnya bisa melihat mereka dari situ karena jaraknya tak terlalu jauh, tetapi mungkin karena tubuh mereka tertutup oleh batang pohon.

"Las, pala gue bener-bener mau mledug," sambat Vano dengan mengacak rambut.

"Liona bukan cewek portal yang lo liat kemarin, trus bolpoin yang jadi barang bukti ada tulisan Made in Factory, jadi ... portal itu berasal dari negeri Factory, kan?"

"Logikanya gitu," balas Alastra yang sekarang tengah mengusap dagu.

Tiba-tiba datang seorang lelaki bertubuh tinggi yang berjalan ke mereka dari arah belakang. Hendak menguping pembicaraan.

The DimensionsWhere stories live. Discover now