Chapter 7 : Satu tubuh

1.3K 152 13
                                    

Di sebuah ruangan luas nan gelap, cahaya lilin berpendar remang-remang di tiap sisi tiang pancang, cahayanya menerpa sesosok wanita cantik nan seksi yang sedang duduk di singgasana, ratusan arwah wanita melayang-layang mengelilingi dirinya dan ribuan arwah wanita telanjang bersimbah darah menjadi latar lantainya.

-Puff..!-

tiba-tiba sebuah asap hitam menyembul 10 meter dari dalam lantai di depan wanita itu, sepasang mata putih melotot melihat sang wanita kemudian bersujud di depannya.

"Informasi apa yang telah kau dapatkan ?" tanya sang wanita pada bawahannya tersebut.

"Ratu, kita telah di kelabuhi, Bagas ternyata masih berada di Jakarta, ia tidak melarikan diri ke luar negeri seperti desas desus yang beredar."

"Jadi maksudmu, selama 15 tahun kau mencari sia-sia dan dia ada di depan mata kita selama ini." tanya wanita itu lagi.

"I-iya ratu, maafkan hamba," jawab mahkluk itu dengan gugup.

"Hmm..h.hahahahahaha.."

Mahkluk hitam itu semakin gugup mendengar tawa sang ratu yang menyiratkan aura kegelapan.

"Kau beruntung hati ku sedang baik, jika tidak kau sudah pasti menghilang dari alam ini, panggilkan si Jagal, aku punya tugas untuknya."

Dilain tempat..

"Tok..Tok..Tok.." bunyi pintu mengalihkan perhatian bu Lola.

"Assalamualaikum bu Lola sayang," salam santun dari seorang remaja di bibir pintu.

"Wa'alailumsalam, loh Surya kamu terlambat?" tanya bu lola selidik.

"Tidak bu, saya sudah masuk dari tadi, itu tas saya sudah ada di bangku," jawab Surya lidahnya gesit tak tersendat mengatakan kebohongan layaknya koruptor kelas kakap.

Semua murid menatap takjub lelaki ini, terutama Naura yang tidak menyadari keberadaan tas Surya yang sedari tadi ada di sebelahnya.

"Se-sejak kapan?!!" gumam Naura bingung dengan tas yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.

Surya melangkah menuju bu Lola kemudian mengambil jemari tangan bu Lola untuk bersalaman, 15 detik berlalu, waktu yang cukup lama untuk hanya bersalaman dengan seorang guru.

"Hoy..Hoy..Hoy udah hoy.." riuh murid-murid lelaki di kelas tidak terima gukiber (guru kita bersama) mereka dicium tangannya terlalu lama.

"Lama amat salaman doang."

"Lepasin Sur, bisa kena najis tangan bu Lola," komen-komen menyidir terdengar dari kaum lelaki yang tidak terima guru "kesayangan" mereka di pegang lama oleh Surya.

"Sana kamu ke bangku," tukas bu Lola malu-malu.

"Siap bu Lola sayang..!" goda Surya sambil berjalan menuju ke mejanya, senyum licik tersungging tertuju ke murid-murid lelaki di kelas yang iri pada Surya.

"Surya tunggu..!" bu Lola menghentikan langkah Surya.

"Itu pundak kamu kenapa berdarah ?"

Surya melihat pundak kanannya keheranan.

"Ini pasti gara-gara lari-larian di gerbang tadi," gumam Surya dalam hati.

"Oh ini, pundak saya lagi datang bulan bu," jawabnya dengan candaan.

Seisi kelas tertawa mendengar banyolan Surya, hanya Naura saja yang melihat Surya dengan ribuan pertanyaan di benaknya.

"Ibu serius Surya, itu kenapa pundak kamu?" tanya kembali ibu Lola.

"Ini bisul kok bu, sepertinya pecah saya izin ke UKS dulu ya bu buat ngebersihin," jawab Surya berbohong, setelah mendapat persetujuan ibu Lola ia berlari kecil keluar kelas menuju ruang UKS kelas pun kembali hening, kembali ke aktifitas belajar mengajar.

"BU..!" seseorang memecah keheningan.

"Iya Naura, ada apa?" tanya bu Lola.

"S-saya izin ke kamar mandi, perut saya mules," jawab Naura berbohong.

Bu Lola hanya mengangguk tanda memperbolehkan Naura pergi, Naura pun berlalu menyusul Surya ke ruang UKS.

Naura sampai di depan ruang UKS, suasana lorong saat itu sangat sepi, tidak ada satupun mahkluk yang lewat, Naura membuka pintu UKS secara perlahan, di depannya duduk seorang lelaki sedang berusaha membersihkan luka di pundak kanannya, Naura terperanjak melihat punggung itu.

"Tidak mungkin!" Seru Naura terperanjak dengan apa yang ia lihat.

Punggung yang sama dengan punggung yang semalam di sentuhnya, luka-luka dan bekas tusukannya sama persis dengan yang semalam, tidak mungkin ia salah.

"Sebenarnya siapa kamu? Surya atau Senja?!" tanya Naura dengan nada kebingungan.

"Masuklah dulu, tutup pintu dan gordennya rapat-rapat, aku enggak ingin ada yang menguping pembicaraan kita," kata Surya yang masih terduduk di depan Naura.

Naura pun melakukan apa yang Surya suruh, lalu ia duduk di belakang punggung Surya.

"Jelaskan, tolong jelaskan Surya."

Surya mengambil sepucuk surat kemudian memberikannya ke Naura dan Surya melanjutkan aktifitasnya membersihkan lukanya.

Naura membuka kertasnya dan membaca tulisan yang ada disitu.

Surya maafkan aku, malam ini aku terluka lagi, akan tetapi luka ini karena melindungi seorang bidadari, percayalah, namanya Naura aku yakin dia teman sebangku kamu, tolong titipkan salam buat dia, oh iya dan katakan aku masih menunggu jawabannya, bilang itu ke dia, dia pasti mengerti.

Wajah Naura memerah, kontras dengan jilbab putihnya.

"Memang apa yang ditanyakan Senja Ra?" tanya Surya selidik.

"Hah.. En..enggak, bu..bukan apa-apa kok," jawab Naura gugup.

"Jadi sebenarnya kamu Surya atau.."

"Kami satu tubuh," jawab Surya memotong pertanyaan Naura.

"Aku ada disaat pagi hingga petang, sedangkan Senja muncul saat malam menuju subuh, para ahli psikologi menyebut ini kepribadian ganda atau alter ego, namun nyatanya jiwa kami yang berdempetan dalam satu tubuh." jawab Surya setengah meringis menahan sakit di bahunya.

Naura mendengarkan dengan seksama, pertanyaan di benaknya mulai terungkap satu persatu.

Nanti kamu juga akan tahu.

Kata-kata Senja semalam terngiang lagi di kepala Naura.

"Bisa tolong tutup luka aku Ra?" tanya Surya sambil menyodorkan kapas dan perekat luka.

Naura pun mengambil kapas yang di sodorkan Surya dan mulai membersihkan punggung itu lagi, ia melihat punggung Surya dengan seksama, tubuh yang sama di mimpi Naura semalam, di mimpinya tubuh ini memeluknya dengan lembut, Naura pun kembali membayangkan wajah Senja kala ia memeluknya semalam dan mencumbunya dalam alam mimpi, hal ini yang menyebabkan langkah pagi Naura terasa sangat ringan, ya, mimpi basah pertamanya.

"Kyaaa..!" Naura memekik sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Surya hanya bisa keheranan melihat gelagat temannya tersebut.

"Hmm, cantik tapi gila, kok Senja bisa suka ama cewe kayak gini, demplonan juga bu Lola kemana-mana." gumam Surya di dalam hati.

Selang beberapa menit Surya dan Naura keluar dari ruang UKS berbarengan, mereka berjalan sejajar dan saling terdiam menyusuri lorong sekolah melewati kelas-kelas.

"Makasih ya Ra, udah perbanin luka aku." kata Surya memecah keheningan.

"I..iya, Surya bisa aku meminta sesuatu?" tanya Naura gugup.

"Apa?"

"Aku minta no handphone Senja."

***

Vomentnya akan sangat membantu..

Bye bye fever..

Surya Dikala SenjaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin