chapter 2.21 : Tuai dan semai

702 56 12
                                    

Dibawah naungan sang langit kelam rintik hujan mengguyur padang rerumputan dengan derasnya, bunyi dentuman dan bunyi benda tajam yang saling merajam kian bersahutan lantang silih berganti menemani tiap titik-titik air yang berjatuhan.

Satu per satu jin kera yang tengah melawan jin hitam ditengah tanah lapang tumbang bergelimpangan meregang nyawa dengan sekujur tubuh yang bersimbah lumpur bercampur darah, ditengah gempuran mahluk-mahluk hitam yang kian buas hanya tersisa seekor kera putih yang dengan mati-matian menahan setiap serangan dari para jin-jin tersebut, hingga pada satu titik nadir kera tersebut terkena tebasan kemudian tidak mampu bertahan dan tersungkur diatas rerumputan.

Para jin hitam mulai mendekat dan berusaha menghabisi sang kera putih namun sebuah aura violet menyeruak dari sisi belakang membuat mereka tersentak kemudian langsung terdiam dan mundur dengan perlahan. Sesosok wanita berjalan anggun dengan tudung hitam menutupi wajahnya dan selendang hitam panjang menutupi tubuh langsing miliknya, dari belakang ia berjalan perlahan kearah sang kera putih dengan senyum tipis menghiasi bibir merah.

"CEPAT BUNUH AKU!! APA LAGI YANG KALIAN TUNGGU!!" teriak sang kera putih dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Sang wanita membuka tudung yang menutupi kepalanya dan terlihat sesosok paras cantik menatap kera putih tersebut dengan tatapan sayu.

"Ck..ck..ck..ck … lihat siapa yang tersungkur disini … seorang martir yang diutus kerajaannya untuk mati dengan sia-sia, hmmm … sangat disayangkan," seru Evelin sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.

"Cih!! Akan aku bunuh kau penyihir!!" gertak Gundara.

"Membunuhku?! Hihihihi … lihatlah dirimu sendiri jendral, kau tidak dalam keadaan untuk berkata demikian … namun dilain pihak," kata-kata Evelin terhenti tatkala ia mengangkat satu jarinya keatas dan membuat tubuh besar Gundara melayang diudara, "namun aku bisa membunuhmu kapanpun aku inginkan," seru Evelin kembali sembari mengelus lembut pipi Gundara.

-bruk-

Gundara langsung terjatuh disaat Evelin menurunkan jarinya, ia mulai berbalik arah dan meninggalkan kera putih tersebut, para jin-jin hitam mulai mendekat dan berkerumun untuk menghabisi Gundara namun disaat mereka siap menghunuskan senjata Evelin bersuara.

"Bawa kera putih itu, ada sesuatu yang harus aku lakukan untuk dia," perintahnya kepada para jin hitam.

Mendengar perintah sang ratu mereka segera mengikat Gundara pada sebuah tiang dan membopongnya pergi bersamaan dengan gemuruh hujan.

Beberapa hari setelah kejadian itu disebuah ruangan lembab nan gelap Gundara terduduk dengan tangan dan kaki yang terikat rantai, luka-luka ditubuhnya sudah di obati dan terlihat makanan sudah tersedia didepan dirinya.

-Klang-

Bunyi pintu besi terbuka dan sesosok wanita berdiri di bibir pintu dengan dua ekor jin hitam yang mengawalnya.

"Kau sudah bangun Gundara?" tanya Evelin dengan senyum tipis tersungging dibibirnya.

Gundara membuka matanya dan menatap tajam kearah Evelin, "sebenarnya apa yang engkau inginkan dariku penyihir?" tanya Gundara.

Evelin menatap kera putih didepannya dan tersenyum miring mendengar pertanyaan tersebut.

"Hei kalian … buka rantainya,"  perintah Evelin pada para jin hitam penjaga dibelakang dirinya.

Dengan sigap para jin hitam penjaga langsung melangkah kearah Gundara dan langsung membuka rantai yang membelenggu sang kera putih tersebut.

"Makanlah … kau tidak berguna jika mati disini," seru Evelin kala itu.

Surya Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang