chapter 10 : Kutukan jagal

1.1K 122 6
                                    

Desa agrirana desa indah nan mempesona, sawah membentang luas, keindahan alam yang sejuk di mata, mempesona setiap pelancong yang lewat, kepala desa bahkan mengumumkan kepada warganya bahwa desa ini sebagai panutan desa maju bagi desa-desa lainnya, akan tetapi semua itu hanya impian yang sirna.

Semenjak kejadian pembakaran Jaka, desa ini seakan terkena kutukan, seminggu setelah insiden pembakaran warga, seluruh hasil panen di makan hama, wereng, tikus, dan yang tidak masuk di akal bahkan belatung menggeragoti hasil panen, hewan ternak mati tiba-tiba, ayam, kambing bahkan sapi mengeluarkan darah dari matanya, dan ketika di sembelih bau busuk di barengi ribuan belatung menggerogoti daging hewan ternak tersebut, terdengar desas desus beberapa warga di hantui arwah Jaka, mereka yang hendak kabur mengurungkan niatnya, keluarga sodik tidak mengindahkan peringatan kepala desa, ia tetap kabur, dan kejadian naas pun tak terhindari, mobil yang di tumpanginya masuk jurang dan membakar habis keluarga sodik.

Roni sang anak kepala desa pun jatuh sakit, desas desusnya ia lumpuh total, hanya matanya yang nanar melihat ke atas langit-langit, kelima anak buahnya lebih naas, mereka di temukan di lima titik perbatasan desa, dengan keadaan mati mengenaskan, jasadnya menggelembung biru, mata mengeluarkan darah, tubuh yang tercabik-cabik dan kelamin yang hilang diduga dimakan anjing hutan.

Seorang anak kecil sialnya melihat penampakan sang hantu Jaka, tubuhnya seperti hantu pocong, dengan kain kafan hitam menyelimutinya, jalannya di seret karena satu kakinya pincang, di tangan kanannya menggenggam celurit, di tangan kirinya sebuah lentera berapi merah darah dan matanya, matanya tidak berkelopak, matanya melotot nanar berwarna merah darah, keesokannya sang anak demam tinggi kemudian meninggal.

"Sreek..Sreek..Sreek..sreek.."

Jika warga mendengar bunyi tersebut, berarti hantu Jaka sedang berada di depan rumahnya, membalaskan dendam kesumat ke setiap warga desa agrirana.

Satu demi satu warga desa tumbang, warga yang berusaha lari dengan berjalan kaki melewati hutan untuk ke desa sebelah di temukan tewas mengenaskan, matanya melotot mengeluarkan darah dan mulutnya menganga seperti teriakan yang tertahan menahan sakit yang amat sangat, sakit terbakar panasnya api, pemakaman jadi lebih sering di lakukan di desa ini, tawa dan canda yang dulu sempat hadir sekarang telah hilang, kutukan Jaka telah meluluh lantahkan desa agrirana, kepala desa berinisiatif memanggil dukun sakti mandraguna, ketika beliau datang ia mengatakan dengan lantang.

"MAAF TAPI SAYA MENYERAH..! INI AKIBAT PERBUATAN KALIAN-KALIAN SENDIRI, TERUTAMA ANAK MU..!"

teriak dukun itu di balai desa sambil menunjuk ke arah kepala desa, gosip pun bermunculan, bahwa warga desa salah menghakimi Jaka, seharusnya Roni yang harusnya di bakar hidup-hidup.

"KUTUKAN INI AKAN BERLAKU SELAMA KALIAN MASIH HIDUP, PERCUMA KALIAN LARI, UJUNG-UJUNGNYA DI TENGAH JALAN KALIAN AKAN DI HADANG OLEH JAKA, JAKA SANG JAGAL."

dukun itupun pergi, sebelum pergi ia memberikan sesajen di depan pusara Jaka, dan meninggalkan desa agrirana secepat-cepatnya.

Warga desa pun kian stress, sebagian besar warga memutuskan bunuh diri, menggantung lehernya di dalam rumah, sebagian lagi berusaha memberikan sesajen di depan pusara Jaka, akan tetapi malamnya mereka di datangi oleh sang Jagal sendiri.

"Setelah semua yang kalian lakukan kepadaku, kalian meminta maaf dengan gampangnya, HAHAHAHA...! hanya neraka tempat bagi kalian dan disana kita akan terbakar bersama."

Dan penampakan Jaka pun menghilang.

Satu bulan setelah insiden, setiap warga di desa agrirana semakin menyusut, sebagian mati bunuh diri sebagian menunggu di datangi sang Jagal, hanya tatapan kosong yang ada di mata mereka, tatapan penuh penyesalan dan tatapan tanpa harapan.

Malam itu dirumah kepala desa, sang kepala desa sedang mengurus pemakaman warganya lagi, sedangkan sang ibu di dapur membersihkan peralatan makan.

"Sreek..sreek..sreek..sreek.."

"Aku datang lagi Roni, hari ini aku membunuh pak Budi yang telah kau sogok untuk diam dan Santi pacar kesayanganmu mati bunuh diri setelah melihatku."

Sang jagal melayang keatas di depan tubuh roni, roni yang lumpuh hanya bisa gemetaran
Sesosok pocong hitam dengan wajah hitam dan mata merah darah melayang sejajar dengan tubuhnya, mata mereka saling bertemu.

"Aku tidak akan membunuhmu Roni, bahkan setelah aku membunuh ibumu yang sebentar lagi masuk ke dalam sini aku tidak akan membunuhmu, aku akan membuatmu menjadi saksi akan hasil perbuatanmu, ini hukuman ku untukmu."

"Kriiek.." suara pintu terbuka.

"AAAAAAAAAAAAA....! BAPAK TOLONG PAAAK....!" teriakan ibu Roni membahana di setiap sudut rumah.

-Slaaash-

kemudian hening.

"Selanjutnya bapak mu Roni, sampai jumpa lagi."

"Sreek..sreek..sreek..sreek"

Desa agrirana, warga sekitar desa menyebut desa ini desa terkutuk, semua warganya mati mengenaskan, itu kata petugas pemerintah yang setiap dua bulan sekali mengunjungi desa ini untuk kegiatan kesehatan masyarakat, ketika petugas sampai mereka terperanjat dengan apa yang terjadi di desa ini, lahan kuburan menjadi tiga kali lipat luasnya, lahan sawah kering kerontang, tulang belulang hewan ternak terlihat di kandang-kandang, bau busuk menyeruak di sepanjang jalan, beberapa rumah terisi mayat yang tergantung membusuk, mereka mencari rumah pak kepala desa di dalamnya hanya di temukan Roni anaknya yang masih hidup dengan kondisi lumpuh menangis darah.

Sekarang..

Di sebuah ruangan luas nan gelap, cahaya lilin berpendar remang-remang di tiap sisi tiang pancang, cahayanya menerpa sesosok wanita cantik yang sedang duduk di singgasana, ratusan jin wanita melayang-layang mengelilingi dirinya dan ribuan arwah wanita telanjang bersimbah darah menjadi latar lantainya.

"Sreek..sreek..sreek..sreek.."

"Ratu memanggil ku?" tanya sang Jagal.

"Jagal, temukanlah Senja cucuku, berikanlah sebuah peringatan kepadanya, dan yang terpenting jangan bunuh dia, kau mengerti ?"

"Baik ratuku, hamba akan laksanakan," Jagalpun menghilang di gelapnya bayang-bayang sang malam.

"HhmmHAHAHAHAHAHAHAHA...!"

BERSAMBUNG..

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now