Thirty Five

20.2K 1.2K 39
                                    

hai! yeay! ketemu lagi sama Arkanika. ohoho kangen ngga? kangen dong hehe.

makasih ya buat kalian yang udah ngeramein part kemarin. part sekarang harus lebih rame ya oke? btw, nanti diakhir part ini tolong ya baca A/N ( Author Note ) oke?! karena ada hal penting yang mau aku sampein.

okedeh, untuk next part 450 vote ya? syukur-syukur bisa lebih. jangan jadi side reader ya? sempetin vote oke^^ ramein part ini dengan komen kalian!

HAPPY READING

🦋🦋🦋

Ada yang berbeda dari sosok Arka menurut Ranika hari ini. Biasanya pagi-pagi ada kecupan manis. Kini hanya ada sapaan hangat. Memang sepele, tapi hal ini membuat Ranika merasa beda. Entah memang terbiasa dengan sikap Arka yang selalu memberikan hal-hal manis atau memang sosok Arka berubah.

Seperti sekarang, sarapan hanya diisi suara dentingan sendok beradu dengan piring. Bahkan Arka lebih fokus dengan coletehan Alden, ketimbang memperhatika dirinya.

"Mas?" Panggil Ranika.

Ranika merasa aneh melihat Arka hanya menoleh dan tersenyum singkat. Biasanya saat Ranika memanggil pasti akan dijawab dengan lembut dan tentunya sapaan hangat. Ini hanya ada senyuman tipis. Segala pikiran mulai melanda benak Ranika.

"Mas, kamu kenapa, sih?" Tanya Ranika

Arka menoleh. "Kenapa apanya?"

Alden memilih diam saat memperhatikan kedua orang tuanya yang menunjukkan ekspresi tidak mengenakan. Bocah kecil ini memang selalu bisa mengerti keadaan.

"Kenapa jadi tanya balik, sih? Kamu aneh tahu ngga?!"

"Loh? Aneh? Kamu baperan banget,"

Ranika menganga mendengar respon suaminya. Pikirannya mulai melalang buana tentang sikap Arka yang berubah. Apakah dirinya ada salah atau ada hal yang membuat Arka terasa berbeda. Bahkan, intonasi suaranya terasa berbeda. Seperti saat dulu awal pernikahan. Oh, tidak, Ranika harus membuang pikiran tersebut jauh-jauh.

Ranika menghela nafas. "Oke, aku mungkin yang baperan. Kamu mau berangkat jam berapa, mas?"

"Sekarang,"

Setelah mengatakan itu, Arka mengajak Alden yang sedari tadi diam tanpa ekspresi. Menatap iba sang bunda yang kini tengah memberi tatapan sendu terhadap keduanya. Saat Arka ingin melangkahkan kakinya, Ranika mencekal tangan suaminya.

"Kamu ngga mau nyium aku dulu, mas? Biasanya kamu pamit dan ngasih cium ke aku?"

"Dih, manja,"

Ranika mengernyit. "Mas? Kamu kenapa, sih?!" Tanya Ranika kesal.

"Ran, aku mau berangkat. Tolong jangan bikin drama pagi-pagi."

"Ayah, bunda. Alden nanti telat," Sahut Alden.

Ranika memili mengalah dan memberikan senyum paksaan. Dalam hati ia merasa sakit melihat sikap Arka seolah-olah kembali ke masa lalunya.

"Yaudah, gih, berangkat sana kesayangaan bunda semuanya. Hati-hati ya sayang!"

Arka hanya menganggukan kepala tanpa membalas apapun yang dikatakan istrinya. Tangan kanannya menggandeng Alden dan pergi meninggalkan Ranika yang terdiam di meja makan. Ranika berusaha menahan diri untuk tidak menangis, namun kenyataannya ia menangis.

Pikirannya kacau pagi ini. Sikap Arka yang dulu ia benci, seperti kembali walau terkesan semu. Entah ini perasaannya atau memang Arka mengikari segala bentuk janji dan tindakannya selama ini.

ArkanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang