Chapter 29

309 44 58
                                    







Waktu menunjukkan pukul delapan lewat sepuluh puluh menit. Tak perlu waktu lama untuk mereka agar bisa sampai ke rumah. Mereka tahu, dokter tersebut tidak bisa dibiarkan. Jika dibiarkan, semakin banyak orang yang ditipu olehnya, lebih-lebih lagi pasien yang sakit bisa makin parah.

Akhirnya mereka bertiga tahu apa yang Obito pikirkan.

Tanpa banyak berpikir lagi, Sasuke berlari menuju kamar Madara untuk mengambil obat penawar racun yang masih tersimpan di sana. Shisui juga yang memegang copy resep dari Danzo pun mengumpulkannya jadi satu dengan obat tersebut.

Sekarang mereka berenam duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangannya. Mungkin dua barang itu bisa menjadi barang bukti yang berguna nantinya. Sementara Shisui akan melapor situs web yang sempat menjadi sarang penipuan.  Lebih tepatnya, sarang dokter gadungan. Banyak nama dokter yang terdaftar di sana.

"Bagus. Tinggal nunggu dia dateng," Itachi melipat kedua tangannya. Punggungnya ia sandarkan pada kursi.

Nafas Sasuke memburu, kayaknya dia nggak sabar ingin menonjok wajah Danzo sebelum Danzo dilaporkan ke pihak berwajib. Supaya puas gitu maksudnya.

Tok-tok..

Keempatnya sempat tersentak. Mereka berdiri dengan cepat, lebih-lebih Sasuke yang berlari dan membuka pintu dengan tergesa-gesa.

Kedua onyx pria raven itu menangkap wajah keriput dan kendor milik Danzo. Tak lupa, badan lemahnya terbalut jas putih layaknya dokter membuat emosi Sasuke memuncak dan tidak dapat ditahan lagi.

Pria bernama Danzo itu bingung dan detik selanjutnya satu mata hitamnya menangkap kepalan tangan pemuda berambut emo itu menuju wajahnya.

Sasuke hendak meninjunya. Namun tiba-tiba saja tangannya terhalang oleh tangan besar disebelahnya.

"Lo ngapain nge-halangin gua buat nonjok bajingan ini?!" Tanya Sasuke emosi. Memelototkan matanya tak percaya.

"Gua tau dia udah keterlaluan." Sebenarnya Itachi khawatir, Danzo bakal lapor balik jika Sasuke meninjunya. Dengan alasan tindak kekerasan.

Onyx Sasuke menatap geram Danzo dihadapannya. "DIA KETERLALUAN! GIMANA JADINYA KALAU PAPA TIDAK BISA DISELAMATKAN?!"

Pria raven itu bertambah emosi, ia melepaskan tangannya dan hendak meninju Danzo lagi tapi sayangnya lagi-lagi terhalang oleh Itachi. "Anjing."

"Sas, lo dengerin gua." Itachi terpaksa harus menenangkan Sasuke yang udah emosi. Itachi sendiri emang geram melihat wajah kendor didepannya. Tapi ia harus menahannya, sungguh.


















My Daddy Madara



















"Syukurlah besok kau boleh pulang Madara."

Mei tersenyum disela-sela aktivitas makannya. Kedua manik hijaunya menatap pria didepannya dengan lembut. Sementara tangannya sibuk memegang sendok.

"Berarti besok aku langsung bisa ke kantor." Sahut Madara memperhatikan gerak-gerik Mei

"Ck." Mei berdecak. Tangannya yang hendak menyuapi makanan ke mulut sang bos batal, ia malah meremat sendok plastik itu. "Kau tidak akan ke kantor besok," Ucap Mei menolak.

Madara tersenyum melihat ekspresi Mei.  Lucu sekali tanggapan wanita ini. Ia melarang dirinya untuk pergi ke kantor?

"Apa masalahmu?" Sahut Madara. "Aku akan ke kantor."

MY DADDY { MADARA }Where stories live. Discover now