E X T R A P A R T

1.2K 143 6
                                    

.
.
.
.

Saat ini, setelah 1 bulan Sachio berteriak dengan tegas bahwa (Name) telah menjadi kepunyaan lelaki itu, hubungan mereka menjadi semakin membaik. Namun, entah mengapa semuanya terasa terbalik sekarang. Sachio yang posesif dan (Name) yang penurut, namun terkadang juga (Name) yang posesif parah, dan Sachio yang pasrah. Ya begitulah.

Jamkos membuat kantin ramai, ada juga yang bertanding bola di lapangan. (Name) lagi - lagi menempatkan diri di kelas, menatap ramainya orang yang bermain bola dibawah sana.

Sachio tidak ada, dia sedang mengurus salah satu anak buahnya yang membuat masalah kemarin.

Sambil menopang dagu, dan menikmati kipas angin mini yang terus berputar. Matanya menatap sayu kebawah sana sesekali menguap karena mengantuk.

Biasanya jika Sachio ada pasti dia akan membawanya keluar sekolah dan pergi ketempat makan atau sekedar menikmati pemandangan.

Suara nada dering ponsel (Name) berbunyi, (Name) mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.

"Moshi moshi?"

"(Name)". Suara lirih terdengar.

"Oh, Hyuk? Ada apa?"

"Hoon....sudah mati".

Mendengar itu (Name) sontak terduduk tegap.

"Jangan bercanda, ulang tahunmu sudah lewat, bodoh!"

"Kau pikir aku bercanda? Mereka membunuhnya, (Name). Mereka membunuhnya!"

.
.
.

Sachio tahu ada yang aneh dengan (Name), namun dia bungkam membiarkan (Name) terfokus kepada pikirannya sendiri.

Sachio memandangnya dari samping, bentuk wajah (Name) memang sangat sempurna.

Cup

(Name) tertegun ketika sesuatu yang kenyal mengecup pipinya tiba tiba. Ditengok nya sangat pelaku yang langsung memamerkan gigi saat tertangkap.

"(Name), mau es krim?"

(Name) memandangnya sayu lantas mengelus kepala Sachio lembut.

"Em, tentu saja."

.
.
.

"(Name)?" nada lembut yang dilontarkan Sachio membuat (Name) tersadar dari lamunannya.

"Ya?"

Tangan besar Sachio terulur mencapai untaian rambut (Name) kemudian bergerak mengelus pipi "Mau bercerita?"

(Name) memejamkan mata sejenak menikmati elusan lembut dipipinya.

"Aku akan mendengarkan semua, (Name)." tambah Sachio

Mata (Name) terbuka, memberikan tatapan sayu yang kemudian terdengar hembusan nafas lelah. (Name) memegang tangan yang berada di pipinya, menurunkannya lalu menggenggamnya.

"Sachio... "

Ucapan menggantung (Name) membuat Sachio semakin penasaran.

"Sepertinya aku harus pergi."

Sachio mengerutkan kening "Kau ada urusan?"

"Iya, tapi bukan itu maksudku."

"Lalu?"

"Sepertinya, aku harus pergi keluar negeri sebentar."

"Sebentar?" ucap Sachio dengan nada bertanya.

(Name) terdiam sejenak "Entahlah."

"Kalau begitu aku ikut."

"Tidak! " tolak (Name) mentah - mentah

FALLING LOVE [Sachio X Reader]Where stories live. Discover now