chapter 26 : Terkepung

949 87 4
                                    

Malam temaram semakin mencekam tatkala Jagal memperlihatkan wujudnya yang mengerikan, bahkan sang bulan seakan berlindung dibelakang kepulan sang awan, Senja yang sedang berdiri sendirian tengah terkepung dengan ratusan mahluk astral berbentuk pocong yang mengelilinginya, Jagal sebagai sang panglima perang menyeret kakinya menuju tengah taman berhadapan dengan Senja yang sedang menyingsingkan lengan bajunya.

"Selamat malam Senja, bagaimana kencanmu? Apakah berjalan lancar?" seru Jagal dengan suara paraunya yang mencekam.

Senja memasang kuda-kuda dan bersiap untuk segala kemungkinan serangan dadakan, "itu semua bukan urusanmu," seru Senja dingin.

"Aku tadinya ingin bergabung akan tetapi pasti akan merusak momen bermesraan kalian berdua … mungkin setelah selesai urusan bersamamu aku akan berkunjung menemui gadismu itu … kikikikiki," kekeh Jagal dengan tatapan merendahkan. Senja langsung naik pitam mendengar ujaran Jagal, ia segera berlari kedepan hendak memukul Jagal namun Jagal melompat menghindar kebelakang.

"Kikikikiki … langsung menyerangku kau memang benar-benar benci dengan yang namanya basa basi Senja, kau kira aku akan naif menyerangmu dari jarak sedekat itu," kekeh Jagal mulai mengeluarkan celurit hitam miliknya dari balik lipatan kain kafan, "apa kau tidak melihat sekelilingmu? Kau telah terkepung oleh anak buahku, jalan terbaik adalah menyerah dan ikutlah denganku dengan damai karena nenek kesayanganmu ingin bertemu cucunya yang sudah lama hilang."

"Apa yang sebenarnya nenek inginkan dariku?" tanya Senja.

"Kikikiki … lebih baik kau tanyakan sendiri pada dirinya, kalian semua!! SERANG DIA!!" teriak Jagal kepada para pocong yang mengelilingi Senja.

Bagai belalang yang hendak menyerang ladang para pocong anak buah Jagal berlompat-lompatan menuju arah Senja, Senja memantapkan kuda-kuda miliknya pijaran api merah berpendar dari kedua telapak tangan dan seketika dua pocong berkain kafan lusuh sudah berada diatas tanah terbakar hingga tak tersisa.

Dua menjadi empat dan empat menjadi delapan semakin banyak pocong yang mendekati Senja semakin banyak pula sisa-sisa residual energi astral tercipta dari kobaran api yang membakar mahluk-mahluk berselimut kain kafan yang terkena hantaman pukulan Senja, tanpa gentar Senja terus menghajar dan menghindar dari serangan pocong-pocong anak buah Jagal, nafas Senja mulai tersengal tatkala energi sukmanya kian terkikis setelah menghajar ratusan pocong tersebut.

"Belajarlah dari kesalahanmu Senja dan ikutlah denganku dengan sukarela," ejek Jagal sembari menjulurkan tangannya.

"Terakhir kali kita bertarung kau beruntung karena aku sedang lengah tapi tidak untuk kali ini," seru Senja memasang kuda-kudanya kembali.

"Kikikiki … kita lihat sampai mana kesombonganmu akan bertahan," pungkas Jagal sembari mengeluarkan lentera miliknya.

Lentera Jagal berpendar api dan sejurus kemudian meluncurkan bola-bola api kearah Senja, dengan sigap Senja menghindari tiap serangan bola api sekaligus menghajar pocong yang hendak menyerangnya sekaligus hingga…

-Dhuar-

salah satu bola api berhasil mengenai Senja dan seketika kepulan asap menutupi pandangan, senyum puas tersungging di wajah Jagal namun hanya sesaat, setelah asap menghilang sederet sisik raksasa tengah melingkar melindungi Senja dari ledakan.

"A-apa itu!?" geram Jagal.

Sayap mengembang dan ular naga hitam itu mulai berdiri tegap dengan keempat kakinya memperlihatkan wujudnya yang sangat gagah.

"Perkenalkan ini Zil … mimpi burukmu," seru Senja dengan api merah menyala-nyala dari kedua kepalan tangannya.

"Hohoho … jadi ini alasan engkau mendapat julukan sang naga hitam dari timur, sungguh mengagumkan tapi masih belum cukup untuk melawanku," seru Jagal dengan sombong, Jagal menaikkan lenteranya seraya membaca mantra ratusan anak buahnya kembali datang menyerbu dari berbagai penjuru namun Senja tidak menampakkan raut wajah cemas sedikitpun.

Surya Dikala SenjaOnde histórias criam vida. Descubra agora