E M P A T

2.1K 307 5
                                    

.
.
.

Sorak-sorakan terdengar memekakan telinga. Kumpulan orang mengelilingi dua orang yang sedang saling mengadu tinju, seakan memberikan panggung untuk mereka.

Adu kekuatan antara Housen dan Suzuran memang sudah biasa terjadi, ini seperti tradisi dari turun temurun, namun bedanya sekarang yang akan berduel hanyalah sang ketua.

Acara tiga bulan sekali ini terjadi karena salah satu orang dari Suzuran melanggar perjanjian damai yang dibuat, sang legenda Genji Takiya.

Tidak bisa dipungkiri, kekuatan Suzuran memang hebat. Ketua yang disebut sebagai raja Suzuran bukan main-main, yang memimpin hanya orang yang dapat mengalahkan semua orang disana.

Seperti saat ini, Suzuran yang diketuai Lao lebih unggul daripada Housen yang diketuai oleh Sachio. Ini detik-detik terakhir saat Lao menjatuhkan Sachio yang sudah lemas, keduanya penuh dengan luka di sekujur tubuh.

(Name) menyengrit melihat pemandangan ini, pemandangan ini terasa mengerikan. Ia tidak ada di tengah-tengah kerumunan dibawah sana, ia memilih melihatnya dari jendela kelas, duduk sambil menopang dagu.

"Sudah berapa kali mereka dikalahkan?" Gumam (Name).

Matanya masih setia memandangi kegiatan dibawah sana, Yuken yang membantu Sachio berdiri dan Lao yang sedang bernafas terengah-engah.

Lao, lelaki tinggi nan besar itu mengingatkannya kepada seseorang, bukan orang dekat hanya sekedar pernah lihat sekilas saat ia masih kecil. Rindaman?

Sedikit mirip, namun tentu saja banyak perbedaan.

Lao mengadah menatap langit dengan nafas yang masih memburu, ia memalingkan wajahnya menemukan (Name) yang sedang menatapnya santai di atas sana. Mereka saling memandang, sebelum Lao memutuskannya dan berjalan pergi.

___________

"Kenapa harus aku yang mengobatimu? Bukannya ada temanmu?"

(Name) menggerutu karena ia yang sedang sangat ingin bersantai harus diseret oleh Yuken yang mendatanginya hanya untuk mengobati Sachio yang terluka.

Sachio sesekali meringis kecil saat (Name) mengusap wajahnya dengan kapas yang sudah diolesi obat merah.

"Aku tidak tau caranya."

Yuken berbicara sambil memandang yang lain dengan tatapan aneh.

"Yaa, aku juga tidak tau." Kenzo menimpali.

"Kau hanya perlu mengobatinya, jangan protes." Eimei berbicara dengan nada memerintah sambil menunjuk (Name).

(Name) mendengus kesal, ia sejenak melirik Seiji yang langsung membuang pandangannya.

Dengan berat hati, (Name) akhirnya mengobati Sachio hingga selesai plester terakhir.

"Luka yang kemarin aja masih belum sembuh, malah nambah." cetus (Name) saat melihat plester love masih ada didahi Sachio yang tertutupi rambut.

Sachio hanya bisa diam sambil memandang (Name) lekat.

"Heeeh, apa apaan plester itu!"

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Where stories live. Discover now