Chapter 2.30 : pulang pada akhirnya

461 43 28
                                    

-tap-

-tap-

-tap-

Suara langkah kaki mengema pelan di sepanjang lorong gelap nan kelam, di ujung lorong panjang tersebut terpampang sebuah pintu besar yang terlihat dihiasi ratusan tulang belulang dan beberapa tengkorak kepala manusia yang menjadi ornamennya.

Sang empunya langkah mendorong pelan pintu besar tersebut seraya menghela nafas panjang.

-Kriiiieeeet-

Bunyi pintu terbuka bersua dan sepanjang mata memandang terpampang puluhan mayat wanita muda bergeletakan diatas lantai marmer hitam dan bau anyir darah menyeruak memenuhi rongga pernafasan setiap insan yang akan memasuki ruangan tersebut.

"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MEMASUKI RUANGANKU TANPA PERINTAH!! BEDEBAAAAH!!!" Teriakan parau yang menyayat telinga terdengar diseantero ruangan luas tersebut.

Sesosok wanita semampai tengah berdiri tegap sembari menjerat seonggok tubuh seorang gadis yang sekiranya sudah meregang nyawa dengan rambut hitam nan panjang miliknya, sang wanita semampai itu terlihat pucat dengan darah hitam yang menetes keluar dari kedua lubang matanya yang kosong.

-Sraaaaaak-

Lilitan rambut dilantai itu melesat bagai ular yang hendak menerjang mangsanya.

-Nguuuuung-
-Boom-

Rambut itu berhasil menerjang sosok manusia berjubah putih itu namun sebuah kubah pelindung menyelimuti sekujur tubuh dan menahan jerat rambut hitam legam itu untuk menyentuh sosok berjubah putih tersebut.

"Maafkan kelancangan hamba memasuki ruangan suci anda wahai ratu Evelin, perkenalkan … saya adalah utusan dari Sandekala," seru sosok misterius tersebut.

Evelin terdiam seraya melepas jerat rambut hitam miliknya dari sosok misterius tersebut,

"Sandekala!? Cih … mau apa sekte bau kencur seperti kalian kemari!?" tanya Evelin seakan merendahkan sosok manusia didepannya itu.

"Pertama-tama kami turut berduka atas kehilangan yang anda..."

"Grrr...!" geram Evelin mendengarkan kalimat yang terlontar dari mulut sosok tersebut.

"Bukan maksud hati melukai perasaan anda wahai ratu, namun sebagai sesama penganut ilmu hitam saya merasakan apa yang anda rasakan, terlebih … bisnis batu mustika yang anda jalankan merupakan komoditas unggulan anda bukan?" seru sosok berjubah putih tersebut.

Evelin menjatuhkan tubuh wanita muda yang tengah ia jerat dan perlahan melangkah kearah sosok berjubah putih tersebut sembari menyeret gaun panjang miliknya.

-tap-

-tap-

-tap-

"Sebelum kesabaranku habis karena olok-olokanmu barusan, cepat katakan apa yang kalian inginkan?" ancam Evelin dengan ujung-ujung rambut hitam panjangnya yang siap menerjang sosok manusia itu.

Sosok berjubah putih itu terdiam dan tak lama tersenyum tipis menatap wanita semampai dengan rambut nan panjang terurai didepannya.

"Kami ingin membantu anda ratu … kami akan menyediakan kuota mustika untuk anda bulan ini dan akan memastikan pasokan anda akan aman untuk bulan-bulan selanjutnya sehingga lawan-lawan anda tidak akan bisa mengambil klien-klien anda lagi," terang manusia berjubah putih tersebut.

Evelin terdiam sembari tengah memikirkan sesuatu, ia tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan sosok manusia didepannya tersebut.

Manusia misterius berjubah putih itu mengambil sesuatu dari balik jubahnya dan memperlihatkan sebuah boneka kecil dengan rupa yang menyeramkan kepada Evelin. Lantas ia melemparkannya kedepan hingga terjatuh tepat didepan kaki Evelin kala itu.

Surya Dikala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang