Chapter 2.26 : ronde kedua

283 41 2
                                    

-didalam ruang jiwa-

Senja tengah terdiam sembari bersila didalam ruang jiwa, matanya terpejam seraya bergumam pelan melantunkan doa kepada sang pencipta, sedangkan kontras dibelakang sang pemuda tersebut seekor iblis bernama Ifrit tengah terbelenggu tak berdaya dengan ikatan hitam membelit seluruh tubuh besar miliknya.

Ifrit perlahan membuka kedua manik mata miliknya yang berwarna merah menyala, "Hmmm, ada sesuatu yang aneh diluar sana, bocah … sepertinya saudara sialanmu itu sedang kesulitan," seru Ifrit kepada Senja dengan nada sinis disertai senyuman dingin.

Senja membuka matanya sembari menghentikan doa yang sedang ia lakukan, ia perlahan berdiri sembari melihat lurus kearah pintu yang membatasi ruang jiwa miliknya dengan milik Surya.

"Jadi kau merasakannya juga?" Tanya Senja.

"Tentu saja aku merasakannya, apa kau lupa bahwa kita berbagi tempat sempit ini!? Dasar bodoh," tukas Ifrit sembari mendelik kan matanya kelain arah.

Senja melangkah perlahan kearah pintu yang membatasi ruang jiwa miliknya dengan ruang jiwa milik Surya, getaran hebat terasa dibalik pintu tersebut sampai membuat engsel pintu goyah dari tumpuannya.

-DHUUAAK-

Pintu pembatas ruang jiwa terbuka secara paksa dan terlihat disisi lain pintu sebuah kepulan awan energi hitam tengah bergemuruh mengelilingi Surya, Zil menukik turun kebawah kearah Surya seraya menundukkan leher panjangnya, sayap besarnya sekuat tenaga menutupi Surya dari terpaan energi hitam milik Gundara yang merangsek masuk kedalam ruang jiwa, sepersekian detik tatapan mata Surya dan Senja bertemu memperlihatkan gerak bibir Surya.

"Jangan terg…"

-Booom-

Energi hitam milik Gundara menyelimuti seluruh tubuh Zil begitu pula tubuh Surya, energi hitam itu mulai terangkat keatas dan mulai mengeras menyerupai kepompong raksasa yang mengurung Surya beserta Zil didalamnya.

Manik mata Senja terbuka sempurna seraya mendapati dirinya sedang bersimpuh dan didepannya tengah melangkah seekor jin kera berukuran raksasa yang menggenggam sebuah gada ditangan kirinya, jin kera itu mengangkat gada itu keatas seraya bergumam pelan.

Disaat gada besar itu meluncur kearahnya Senja dengan sigap melompat dan menghindar kebelakang, kepulan debu bertebaran di sekeliling tubuhnya menyembunyikan keberadaan dirinya dari sang jin kera.

Senja memejamkan matanya sembari membaca sebuah mantra,  seketika jilatan api merah menyala mulai menyelimuti kedua telapak tangannya, disaat ia hendak melancarkan kuda-kuda teriakan penuh kemarahan terdengar didepannya.

Karena dirasa keberadaannya belum diketahui Senja mengambil inisiatif untuk menyerang berlebih dahulu. Dengan kuda-kuda yang telah sempurna Senja menghempaskan empat bola api kearah depan.

"Hiaaat..!"

-FOOSH-
-FOOSH-
-FOOSH-
-FOOSH-

Empat bola api melesat kearah jin kera didepannya namun dengan cepat kera berbulu putih itu memutar gada besarnya dan menghempaskan keempat bola api itu dengan mudah, pandangan mata sang jin kera tertuju kearah bola api itu berasal dan mendapati sesosok pemuda berdiri dengan nafas yang terengah-engah dengan kobaran api merah menyala menyelimuti kedua kepal tangan milik Senja.

"Apa yang telah kau lakukan kepada Surya!? JAWAB!!!" Tanya Senja kepada Gundara dengan penuh amarah.

Gundara terdiam melihat perubahan dari pemuda didepannya dan mulai menyadari Surya yang sedari tadi melawan dirinya sudah tidak ada, atau lebih tepatnya sudah berganti dengan sosok pemuda lain, "Hehehehe … halo Senja, senang bertemu denganmu, Surya sudah MATI dan … sebentar lagi kau juga akan menyusul dirinya," seru Gundara dengan seringai menghiasi bibirnya.

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now