Chapter 9

575 70 11
                                    





"Pa. Mau kemana?" Tanya sang anak heran.

Pagi-pagi buta, Madara sudah rapi dengan setelan jas yang elegan. Bapak tua itu melihat jam dinding. Hm, masih jam tujuh pagi.

Madara langsung menjawab pertanyaan Itachi, "Papa harus berangkat sekarang."

Sasuke yang sedang sarapan karena hendak pergi ke sekolah, menatap Madara heran. "Gak sarapan dulu Pa?" Tanyanya setelah mengunyah roti.

"Iya Pa." Dukung Shisui menyahut, "Masih pagi Pa. Sarapan dulu. Kenapa sih buru-buru amat?"

Madara menggaruk kepala belakangnya dengan jari-jari besarnya, "Papa ada urusan."

Itachi yang sedang sarapan langsung berdiri, menuangkan susu yang masih hangat ke dalam gelas untuk sang ayah tercinta. Lelaki itu kemudian menyerahkannya pada Madara. "Minum susu aja Pa."

Madara menerimanya kemudian menepuk-nepuk kepala Itachi penuh kasih, "Terima kasih Nak." Ia lalu meneguknya hingga habis.

"Pa." Panggil Sasuke cemberut, "Minta duit dong. Duit ku habis total Pa. Kemarin terpaksa ngutang uang jajan di kantin sekolah. Terus tas sekolah ku kena sarang lebah, terpaksa aku pake Tote bag dua ke sekolah." Jelasnya, berharap Madara memberinya uang jajan

Shisui ingin tertawa tapi kasihan juga Sasuke. Sedangkan Itachi menatap adik kandungnya dengan sendu.

"Kok bisa kena sarang lebah?" Madara malah bertanya. "Kamu apain tas mu kok sampai pakai Tote bag dua ke sekolah?"

Sasuke nampak kebingungan, wajah Madara menatapnya mengintimidasi. "Pokoknya ada Pa.." Jawabnya merahasiakan.

Madara terus menatap, membuat Sasuke merinding lalu terpaksa harus menjawab sejujurnya, "Pas di sekolah, aku sama Naruto mau ngambil buah mangga tapi gara-gara Naruto.. yang jatuh bukan buahnya."

"Sarang lebah maksud kamu?" Tanya Madara tegas. "Kenapa tas kamu yang dijadiin wadah, Sasuke?"

Sasuke terdiam dengan ekspresi polos seakan nggak ada dosa, "Maaf pa... Habisnya kelaparan. Kan ada ga ada duit." Balasnya beralasan.

"Ck." Madara berdecak, "Papa tetap tidak akan memberimu uang sampai minggu depan. Itu kesalahan mu sendiri."

Madara lalu menatap kedua anaknya, Itachi dan Shisui. "Mana Obito? Belum bangun?"

"Udah berangkat Pa." Jawab Itachi seadanya.

"Tapi pas mau berangkat ngomel-ngomel berantem di telpon, gak tau sama siapa." Tambah Sasuke jujur. Tapi dari sorot matanya berharap Madara melakukan sesuatu.

"Gak niat kuliah." Timpal Madara mulai emosi, "Buang-buang duit. Mending Papa kawinin supaya ada yang ngurus."

Sasuke menepuk tangannya sekali dengan girang, "Iya! Bener tuh Pa!"

"Oh, ya. Itachi, Shisui. Jangan terlambat ke kuliahan. Katanya kalian berdua ada jadwal pagi ya? Jangan sampai terlambat." Ucap Madara datar pada anaknya yang baru saja menjadi maba di Universitas Konoha.

"Siap Pa." Jawab keduanya serempak.

_____

Mei sudah bersiap-siap dan tinggal berangkat ke kantor. Mei melangkahkan kakinya keluar dari gang itu menuju ke jalan raya.

Baru saja sampai didepan gang, Mei tercengang dengan pemandangan di depannya ini.

Di depan minimarket di dekat rumahnya sudah terparkir mobil sedan hitam yang sangat tidak asing baginya lagi. Terlebih sosok yang terpampang setelah kaca jendela mobil itu terbuka, sungguh tidak asing lagi siapa dia.

MY DADDY { MADARA }Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora