D U A P U L U H

1.6K 212 4
                                    

.

.

.

Tetesan air hujan merosot jatuh menyentuh dingding. Dua insan dengan nafas yang saling beradu membuat suasana panas memenuhi ruangan. Mata mereka saling beradu, sentuhan pelan namun sangat terasa, jantung berdetak kencang, baru kali ini ia merasakan panasnya darah mengalir deras di jantungnya.

(Name) merasakan pinggangnya semakin dicengkram erat. Dirinya diam sambil berusaha menumpu tubuh dengan tangan yang menumpu kearah sofa, dengan begitu ia juga mengurung Sachio dibawahnya.

Tunggu, kenapa tiba-tiba mereka ada disini?

Oh sial, tubuhnya terasa panas sekarang.

"Ssst."

Tubuh (Name) menegang. Desisan pelan penuh nafsu keluar dari bibr penuh Sachio.

"Aakh." Kali ini (Name) yang bersuara. Bagaimana tidak, Sachio baru saja memukul tangan (Name) dengan siku sehingga tumpuan (Name) terlepas dan akhirnya jatuh menimpa Sachio.

Sial, tidak berheneti disana, (Name)kembali kembali membelakan mata terkejut setengah mati saat Sachio membalikan posisi membanting tubuhnya dengan cepat.

"Aaahh~" Satu desahan lolos dari bibir (Name), namu tangannya masih berusha menahan Sachio untnuk bertindak lebih jauh.

"C-chotto."

Sachio tidak berhenti, ia seperti orang kepanasan yang terus menjilat dan menyesap leher jenjang (Name) meninggalkan bercak keunguan disana.

Tak ingin kegiatannya diganggu, Sachio menangkap tangan (Name) dan menahannya di atas kepala. (Name) kembali menggeliat, kerutan-kerutan didahi muncul saat ia menutup mata memberontak.

Dirinya tidak mampu berbicara, ia lebih memilih diam dan memendam dedahanhya daripada berteriak namun dibarrngi dengan suara desahan, hal itu pasti akan membuat Sachio semakin bernafsu nantinya.

Meskipun tak bisa (Name) pungkiri dirinya juga membutuhkan hal yang sama saat ini, namun ia berusaha sadar.

Oh sial, hampir saja ia mendesah tadi. Ia kesal mengapa Sachio menyerang bagian leher yang merupakan bagian sensitif miliknya.

Tidak bisa melawan dengan tangan, (Name) mencoba menggunakan kaki. Kakinya menendang tak tentu arah, kemanapun itu, asalkan Sachio menjauh darinya sekarang. Namun nihil, itu tidak berhasil, bahkan sekarang Sachio mengapit kedua paha (Name) diantara kakinya, tangannya yang satu lagi mengusap serta menahan pinggang (Name) agar tidak mudah bergerak.

"A-aah, Sa-chann. Hentikan!"

Sial, sial. Mulut sialan!

Tidak ada cara lagi, apakah (Name) harus berdrama sekarang?

"Sachann, bukankan kau mencintaiku?" ucapnya dengan satu tarikan nafas.

Berhasil! Sachio berhenti.

Ketua Housen itu memberi jarak, menatap mata (Name). Sangat dalam, bahkan (Name) merasa sangat lemah dengan tatapan seperti itu.

"Apakah ada yang salah? Bukannya kau yang bilang kau akan mengabulkan permintaanku?"

Tatapan Sachio terasa sangat berbeda, ada berbagai rasa yang ada didalamnya, namun api seakan menyala disana.

"H–hah?" bibir (Name) kelu, apa yang sedang Sachio bicarakan sekarang? Apa maksudnya, kapan ia pernah biacara mengabulkan permintaan Sachio?

"Bukankah kau yang bilang, kalau kau akan mengabulkan satu permintaanku sebelum pergi?"

"Ini permintaanku, (Name)." Sachio mendekatkan bibirnya ke telinga "Aku akan mengambil bagian paling berharga dari dirimu, hingga kau akan mengingatku setiap detiknya."

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Where stories live. Discover now