S E B E L A S

1.5K 240 1
                                    

.
.
.

Kaki jenjang terbalut celana kargo hitam melangkah mentusuri jalan yang dihampit oleh pohon-pohon besar di sekelilingnya. Hoodie hitam menjadi atasan dan masker hitam yang menutupi mulut membuatnya sulit untuk dikenali.

Ia terus melangkah sampai menemukan suatu rumah bergaya tradisional. Beberapa orang sudah menunggunya disana.

"Maaf kan aku baru datang."

"(Name)! Kau telat tahu." tegur seorang perempuan berperut besar sedang hamil yang duduk dikursi goyang.

"Dia sangat rewel karena kau tidak datang kemarin." ucapan malas keluar dari mulut lelaki yang sedang duduk ditanjakan tempat pintu yang sekarang terbuka lebar disamping wanitanya.

(Name) terkekeh, ia melepaskan sendalnya dan menaiki tangga menuju sang ibu hamil lalu menaruh plastik hitam berisi ke pangkuannya.

"Ini, ku bawakan pesananmu."

Ibu hamil itu tersenyum senang "Waaah, terimakasih (Name) yang cantik."

Lagi lagi (Name) terkekeh, sedangkan lelaki disamping berdecih sebal.

(Name) mendudukan dirinya disamping lelaki yang sudah cukup dewasa itu.

"Loh, dimana dia?" Pandangan (Name) mengedar mencari sesuatu yang ia tidak temukan sedari tadi.

"Nohisa? Dia pergi dengan Sakyo tadi, paling sebentar lagi pulang." jawab sangat ibu hamil perkara anaknya yang memang tidak betah dirumah itu. Ia mulai membuka box yang berisi kue pavlova dan mulai menyendoknya.

"Jangan makan terlalu banyak, nanti kau mual." peringat sangat suami.

Ibu hamil itu mengunyah sesuap besar dan menelannya "Tidak akan."

"Awas saja, jika kau membangunkanku tengah malam nanti." Lelaki itu berujar dengan nada malas, dan wajahnya yang memang selalu malas.

"Ini juga salahmu tau! Kalau kau tidak menghamili ku aku tidak akan ngidam dan berakhir muntah." omel sangat istri. Ia tidak lagi menyuap kue, lebih memilih beradu argumen dengan sang suami.

Sang suami yang tidak terima pun memandang istrinya dengan alis melengkung "Jika kau tidak berpakaian seksi saat itu mungkin aku bisa menahannya. Lagian melayani suami itu kewajiban seorang istri, kau tau?"

"Mana bisa begitu  kau kan bisa–"

"Nee-san, Hyuga-san. Berhenti!" seru (Name), jengah mendengar pembicaraan dewasa yang ambigu. Oh ayolah, dia ini masih bisa dibilang anak kecil yang harus dijaga. Haha.

Seruan (Name) membuat pasangan suami istri itu berhenti berdebat. (Name) memandang kedua bergantian dengan raut kesal.

"Bagaimana kalian bisa berbicara hal seperti itu didepan anak perawan yang belum pernah jatuh cinta?" ujarnya dengan nada tidak percaya.

"Kau ini sudah besar, mau sampai kapan kau melajang?" Ibu hamil itu menunjuk (Name) kesal.

(Name) berdecak kesal "Hentikan itu."

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Where stories live. Discover now