Chapter 17 : Evil Evelin

1.1K 106 18
                                    

Di sebuah ruangan luas nan megah Naura tak sadarkan diri di atas meja besar yang terbuat dari batu granit, di sekelilingnya berkumpul kepulan asap hitam manifestasi dari segala jenis makhluk lelembut dan dedemit ada juga beberapa manusia pengikut setia ajaran sesat Evelin.

"Ratu, segala persiapan telah selesai, saatnya memulai ritual," kata salah seorang pengikut Evelin.

"Hmm," angguk Evelin, "bangunkan dia cepat!" perintah Evelin kepada sang pengikut.

Pengikut tersebut mengambil sebuah ember berisikan air dingin dan menyiramkannya ke arah Naura yang tengah tak sadarkan diri.

-Splash-

Air dari ember telah berpindah ke tubuh Naura, seketika itu juga Naura terkejut dan terbangun, dengan tubuh yang basah dan dengan kesadaran yang masih belum penuh ia berusaha sekuat tenaga mencari tau dimanakah gerangan dirinya berada.

"Mama, ini dimana? Tolong lepaskan ikatan ini mama, Naura mohon," pinta Naura lirih.

"Shhhh," desis nyonya Evelin kepada anak gadis semata wayangnya tersebut, "diam Naura sayang, engkau sedang di persiapkan untuk menjadi wadah tuan kami," kata Evelin dingin.

"A-apa maksud mama?! Sadar mama, aku anak kamu."

"Sudah-sudah, nikmati saja malam ini dengan tenang, esok engkau akan menjadi seorang ibu," seru Evelin sembari tersenyum jahat, "namun dari titisan setan, HAHAHAHA...!" seru Evelin dengan tawa yang membahana memecah kesunyian ruangan tersebut yang kemudian diiringi tawa para pengikut dan para dedemit disana.

Para pengikut ajaran sesat Evelin menyalakan lilin-lilin yang membentuk sebuah pentagram di sekeliling tubuh Naura, aura hitam pekat berpendar dari tubuh Evelin aura hitam tersebut mengepul membentuk kumpulan awan hitam di atas tubuh Naura, salah satu pengikut Evelin memotong leher seekor ayam hitam di atas perut Naura, darah segar ayam itu membasahi perut Naura seluruhnya dan sekejap itu juga kumpulan awan hitam membentuk pusaran memasuki perut Naura.

"GYAAAAAAA...! HENTIKAAAN...! AKU MOHON...! HENTIKAAAAN...! MAMA...! HENTIKAN...! SAKIIIIT...!" teriak Naura kesakitan sembari memohon kearah Evelin.

"MUAHAHAHAHAHA...! TERIAKLAH TERUS ANAKKU...! TERIAKLAH SEKENCANG-KENCANGNYA...! KARENA INI AKAN MENJADI TERIAKAN TERAKHIRMU...! HAHAHAHAHAHA!!!"

Tubuh Naura meronta-ronta menahan sakit yang teramat sangat, pusaran energi hitam semakin lama semakin menipis kian terserap di tubuh Naura bak pusaran air memasuki corong di pusaran Naura.

"Baiklah, saatnya mengangkat sang penerus kerajaan kita," kata Evelin.

Evelin berjalan menuju Naura yang terkulai lemas di atas meja granit, dengan lembut ia mengusap perut Naura sebanyak lima kali sambil merapal matra kemudian ia mengangkat tangannya ke atas dan secara perlahan perut Naura kian mengempis tanda bahwa salah satu jabang bayinya telah diangkat secara gaib.

"Ma-ma, a-ku mo-hon jangan lakukan i-ni," pinta lemah Naura lirih.

Evelin mengambil wadah tertutup kain hitam yang berada tepat di bawah meja kemudian menyerahkannya ke salah satu pengikutnya.

"Simpan di tempat yang aman, laksanakan sekarang," perintah Evelin ke salah satu pengikutnya.

"Baik ratu."

-BRUAAK-
-BRUUK-
-BRUAAK-

Suara gaduh terdengar di depan sisi lain pintu.

"Hei kau...! Coba cari tahu ada apa di depan dan kau cepat amankan bayi itu." tunjuk Evelin ke pengikutnya.

Setengah jam sebelumnya

Sebuah mobil terparkir di depan gedung tak terurus yang menjulang tinggi di tengah padatnya ibukota, ketiga lelaki beranjak keluar dari mobil tersebut.

Surya Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang