Chapter 20 : Inside

1.1K 112 10
                                    

Di sebuah rumah tua berornamen kayu dengan arsitektur khas rumah betawi, tengah duduk di teras depan lelaki tua memakai kaos kutang putih lusuh miliknya, ia tengah menunggu seseorang di temani secangkir kopi hitam di sebelahnya.

"Assalamualaikum," sapa seorang pemuda berjaket hitam di tengah gelapnya malam.

"Waalaikumsalam, masuk sini cu," balas sang lelaki tua.

Sang pemuda mencium punggung tangan sang lelaki tua itu, di belakang sang pemuda berdiri dengan manisnya seorang perempuan dengan jilbab putih miliknya.

"Assalamualaikum pak Kusni," seru sang gadis manis tersebut.

"Waalaikumsalam neng Naura, kalian yakin kan tidak ada yang mengikuti?" tanya Kusni selidik.

Kedua sejoli itu saling tatap menatap kemudian saling menggelengkan kepala bersamaan seraya berkata, "enggak ada kok."

"Bagus kalau begitu, ayo masuk Senja, Naura, maaf rumah babeh hanya sebatas gubuk kecil ini," seru pak Kusni merendah.

Senja dan Naura berjalan memasuki rumah Kusni yang terletak tidak jauh dari sekolah mereka.

Di dalam rumah mereka di sambut istri pak Kusni yang bernama ibu Juleha, Senja dan Kusni duduk bersila di ruang tamu sambil di temani tiga cangkir minuman dan makanan ringan seadanya.

"Bu Juleha ngerepotin ih, air putih saja sudah cukup bu," seru Naura di dapur rumah tersebut.

"Sudah enggak kenapa-napa neng Naura, ibu kan enggak punya cucu, jadi pas kalian datang ibu senang sekali, hayuk ke depan," pinta bu Juleha sambil membawakan makanan tambahan untuk para tamunya.

Naura bersama ibu Juleha bersama duduk di ruang tamu, Kusni dan Senja tengah berdebat tentang suatu hal yang terlihat pelik.

"Kalo gua cabut itu entitas, elu yang enggak selamat, gua enggak bisa ngelakuin itu," seru Kusni.

"Tapi kalau itu bisa menghentikan segala kekacauan ini say..."

"TIDAK! SEKALI TIDAK TETAP TIDAK SENJA! Ingat dengan pengorbanan Surya selama ini! Kamu jangan egois! Kamu numpang di tubuh dia!!" teriak Kusni kesal.

"Pak sabar pak," seru bu Juleha mengelus punggung suaminya menenangkan amarah yang sempat ada.

Dengan gusar Kusni berdiri kemudian berjalan memasuki kamar, bu Juleha mengekor sang suami berusaha untuk menenangkan suaminya kembali.

"Ada apa sih mas Senja?" tanya Naura.

"Enggak, enggak ada apa-apa," seru Senja dingin berusaha menjauh dari Naura.

Senja berdiri dan berlalu menuju teras depan, ia duduk di kursi teras dan perlahan mengambil sebungkus rokok dan sebuah korek dari kantong miliknya.

"Mas Senja ngerokok?"

"Engh, iya, hanya kalau lagi kalut saja kok Ra," kilah Senja.

"Sedikit info aja, aku enggak suka lelaki perokok, tubuhnya aja enggak di sayang apa lagi pasangannya kelak," sindir Naura dengan tatapan tajam kearah Senja.

Senja melirik Naura lemas kemudian tersenyum tipis, ia langsung berdiri kemudian melempar jauh-jauh bungkus rokok dan korek api miliknya tanpa penyesalan sedikitpun.

"Nah githu dong," pungkas Naura kembali sembari tersenyum puas.

"Apapun buat kamu Naura," gombal Senja.

Wajah Naura memerah mendengar kata-kata Senja, "sekarang cerita ada apa sebenarnya, entitas apa yang tadi pak Kusni maksud?" tanya Naura langsung.

"Itu …"

Surya Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang