E N A M B E L A S

1.4K 255 18
                                    

.
.

"Mataku yang salah atau memang pipimu yang sedikit membengkak?" tanya Yuken. Ia memperhatikan pipi Sachio meneliti.

Sachio hanya diam. Tidak ada rasa ingin menjawab pertanyaan Yuken sama sekalipun. Matanya menatap kearah depan tepatnya (Name) yang sedang makan sendirian. Tatapannya yang berubah menjadi lebih dingin.

Yuken yang tidak menerima jawaban dan peka terhadap Sachio yang sedang dalam keadaan tidak baik memilih diam.

Kenzo menatap Eimei, bertanya dengan kode kepala yang dijawab angkat bahu oleh Eimei tanda tidak tahu.

Keadaan dimeja mereka hening, tidak ada yang berani membuka pembicaraan.

Sekelebat memori terlintas di otak Sachio. Saat (Name) menamparnya berulang kali sambil berteriak menyuruhnya keluar.

Suara tawa datang dari meja lain, membuat atensi Sachio beralih.

Kening Sachio berkerut "Siapa dia?"

Yang lain pun ikut memperhatikan.

"Ah dia, dia juga anak baru. Panggilannya Remi."

Seorang perempuan dengan rambut dicat merah sedang bercanda gurau dengan sekelompok lelaki botak disana.

Alis Sachio semakin melengkung. Rasanya, ia pernah lihat wajah itu entah dimana.

"Bawa dia kesini." perintahnya tanpa ekspresi.

Yuken dan yang lain tentu terkejut. Apakah Sachio sudah tidak mengejar (Name) lagi?

Yuken mengangguk dengan alis terangkat sebelah dan bibir yang tersenyum miring "Baiklah."

.
.

(Name) mengunyah makanan yang baru saja masuk ke mulutnya. Matanya fokus kearah depan, melihat deretan makanan yang berjajar didalam etalase kaca.

Sumpit besi ia cengkram kuat saat melihat pemandangan dari pantulan kaca etalase didepannya.

Sial, (Name). Kau ini kenapa?!

Ia mengambil nafas panjang sebelum kembali bersikap normal dan kembali memakan makanannya. Namun rasanya hambar, giginya seakan ngilu untuk memakan makan siang kali ini. Ia berusaha acuh akan hal itu, mulai mengambil sendok dan menyendok sup yang disediakan.

Masih dalam keterdiaman nya, matanya masih lekat memandang kaca etalase. Lagi-lagi ia cengkram kuat sendok besinya.

"Sachio senpai, bolehkan aku memantaskan diri untuk menjadi kekasihmu?"

(Name) menggigit bibir bawahnya sambil menunduk. Rasa dalam dada tidak dapat di pungkiri lagi. Sial, perasaan apa ini?

"Nona, kau apa kau baik-baik saja?" tanya paman kantin yang melihat itu.

(Name) kembali mengambil nafas panjang dan membalas pertanyaan paman itu "Tidak apa-apa." balasnya dengan bibir berusaha untuk tersenyum.

"Ta–tapi, sendoknya." dengan gugup sang paman menunjuk sendok digenggaman (Name).

(Name) mengikuti pandangan sang paman, ia baru sadar dirinya mencengkran sendok besi dari tadi. Dirinya membuka kepalan tangan.

Tak.

Sendok besi yang sudah bengkok terjatuh ke meja membuat suara. (Name) yang melihat itu langsung terkejut dan berdiri.

"Aah, ma–maafkan aku untuk itu, aku akan menggantinya."

"Tidak perlu! Apa kau baik-baik saja?" tanya paman itu khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja."

"Syukurlah."

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Where stories live. Discover now