D U A P U L U H S A T U

2.4K 205 11
                                    

.
.

Jangan tanyakan bagaimana reaksi Serizawa saat ini. Amarahnya memuncak saat tahu adik satu-satunya ada dalam posisi sekarat karena sebuah kelompok yang menyerang.

Suara langkah kaki mendekat membuat Serizawa mengangkat pandangannya.

"Pergilah."

Bahkan belum Sachio sampai didepannya, Serizawa sudah mengusirnya lebih dahulu.

"Aku tidak akan membiarkanmu menemuinya." ujar Serizawa lagi, dengan nada dingin.

Sachio jatuh, menunduk di hadapan Serizawa berkata maaf berkali-kali tanpa henti.

"Pergilah! Kata maafmu itu tidak akan membuat adikku sadar."

Sachio tidak berhenti, dirinya malah semakin berkata maaf terus menerus.

"Brengsek, Sachio. Kau ada dimana saat itu? Kau tau, adikku hampir mati karena kehilangan banyak darah! Bukankah kau bilang kau akan menjaganya?" Serizawa berhenti, sadar bahwa hal ini sia-sia.

"Bangun." perintahnya setelah dia berdiri.

Sachio menurut, ia berdiri namun langsung mundur kebelakang karena dorongan pelan Serizawa di dada atasnya sambil menyerahkan sebuah jas sekolah yang sudah di penuhi darah.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan, pikirkan baik-baik." ucapnya sebelum pergi.

Sachio menunduk diam, tangannya meremas jas erat. Matanya beralih menatap kaca transparan, dimana (Na1me) terbaring dengan selang-selang kecil disana.

Sachio memejamkan mata, menyesali perbuatannya kemarin malam, seharusnya dia ada disamping (Name) kemarin, maka hal ini tidak akan terjadi.

"Aku tidak mau tau, cari dokter terbaik yang ada sekarang juga. Aku akan merawatnya ditempat yang lebih nyaman." suara wanita membuat Sachio menoleh.

Ia melihat Serizawa dengan seorang gadis serta dua lelaki disana.

"Kau tidak perlu melakukan itu, Aihara. (Name) pasti akan baik-baik saja." ujar Serizawa.

Aihara? Sepertinya Sachio familiar dengan nama itu.

"Diam, Serizawa-san. Aku akan membawa (Name) terlebih dahulu, hingga dia pulih." gadis itu menyentak.

"Kau ingin membawanya kemana?" Sachio tidak dapat menahan rasa penasarannya. Kemana dia akan membawa (Name)?

Suara Sachio membuat mereka menoleh. Gadis yang di panggil Aihara itu menatap Sachio dengan tatapan aneh.

"Kau tidak perlu tau."

Kening Sachio mengkerut, heran dengan apa yang terjadi sekarang. Bersamaan dengan itu, para suster dan orang berjas hitam masuk, dengan hati-hati memindahkan (Name) dan hendak membawanya pergi.

Sachio dan yang lain menonton, sebelum mereka kecuali Sachio melangkah mengikuti kemana (Name) dibawa.

"Tunggu, kau akan membawanya kemana?!" Sachio tidak dapat menahan emosi. Ia melangkah lebar membalikan bahu Aihara membuat dia lelaki disamping perempuan itu langsung mengeluarkan pistol.

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora