Chapter 25

303 50 52
                                    






Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Keempat pemuda Uchiha itu bersyukur tatkala melihat sang ayah sudah siuman dan keempatnya duduk di depan kamar Madara yang terdapat sofa. Meninggalkan Mei yang menemani sang ayah didalam.

"Shis," Panggil Itachi, "Udah panggil dokter belum?" Tanyanya heran. Setengah jam yang lalu, ia menyuruh kakaknya itu untuk menghubungi dokter tapi dokter tersebut belum datang.

"Jadi gini, Chi, To, Sas. Dokter yang biasa Papa panggil lagi sibuk banget karena banyak orang di tempat praktiknya. Kayaknya dia nggak bisa dateng deh."

Obito berdecak, "Terus gimana dong? Papa dibawa ke rumah sakit aja apa gimana?"

"Shis, di internet itu kan banyak situs. Coba aja hubungi dokter lewat internet. Kali aja bisa kan."

Mereka berempat saling bertatapan sejenak sampai akhirnya Shisui meraih handphone nya. Shisui melakukan apa yang Sasuke minta dan senyum pria itu mengembang saat dilihatnya, dokter dari sebuah situs di internet bisa datang ke rumahnya malam ini.

"Bagus deh. Tinggal nunggu aja." Ucap Itachi santai.

"To," Panggil Sasuke heran menatap Obito yang malah berdiri entah akan kemana, "Mau kemana?"

"Gua mau buat kopi. Siap-siap begadang, mau tidur di kamarnya Papa." Maksudnya itu, dia mau jagain sang ayah yang lagi sakit. Kalau Madara udah dirasa tidur nyenyak, dia bakalan ikut tidur disebelahnya. Nggak mungkin kan, kalau Tante Mei yang jagain? Toh, Mei pasti pulang nanti.

"Lu yakin mau tidur di kamarnya Papa?" Tanya Itachi heran. Obito tak kalah herannya mendapat pertanyaan dari adiknya.

"Emang kenapa?"

"Lu ini gimana sih To." Sahut Itachi.  "Lu kan kalo tidur, mencak sana, mencak sini. Papa bukannya merasa terjaga, malah makin sakit kena tendangan lu. Apalagi suka ngigau-ngigau gak jelas."

Dahi Obito mengerut. Ya emang bener sih yang dikatakan Itachi kalau dia tidur suka mencak sana-sini dan ngigau. Tapi Itachi harusnya sadar diri lah. "Lu juga suka ngigau kok." Sahut Obito.

"Nggak ah, masa iya?" Tanya Itachi tak menyadari.

"Udahlah, nggak usah dibahas. Ya kalau nggak gitu, gua tidur aja di sofa kamar Papa. Kok ribet." Jawab Obito.

Itachi menyandarkan punggungnya sejenak lalu bernafas berat. "Yaudah, terserah."

Obito melangkahkan kakinya menuruni tangga dan menuju dapur. Sesampainya di dapur, pria itu mengambil cangkir. Namun saat hendak mengambil gula, Obito merasa handphone di saku celananya bergetar.

Setelah melihat siapa yang menelpon, dengan semangat Obito langsung mengangkatnya. "Halo sayang!"

Terdengar suara tawa kecil dari sebrang membuat Obito gemas. "Kok belum tidur? Kangen ya?"

"Ah, Obito.. kamu ada-ada aja deh. Aku mau nyampein pesan dari Ayah, katanya kamu besok diajak sarapan sama Ayah disini kalo bisa."

"Serius kamu?" Onyx Obito berbinar-binar, merasa dapet lampu hijau. "Bisa, bisa lah sayang!"

"Kamu kok belum tidur To?"

Ucapan Rin membuat Obito mendadak sedih kembali. Dengan mata menerawang, pria itu mulai menuangkan air panas ke dalam cangkir. "Belum, Rin. Aku nggak bisa tidur kalo Papa aku lagi sakit."

Terdengar suara pekikan Rin terkejut dari sebrang. "Papa kamu sakit apa To?"

"Badannya panas, ada mualnya. Tapi kita udah manggil dokter dan dokternya lagi dalam perjalanan."

MY DADDY { MADARA }Where stories live. Discover now