T U J U H

1.8K 272 6
                                    

.
.
.

Sachio mengedarkan pandangannya keseluruh kantin yang memang selalu ramai, mencari seseorang yang biasanya selalu duduk sendiri sebelum ia sampai. Namun nihil, ia tidak menemukannya meskipun sudah berkali-kali memperhatikan sekitar.

"Kau tidak mau duduk?"

"Ahh, mencari (Name) ya? Benar juga, dimana ya dia~"

Kali ini Sachio hanya bersama dengan Yuken dan Seiji, Eimei dan Kenzo lebih memilih keluar dari sekolah, meninggalkan pelajaran dengan alasan bosan.

Sachio menunduk sebentar "Kalian duluan saja." ucapnya lalu melenggang pergi keluar dari kantin.

Yuken memandang kepergiannya dengan tangan yang ia masukan kedalam saku celana, sementara Seiji langsung mencari tempat duduk setelah Sachio pergi.

___________

Sachio berjalan memasuki sebuah kelas, sontak beberapa orang yang masih ada disana langsung menunduk begitu tau itu adalah sang ketua.

Matanya mengedar memperhatikan sekitar. Tidak ada, dimana dia?

"Ueda-san, kau sedang mencari apa?" Seseorang berbadan besar dengan kepala botak bertanya, melihat sang ketua sekolah ini seperti sedang mencari sesuatu.

"Apa kau melihat (Name)?"

"Tadi dia ada dikelas, saat bel istirahat bunyi, dia langsung keluar tapi tidak tau kemana."

Sachio terdiam mendengar itu, pikirannya hanya ada kata kemana? Kemana dia pergi? Rooftop? Dia tidak ada disana.

Sachio tahu, pernyataan yang ia katakan kemarin pasti membuat (Name) terkejut dan mungkin marah atau bahkan jijik.

(Name) adalah gadis yang pemberani, ia tidak takut dengan yang namanya lelaki, ia bukan perempuan yang jika ada seseorang menyatakan perasaan kepadanya wajahnya akan langsung memerah karena tersipu, tidak.

Meskipun belum bisa dibilang ia kenal (Name) dengan baik, namun ia tahu itu. Bahkan saat pertama kali ia bertemu dengannya, saat wajah (Name) hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya, tidak ada rona merah menghiasi pipi atau bahkan telinga, tidak ada degup jantung yang membuatnya gugup hingga tidak bernafas normal. Hati (Name) seakan terhalang batu besar.

Sachio takut (Name) akan menjauh.

Sachio melangkah keluar dari kelas itu, berdiri didepan kelas yang baru saja ia masuki dengan tatapan kosong.

Entah mengapa memikirkan (Name) yang akan menjauh membuat hatinya mencelos, seakan ada lubang tanpa dasar.

Demi apapun, baru kali ini Sachio merasakan hal ini selama delapan belas tahun ia hidup. Rasa menggelitik dalam dadanya saat bersama dengan perempuan itu, rasa khawatir saat melihat luka yang menghiasi wajah cantik seputih salju itu, rasa marah saat melihatnya kesakitan, dan rasa hampa saat memikirkan dia akan menjauh.

Gila, ia benar-benar gila saat merasakan hal itu, (Name) seperti sebuah kontrol yang mengatur perubahan rasa pada dirinya.

Ia memperhatikan sekitar dengan tatapan kosongnya, banyak orang melihat dirinya yang hanya berdiri diam selama beberapa saat didepan kelas ini.

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang