Chapter 26 (Special Chapter)

442 50 68
                                    







Madara tampak ragu dan gelisah, "Ini obat apa Shisui?"

"Kata dokternya sih, obat penangkal racun. Supaya racun dari serangganya hilang Pa."

"Nggak ah, Papa nggak mau minum. Seharusnya pas ada dokternya tadi, kita minta keterangan ke dia, identitasnya, dimana dokter itu kerja. Papa pokoknya nggak mau minum obat dari dokter nggak jelas."

"Tapi Shisui udah ngantri panjang di apotik loh Pa. Lagian Papa mau cepet sembuh kan?" Balasnya.

"Ya namanya orang sakit, mau cepet sembuh. Tapi, Papa merasa nggak yakin Shis. Kamu dapat tuh dokter dari mana?"

"Internet Pa."

Madara berdecak. "Pokoknya Papa nggak mau minum."

"Papa ini gimana sih? Dokternya mahal banget loh Pa." Jawab Shisui meninggikan nadanya, kesal. Memang, ia tadi yang membayar dokter tersebut menggunakan uangnya sendiri. Shisui tak menyesal samasekali melakukan hal terpuji tersebut. Tapi, yang membuatnya kesal adalah Madara tak mau minum obat.

"Berapa?" Tanya Madara.

"Dua setengah juta Pa. Makanya, Papa minum obatnya ya."

Madara membulat. Begitu juga dengan Mei, dan tiga anak Madara yang lain disana.

"Kok mahal banget sih Shis? Itu termasuk obatnya apa nggak?" Tanya Obito yang duduk di sofa.

"Obatnya beda To. Obatnya satu kapsul aja 50 ribu."

Obito tersentak, "Kok mahal?"

"Ya ga tau To. Ini dokternya ngasih resep dua puluh kapsul. Kali in aja."

"Satu juta dong." Jawab Sasuke dengan onyx membelalak, "Gilak, jadi totalnya tiga juta setengah?"

Itachi yang sedari tadi diam, kini menyahut. "Kok mahal banget ya. Orang dokter langganan Papa dipanggil ke rumah nggak nyampek satu juta. Tujuh ratus ribu doang."

"Yaudah Papa minum obatnya ya." Ucap Shisui lagi, menyerahkan sekapsul obat dan segelas air hangat tadi.

Madara yang pasrah, hanya berharap cepat sembuh agar ia bisa beraktivitas kembali ke kantor. Dengan sekali teguk, pria itu akhirnya meminum obatnya.

Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Mereka berinisiatif untuk tidur secepatnya termasuk Itachi yang sekarang sudah mengantar Mei ke kamar tamu. Obito tetap di kamar Madara, pria itu berbaring di sofa sementara Sasuke dan Shisui sudah melenggang ke luar dari kamar mewah tersebut.

Pria itu melirik Obito yang sedang terbaring di sofa sambil memainkan handphonenya. "To, jangan main handphone. Udah malem,"

Obito menoleh, "Papa tidur aja Pa. Kalo Papa udah tidur, Obito ikut tidur. Obito kan mau jagain Papa,"

Madara mendengus, tak menjawab. Pria itu mulai memejamkan matanya, namun kenapa matanya sulit terpejam, perutnya serasa sedikit melilit. Alhasil, Madara bergerak-gerak gelisah didalam selimutnya. Namun ia tetap berusaha untuk tidur.

Waktu menjelang jam setengah tiga pagi, Madara setengah tertidur dan kini perutnya seperti akan meledak. Tak dapat ia tahan lagi, pria itu melenggang ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Sementara onyxnya tadi sempat menangkap Obito yang tidur disofa dengan kaki mengangkang.

Sepuluh menit berlalu, pria itu akhirnya selesai dengan kegiatannya dan cuci tangan di wastafel. Namun saat hendak melangkah keluar, perutnya melilit lagi. Pria itu terpaksa harus masuk ke kamar mandi kembali.

Obito terbangun karena suara air yang mengalir dari dalam kamar mandi. Saat ditolehkannya kepalanya untuk melihat kasur, Madara tidak ada. Ayahnya sedang dikamar mandi, pikir Obito.

MY DADDY { MADARA }Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu