Chapter 28

367 54 64
                                    




Note.

Jangan kaget ya guys kalo semisal setiap chapter ada hal yang diluar ekspektasi kalian. Haha.

Happy Reading!









"Lu lama banget sih Chi," Gerutu Obito.

Itachi tak menjawab dan melengos pergi begitu saja melewati Obito dan Rin. Izumi jadi canggung dan tersenyum sekilas pada pasangan kekasih tersebut sebelum akhirnya berlari kecil untuk menyamai langkah Itachi.

"Wajahmu kok merah sayang?"

Rin bingung harus berkata apa. Sementara tangan Obito sudah mendarat di keningnya. "Kamu sakit apa gimana?"

Onyx Obito memperhatikan wajah wanitanya disampingnya. Nampak khawatir.

"Rin?"

Rin mengerjab. Beralih menatap Obito. "Aku nggak papa."

Obito bernafas lega, "Yaudah yuk, kita ke rumah sakit." Ucapnya menarik tangan Rin.

Saat wanita itu sudah masuk kedalam mobil, sepasang onyx Obito melirik Rin yang menggelengkan kepalanya sendiri entah kenapa. Obito heran, tapi tidak berniat untuk bertanya.

Sesampainya di parkiran rumah sakit, Obito memikirkan mobilnya di ujung parkiran yang sepi. Karena memang tempat itu yang kosong. Tempat lain sudah penuh.

"Kamu kenapa sayang?" Akhirnya Obito bersuara. Ia masih didalam mobil.

Rin bergerak gelisah. Obito menangkap rona merah yang belum juga hilang. Ini cewek kenapa sih?

"To," Rin menggigit bibir. "Aku mau dicium."

Obito kaget bukan main mendengar jawaban Rin. Shock tentu saja, mendengar jawaban yang samasekali tidak sampai dipikirkannya. Mendadak sesuatu mulai bangun dibawah sana membuatnya sedikit frustasi.

Ternyata sepolos apapun seorang laki-laki, naluri kelaki-lakiannya akan menuntun dirinya untuk memimpin. Obito keluar dari mobil dan membuka pintu sebelahnya. Tepat setelah Rin keluar dari mobil, punggungnya terasa nyeri akibat benturan kecil pada mobil dibelakangnya.

Obito mendorongnya sehingga Rin terhimpit oleh badan besarnya dan pria itu menciumnya dengan ganas. Bulu kuduk Rin meremang, ia meremas rambut jabrik Obito melampiaskan kenikmatan yang berasal dari bibirnya.

Beberapa kali Obito membuka mulutnya, melumat habis seluruh bibir wanitanya tanpa ampun. Bibir pria itu yang tebal kini terus membuat Rin kelimpungan.

Wanita itu merintih, ia tidak memprediksi bahwa Obito akan bertindak seliar ini. Gerakannya tergesa-gesa,

Hingga sesuatu membuat mereka terpaksa harus berhenti.

Dering telepon berbunyi....

Demi Tuhan! Siapakah yang tega merusak waktu kedua insan ini?

Nafas mereka sedikit terengah-engah. Obito sedikit menjauh dari tubuh wanitanya bersamaan dengan Rin yang susah payah meraih ponselnya, merapikan posisinya, dan menjawab telepon itu.

"A-ayah, kenapa?" Tanya Rin yang tidak bisa menyembunyikan gugup dalam suaranya.

"Kamu dimana? Kok belum pulang?"

Rin sedikit terengah-engah tak langsung menjawab membuat orang disebrang bertanya-tanya.

"Kamu kenapa sayang kok ngos-ngosan?"

Rin melirik Obito dengan rona merah di pipinya. "Nggak papa, Yah. Rin lagi sama Obito, dirumah sakit. Aku lega karena kondisi Papa-nya baik-baik aja."

Terdengar suara deheman dari sebrang. "Yasudah, kalau kamu mau pulang. Obito suruh anterin."

MY DADDY { MADARA }Where stories live. Discover now