Two

51.8K 3K 47
                                    

Kejadian setelah makan siang membuat Fifi terus bertanya dengan Ranika. Namun, seperti biasa Ranika hanya tersenyum ceria dan mengatakan semua baik-baik saja. Padahal yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya.

Kali ini Ranika pulang lebih awal−jam empat sore ia sudah pulang ke rumah. Dengan suasana hati yang masih digeluti perasaan tidak enak. Tidak membuat senyum merekah diwajah Ranika luntur begitu saja.

Hampir menempuh waktu 30 menit untuk sampai di rumah. Jalanan kali ini cukup ramai. Terlebih jam-jam yang biasanya beberapa tempat sudah memulangkan karyawannya. Mengetuk-ngetuk jari distir mobil yang ia pegang.

Ranika memikirkan akan masak apa untuk hidangan nanti malam. Hampir lima menit ia berkutat dengan pikirannya. Ranika mendapatkan ide.

"Kali ini aku mau bikin pasta, deh. Kali aja Mas Arka mau coba. Oke, Ranika semangat!" Ujar Ranika bersemangat sambil mengepalkan tangan.

Mobil Honda Jazz putih milik Ranika telah sampai di halaman rumah. Seperti biasa, satpam di rumah tersebut membukakan pintu. Dengan cepat Ranika turun dari mobil untuk mempersiapkan hidangan makan malam hari ini.

Setelah menghabiskan waktu 15 menit lamanya. Ranika sudah terlihat lebih segar. Tanpa menunggu lama, ia langsung menuju dapur. Disiapkannya berbagai bahan-bahan untuk membuat pasta. 

Butuh waktu 45 menit untuk Ranika menyiapkan hidangan yang akan disantap bersama suaminya.

Hidangan pasta untuk makan malam ini bersama suaminya telah siap. Sambil menyiapkan piring dan gelas yang akan digunakan. Terdengar suara mobil dari luar rumah. Ranika tersenyum lalu berlari menuju pintu.

Membukakan pintu untuk sang suami. Ranika nampak terkejut. Kemeja sang suami sedikit berantakan bahkan dasinya terlepas. Ia sedikit mencium bau alkohol dari tubuh sang suami

"Mas, kamu minum?" Tanya Ranika saat ia mencium bau pekat Alkohol dari tubuh suaminya.

Arka mengernyit. "Kenapa? Masalah?"

Ranika menghela nafas. "Sekarang kamu mending mandi, ya? Mumpung masih jam setengah delapan. Di kamar semua udah aku siapin. Habis itu makan, ya? Aku tungguin di meja makan."

"Makan saja, saya sudah makan."

Hendak langsung meninggalkan sang istri. Namun, tangannya dicekal oleh Ranika.

"Mas.., Kali ini aja kita makan berdua. Aku udah siapin menu buat makan malam," Pinta Ranika dengan lembut.

Arka menghempaskan tangan tersebut secara kasar. "SAYA SUDAH BILANG, MASIH KURANG JELAS?! SAYA PUSING. AWAS!"

Ranika tersentak. Arka mengamuk hanya perkara diajak makan bersama untuk malam ini. Jujur hati Ranika merasa sakit luar biasa atas penolakan sang suami. Menahan diri agar tidak menangis, Ranika tersenyum menghadapi laki-laki yang ada di depannya.

Sakit? Tentu. Siapa yang tidak sakit akan sebuah kata Penolakan?

"Oke, mas. Sekarang kamu ke kamar dan langsung bersih-bersih ya? Habis itu kamu tidur. Nanti kalau butuh apapun, kamu bisa panggil aku."

Arka langsung berlalu begitu saja tanpa memikirkan perasaan istrinya saat ini. Lagi dan lagi..., Penolakan dan perasaan sakit itu dirasakan oleh Ranika. Ingin menyerah? Tentu, tapi... Tidak semudah itu.

-oOo-

Keesokan harinya. Arka merasa sudah lebih segar. Ia sudah siap dengan kemeja serta jas yang membalut dirinya. Seperti biasa saat Arka bangun mesti sang istri sudah berada di dapur dan menyiapkan menu sarapan. Walau tidak pernah Arka sentuh sekalipun−hanya untuk mencicipi barang satu sendok saja tidak pernah.

ArkanikaWhere stories live. Discover now