Thirty

33.9K 1.6K 58
                                    

Hai! Ketemu lagi sama Arkanika🥰

Maafya baru sempet update aku🥺. Masalahnya mulai sibuk dan padet. Aku usahain pokoknya ga akan untuk update seminggu. Paling lama 2-3hari. Mohon pengertiannya ya🥰

Ohya, buat kalian yang gagal ikut SNMPTN. Gapapa, ini bukan kegagalan. Tapi, langkah awal untuk kalian menjadi lebih baik😘

Untuk yang masih US dan ujian lainnya semangat ya!🥰😘

OKE RAMEIN PART INI YA! SYARAT UNTUK NEXT PART 415VOTE DAN 250 KOMEN NEXT😘🥰 SYUKUR-SYUKUR BISA LEBIH😘

VIRALIN DAN REKOMENDASIIN CERITA INI YA!😘🥰

HAPPY READING

🦋🦋🦋

Terhitung ini sudah hari ketiga mereka berada di puncak. Hari kedua benar-benar ketiga hanya menghabiskan waktu di villa. Dikarenakan Ranika mengalami mual, muntah-muntah hingga lemas. Kemarin benar-benar baik Arka maupun Alden dibuat takut sekaligus kasihan.

Karena, biasanya hal tersebut dialami Ranika malam hari. Namun, kemarin benar-benar full hampir seharian Ranika mengalami hal tersebut. Biasanya yang ceria mendadak lesu. Biasanya makanan apapun mendadak geleng-geleng dan nangis.

Mengingat peristiwa kemarin. Ranika yang tengah duduk sambil mengelus-elus rambut Alden yang tengah tertidur di pahanya. Benar-benar membuatnya merasa bahagia dan seperti mimpi yang tak pernah ada habisnya.

"Bunda, kok mukanya putih banget. Bibil bunda juga putih. Bunda sakit?" Tanya Alden.

Ranika yang tengah menahan mual dan lemasnya tersenyum mendengar rentetan penuturan Alden. Dirinya harus menahan mati-matian semuanya sampai mas Arka kembali ke villa.

"Bunda ngga papa sayang," Jawab Ranika lembut.

Alden memegang tangan Ranika dan terkejut.

"Bunda! Ini tangan bunda dingin banget. Bunda sakit? Kedinginan? Alden ambilin selimut dulu,"

Ranika yang hendak mencegah, sudah lebih dulu Alden berlari ke kamar mengambilkan selimut untuk dirinya. Meski sedang merasakan hal-hal yang tidak mengenakan, melihat sikap dan perlakuan Alden. Benar-benar membuatnya merasa senang dan bisa membayangkan jika nanti si kembar lahir.

Alden buru-buru lari menghampiri bundanya. Meski kesusahan dan beberapa kali hampir terjatuh. Ia tetap berusaha untuk membawa selimut besar itu sampai ke bundanya. Alden khawatir kala melihat Ranika mendadak lemas dan tak berdaya.

"Bunda, pakai selimut dulu, ya? Maaf Alden lama ambilnya. Susah bun, belat." Tutur Alden.

Ranika membuka matanya dan menoleh ke samping saat melihat Alden tengah kesusahan untuk menyelimuti dirinya.

"Sini sayang biar bunda pakai sendiri," Pinta Ranika.

"Ngga, Alden aja yang ma−"

"ASTAGA! RANIKA!" teriak Arka.

Betapa terkejutnya Arka melihat kondisi istrinya yang terduduk lema. Bahkan raut wajahnya sudah pucat. Belum lagi, melihat Alden yang berusaha untuk menyelimuti Ranika. Dua kantong plastik yang berisikan bubur untuk sarapan mereka, Arka letakan dengan asal.

"Alden, bunda kenapa?" Tanya Arka.

Alden menggeleng. "Nda tahu, ayah. Dali tadi Alden sama bunda duduk. Tapi, bunda begini."

Kini Arka beralih menatap istrinya. Tangannya mengelus lembut keringat yang muncul dikening istrinya. Arka paham betul, istrinya tengah menahan rasa mual-mualnya.

ArkanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang