Chapter 34 (Special Chapter)

336 48 60
                                    








Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Orang-orang berlalu-lalang menuju pintu keluar gedung pernikahan. Begitupun dengan Hashirama dan Mito yang lebih awal pergi dari tempat ini duluan. Tapi, tidak dengan Madara. Ia memilih untuk menunggu saja dari pada berdesak-desakan dengan orang-orang. Mei pun, ikut menunggu.

Mei menyernyit saat melihat pria disebelahnya terus-menerus menuangkan wine kedalam gelasnya. Meneguknya beberapa kali. Apa yang membuat pria ini minum banyak? Aneh sekali. Sebelum naik ke atas panggung, Madara terlihat baik-baik saja.

"Hey, kau menghabiskan setengah botol. Apa yang kau pikirkan?"

Suara Mei membuat pria itu menolehkan kepalanya pada Mei. Tak ada ekspresi dan Madara hanya diam saja membuat Mei bergidik.

"Kau... Jangan minum terlalu banyak. Kau tidak bisa menyetir nantinya dan kau akan membuat nyawa kita semua melayang," Gerutu Mei masih mengawasi pria itu.

Bukannya membalas perkataan Mei, pria itu mengeluarkan suaranya tetapi yang didengar oleh indera pendengaran Mei sama sekali tidak membuatnya percaya.

"Menikah.." Madara bergumam, "Aku menginginkannya tapi, itu mustahil."

Mei terkejut. Ia menatap pria itu dan tak berkata apapun. Apa Madara galau karena mendapat buket bunga dari pengantin? Bukankah itu pertanda bagus? Kenapa pria itu malah terlihat seperti orang stress? Sungguh Mei masih tak mengerti apa yang dipikirkan oleh pria itu.

"Aku takut, Mei—"

Mei merasa gelisah saat Madara semakin menjadi-jadi. Ia meletakkan tangannya di pipi pria itu untuk menyadarkan Madara. Namun tak ada perubahan yang terjadi.

"Madara, kau mabuk. Kau baik-baik saja?" Tanya Mei khawatir. Bukannya menjawab, pria itu meneguk sekali lagi wine-nya. "Apa yang kau takutkan?" Tanya Mei merasa aneh. "Kau bicara tidak jelas."

Terpaksa Mei harus menjauhkan gelas dan botol tersebut dari jangkauan pria itu.

"Aku tidak bisa melindungi orang yang kusayang. Adikku, orang yang paling kucintai meninggal karena diriku."

Mei tak bisa berkata-kata. Ekspresinya pun juga terkejut.

"Aku takut tidak bisa melindungi orang-orang yang kucintai. Aku benar-benar tidak berguna,"

Mendengar jawaban pria itu membuat Mei membulat tak percaya. Ada apa dengan Madara?

Madara, si CEO perusahaan Uchiha yang angkuh adalah seorang yang tidak berguna? Kau pasti sedang bergurau. Gerutu Mei dalam hati.

"Kau bercanda?"

Seulas senyum samar mengambang di bibir pria itu menanggapi komentar Mei. "Sayangnya… si angkuh itu tak sesempurna yang disangka orang," Ujarnya dengan nada yang entah mengapa terdengar getir di telinga Mei.

Madara membuang pandangnya pada kerumunan orang di seberang ruangan. "Karena memang tak ada seorang manusia pun yang sempurna, bukan?"

Tak tahu harus menanggapi apa, Mei hanya dapat memandangi Madara dengan penasaran. Uchiha Madara yang dikenalnya bukanlah jenis orang yang senang merendah. Ia sangat percaya diri dengan kemampuannya, bahkan terkesan arogan.

"Selama kepergian keluarga ku, hidupku terasa hampa. Harta bergelimang ini pun tidak ada gunanya." Madara kembali menatap Mei. Ada kelembutan yang tak dapat dijelaskan dalam sorot matanya saat ia berkata, "Kemudian, aku mengadopsi mereka. Mereka berempat menyayangiku walaupun kau tahu sikap mereka. Tapi, ku rasa.. itu yang membuat hubungan kami semakin erat."

"Aku semakin menyayangi mereka dan aku tidak akan membiarkan siapapun mengusik kebahagiaannya."

Mei tersentuh dengan perkataan Madara. Melihat dari cara bicaranya, Madara tak sepenuhnya dipengaruhi alkohol. Dia masih sadar.

MY DADDY { MADARA }Where stories live. Discover now