Thirty Two

24.4K 1.3K 91
                                    

Helo! Ketemu lagi sama Arkanika! GImana puasanya kalian, lancar kan?
Semangat terus ya! Jangan kasih kendor semangat puasanya sampe lebaran. Oke?🖤🖤

Ihihih, biasa ya? Untuk next part harus sampai target ya? 420 VOTE dan 200 komen NEXT. Syukur-syukur bisa lebih. Misal komennya ngga sampe target gpp. Tapi, aku minta kalian untuk ramein yaahh cerita ini di komen🌼🥰

VIRALIN DAN REKOMENDASIIN CERITA INI YA! BAGIKAN CUPLIKAN PART FAVORITE KALIAN. BOLEH DITIKTIK ATAU DI INSTAGRAM

HAPPY READING

🦋🦋🦋

Ranika mengerjabkan matanya perlahan. Menyesuaikan dirinya saat ia bisa membuka matanya secara sempurna. Mata melirik jam dinding yang tertempel di atas sana. Ternyata sudah menunjukkan pukul 05.15 pagi. Menoleh kesamping kanan. Dirinya tersenyum hangat.

Suaminya ada di pinggir kasur dan Alden berada di tengah keduanya. Penampakkan setiap pagi yang begitu Ranika sukai. Sambil mengelus perlahan perutnya yang kian membuncit. Baik Alden maupun suaminya, masih dalam posisi terlelap damai dalam mimpi.

Perlahan dirinya bangkit dari kasur demi tidak mengganggu dua lelaki yang sedang damai dalam tidurnya. Tangan kanannya meraih gelas yang terletak di nakas dekat kasurnya. Meneguk habis air tersebut. Dirinya berjalan perlahan meninggalkan kamar dan menutup pintu secara perlahan.

Percayalah Ranika sangat menikmati masa-masa ini. Meski masa kehamilannya makin hari makin bertambah. Namun, tak mengurangi dirinya menikmati segala waktu yang ada. Bahkan, hampir setiap detiknya tak ingin ia lewatkan. Mencuci mukanya di washtafle dapur. Tangannya beralih menyentuh perutnya.

"Kalian tahu ngga? Bunda sekarang bahagia banget. Nanti saat kalian lahir dan tumbuh dewasa, selalu jadi alasan bunda untuk bahagia, ya? Kalian dan Alden adalah nafas bunda. Kalo ayah, ngga usah, deh. Nyebelin." Tutur Ranika bermonolog diselingi tawa ringan.

Ia membuka kulkas dan lemari makanan yang ada di dapurnya. Menyiapkan berbagai bumbu dan perlengkapan lainnya untuk sarapan Alden dan suaminya. Ranika benar-benar menikmati semua ini dengan rasa haru yang sulit ia jelaskan.

Dilain tempat. Arka mengucek matanya dan diikuti matanya yang perlahan terbuka. Butuh waktu 10 detik ia tersadar jika istrinya sudah tidak ada pada posisinya. Sebelum bangkit, ia mencium lembut pipi Alden. Kemudian ia beralih menuju kamar mandi di kamarnya untuk mencuci muka.

Satu menit ia membasuh mukanya. Segera ia pergi meninggalkan kamar ini. Saat pintu tertutup, ia bisa mendengar suara peralatan dapur yang saling beradu. Bahkan, aroma bumbu masakan pagi ini benar-benar membuat perutnya merasa harus diisi secepat mungkin.

Arka turun dari tangga dengan langkah kaki yang terbilang cukup tergesa-gesa. Sampai di dapur, ia bisa melihat istrinya tengah mengaduk nasi goreng. Betapa manisnya pemandangan pagi ini melihat Ranika tengah berkutat di dapur.

Langkah demi langkah kakinya mendekati Ranika. Lalu tangannya memeluk Ranika dari belakang. Tentu Ranika tersentak saat suaminya melakukan hal seperti ini.

"Astaga! Kamu bisa ngga jangan ngagetin, mas?"

Arka hanya menggeleng dan membenamkan wajahnya pada caruk leher Ranika. Ia menghirup aroma vanila yang selalu menjadi ciri khas dari seorang Ranika. Bulu kudu Ranika meremang saat suaminya sesekali menggigit perlahan lehernya.

"Jangan aneh-aneh, mas. Aku lagi masak!" Tegur Ranika galak.

"Galak amat,"

"Mas, awas, ih." Pinta Ranika kesal.

ArkanikaWhere stories live. Discover now