Chapter 19 : Penyerbuan

1.3K 123 26
                                    

Tiga hari telah berlalu setelah penyerangan Senja yang membuat tubuhnya terkapar lemah di klinik, kesehatan tubuh Surya dan Senja kian membaik, saat ini Surya tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah segala keperluan telah ditaruh di dalam tas ransel miliknya.

"Ayah aku berangkat, assalamualaikum," seru Surya setengah berteriak ke ruang tamu.

"Waalaikumsalam, hati-hati nak," jawab sang ayah.

sembari berlari ke arah sekolah Surya membenarkan posisi resletingnya yang masih terbuka.

"Pantes sejuk si jagur ternyata masih kebuka celah ventilasinya, heran padahal tadi udah gua naekin nih resleting," gumam Surya.

-Sreeet-
-jreb-

"ALLAHU...!!" pekik Surya menahan sakit sembari berlutut di tanah, resleting yang hendak Surya tarik menjepit sesuatu.

"Ngaaah...!" pekik perih Surya membenarkan posisi resletingnya yang sedang menjepit kulit yang tak berdosa itu.

"Kampret, untung jagur kuat, kulitnya tebal kayak badak," gumam Surya sambil berjalan agak mengengkang sembari menggaruk-garuk bagian depan selangkangannya.

-Swift-
-Swift-
-Swift-
-Swift-

Gemuruh mahkluk-mahluk tak kasat mata yang lewat dengan kecepatan kencang melintas di langit atas kepala Surya, bola mata Surya sontak membulat sempurna setelah melihat ratusan kuntilanak berbagai bentuk dan wujud sedang terbang menuju sekolahnya diikuti seekor kuntilanak yang paling besar di depan.

Langkah kaki seribu di lancarkan Surya, walaupun masih menahan perih di daerah kejantanannya ia segera menuju sekolah yang hanya berjarak seratus meteran dari rumah.

"Sial gua terlambat!" seru Surya sembari melihat tabir energi pelindung yang telah hancur porak poranda di koyak para kuntilanak.

Pekik teriakan histeris menggaung dari balik gerbang sekolah, murid-murid yang sedang melakukan upacara sedang menghadapi kerasukan masal, puluhan murid sedang menggeliat mengamuk, mata mereka melotot sempurna sembari menyeringai menyeramkan, para guru kelimpungan menangani para murid-murid yang kesurupan terlebih karena tenaga mereka yang menjadi berlipat ganda.

"Oi...! BAMBANG! BUKAIN GERBANG!" teriak Surya memanggil Bambang temannya yang hendak memegang Ucok yang sedang berontak di tanah lapangan upacara.

"Kemana aja sih lo Surya? elo yakin udah bisa?" tanya Bambang memastikan keadaan Surya.

"Udah jangan banyak bacot, bukain nih gerbang biar gua hajar mereka sekaligus," seru Surya sembari menyingsingkan lengan bajunya

-Kretektektektek-

Gerbang terbuka sepenuhnya, Surya memejamkan kedua buah matanya bibirnya tengah merapal beberapa doa dan sejurus kemudian seluruh tubuh Surya berpendarkan cahaya putih menyilaukan mata para mahkluk astral di lapangan upacara, cahaya putih menyilaukan mata itu membentuk kepompong yang melingkupi tubuhnya dan dalam sekejap lingkupan kepompong itu merekah menjadi sepasang sayap putih lebar laksana burung albatros.

Para murid yang tengah kesurupan menatap nanar ke arah Surya, mereka berbondong-bondong berlari ke arahnya layaknya orang gila sembari merancau tak jelas.

Salah satu sudut bibir Surya menyunggingkan senyum meremehkan.

"Kalian masih terlalu cepat seratus tahun untuk mengalahkanku."

Surya menjulurkan tangan kanannya dan merentangkan jari jemarinya, seketika sayap milik Surya memecah menjadi ratusan panah cahaya, Surya mengepalkan tangannya seraya mengayunkan ke arah rombongan murid-murid kesurupan yang hendak menyerbu dirinya, layaknya hujan panah para kuntilanak yang mendiami tubuh para murid tertusuk hingga terdorong keluar dari tubuh yang mereka rasuki, hantaman panah cahaya menyebabkan para kuntilanak menggelepar dan terbakar hangus di tanah.

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now