chapter 2.10 : kegagalan

759 71 10
                                    

-Swush-
-Swush-
-Swush-
-Swush-

Panah-panah melesat dari balik busur melewati dedaunan namun tidak ada satupun anak panah itu menembus tubuh Gondel, aura hitam nan pekat seakan menjadi jubah pelindung sang raksasa dengan kulit terbakar itu dari serangan bertubi-tubi para prajurit pembebas Pujakerana. Arga melaju untuk menyerang kedepan dengan kepalan tangan siap meluncur kearah tubuh Gondel.

-Bugh-
-Bugh-
-Bugh-

Tiga pukulan mendarat telak ditubuh raksasa itu namun tidak ada sedikitpun rona kesakitan tersirat dari wajah Gondel, Gondel hanya menatap nanar kera merah didepannya dengan tatapan dingin ingin membunuh.

-BUM-

Satu hempasan tangan Gondel putih mengenai tubuh Arga membuat kera merah itu terhempas kesamping hingga membentur pohon beringin, benturan tersebut membuat beberapa prajurit pembebas pujakerana yang bertengger didahan pohon jatuh ketanah.

"Sial kuat sekali!" runtuk Arga. Arga langsung beranjak berdiri kemudian memasang kuda-kuda sembari merapal mantera. Sejurus kemudian aura merah melingkupi tubuh kera merah tersebut.

Sementara diujung sana Luna sedang berkutat dengan peralatan miliknya, ia membuat dua lapis perangkap disekitar semak-semak guna menjebak sang Gondel.

Luna menoleh kebelakang dan berjalan kearah semak-semak untuk melihat kearah teman-temannya, "Naura aku titip dua keledai ini," Seru Luna pada Naura.

Naura yang saat itu sedang mengobati luka-luka Saka mengangguk mengerti.

"Urgh … aku akan membantumu Lun," seru Devan berusaha berdiri sambil menahan sakit di tangan kanannya.

"Jangan bertingkah bodoh, beristirahat saja sejenak dan lindungi mereka, jika keadaan semakin memburuk baru lu bertingkah sok jagoan," ucap Luna dingin.

Dengan sambil cemberut Devan pun kembali duduk mengikuti arahan Luna, benar yang dikatakan Luna, disaat seperti ini bantuan bisa menjadi bencana jika digunakan tidak maksimal. Luna beranjak keluar semak-semak ia menatap Arga dan pasukannya yang sedang kelimpungan menghadapi sang Gondel yang tengah mengamuk tersebut.

Dengan Aura merah menyelimuti tubuhnya Arga melompat tinggi kearah Gondel, ia melompat keatas punggung Gondel dan memukul-mukul kepala raksasa tersebut bertubi-tubi.

"GROOAAAR!!"

Auman Gondel menggelegar memekakkan telinga mahluk disekitarnya. Tanpa mengindahkan auman tersebut Arga tetap fokus memukul kepala Gondel terus menerus hingga sebuah cengkraman menggapai bulu merahnya dan menghempaskan tubuh besarnya kedepan dengan mudahnya.

-BRUaak-

"Argh."

Gondel berjalan kedepan kearah Arga dengan kuku-kuku tajam siap mencabik-cabik kera merah tersebut, namun.

-Dor-
-Dor-
-Dor-

Tiga peluru air suci meluncur kearah lengan Gondel mengakibatkan ledakan di lengan mahluk tersebut. Langkah kaki sang raksasa jangkung itu terhenti tatkala merasakan aura manusia berpendar di kejauhan.

Dengan satu kaki terangkat menginjak batu Luna berdiri menantang sang Gondel, dua bilah senjata sudah di genggamnya dengan erat dengan aura biru muda berpendar dari tubuhnya.

"HEI BURUK RUPA!! LAWANMU DISINI!" teriak Luna memprovokasi Gondel.

Dengan wajah penuh luka terbakar Gondel menoleh sambil tersenyum mengerikan menatap sesosok manusia berdiri tegap diujung sana yang siap untuk ia santap, itu semua karena darah manusia akan langsung meregenerasi tubuhnya dan memperpanjang umurnya, entah sudah berapa banyak manusia yang ia nikmati hingga membuat dirinya menjadi Gondel yang lebih kuat diantara gondel-gondel lainnya.

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now