Nineteen

37.6K 2K 233
                                    

Hai! Ketemu lagi sama Arkanika🥰
Makasi ya buat kalian yang udah nembusin komen+vote!🥰

Rekomendasiin ya cerita ini dan viralkan cerita ini🥰

Jangan jadi Side readers yaa!🦋

Cus ah ramei perbaris!🥰🥰

Cus ah ramei perbaris!🥰🥰

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦋🦋🦋

Mengingat kejadian kemarin. Ranika berdiri di balkon kamar apartemen sambil menikmati hembusan angin yang menerpa kulit putihnya. Beberapa kali ia menghela nafas, teringat jelas jawaban Arka kemarin.

"Sebelum kembali ke topik awal. Kenapa kamu kekeuh minta aku buat balik? Ini demi semuanya atau ada alasan lainnya, mas? Dan satu lagi, kamu udah nerima aku dan anak yang ada diperut aku?" Tanya Ranika berturut-turut.

Arka terdiam dan menatap sendu istri yang kini juga menatap dirinya. Ada sedikit keterkejutan perihal tatapan yang diberikan Arka kepada Ranika. Pertama kalinya Arka menatap sendu Ranika.

"Enggak bisa, kan kaー

"Bisa dengerin baik-baik, Ran?" Sela Arka dan tentunya diangguki oleh Ranika. "Maaf sebelumnya, hati saya masih belum bisa menerima kamu. Tapi, jauh dilubuk hati yang paling dalam. Saya bisa menerima anak yang ada di dalam kandungan kamu."

"Kamu yakin, mas?" tanya Ranika ragu-ragu.

Arka mengangguk. "Iya, Ran. Mungkin saat ini saya belum bisa menjadi suami yang baik untuk kamu. Tapi, saya nggak ingin gagal menjadi seorang ayah yang baik untuk darah daging saya. Memang saya salah dari awal nyakitin kamu."

Arka menghela nafas dan mengalihkan tatapannya.

"Tolong kamu jangan menjauhkan saya dengan anak saya. Bagaimanapun saya juga ingin mengetahui perkembangan anak yang ada diperut kamu." Lanjutnya.

Ranika terisak mendengarnya. Jujur ada rasa bahagia membuncah mendengar pertanyaan sang suami. Namun, hatinya tetap sakit mendengar hal lain yang manaー Arka belum bisa mencintai Ranika.

"Mungkin aku masih berjuang, mas, buat mendapatkan hati kamu." Jawab Ranika lirih, membuat Arka beralih menatap istrinya.

"Sekarang, jauh lebih penting untuk anak kita bisa merasakan kasih sayang dari kita berdua sebagai orang tua." Lanjut Ranika.

Arka tersenyum tipis. "Saya hanya berharap, Ran, jika nanti kedepannya saya tidak bisa mencintai kamu. Saya akan melepaskan kamu. Kamu berhak berbahagia atas apa yang kamu rasakan. Mungkin kedepannya saya bisa gagal menjadi suami kamu. Tapi, saya tidak ingin menjadi orang tua yang gagal."

Begitu lah kurang lebih ingatan mengenai yang dibicarakan oleh keduanya. Ranika tahu persis watak suaminnya yang begitu keras. Sebenarnya Arka mengajak kembali untuk tinggal bersama, akan tetapi Ranika menolak.

ArkanikaWhere stories live. Discover now