Chapter 2.18 : dynamic duo

763 58 1
                                    

Cahaya mentari pagi bersinar dengan cerahnya, semilir angin sepai sepoi berdesir diantara hamparan lapang rerumputan yang terhampar bagai permadani luas.

Ditengah hamparan rerumputan tersebut Devan berdiri terdiam dan terpana melihat pemandangan didepan mata seakan ia tidak dapat melukiskannya dengan kata-kata, Naura gadis berjilbab putih yang sedang dipuja dirinya kala itu sedang terduduk dihadapannya sembari tersenyum manja.

"A'a Devan sini, tidur dipangkuan Naura," seru Naura lembut menatap Devan dengan tatapan teduh.

Bagai anjing gila yang sedang bahagia Devan tersenyum setengah menyeringai sembari mengangguk-angguk dan perlahan berjalan kearah gadis tersebut.

"Na-naura kamu kok disini? Luna mana?" tanya Devan sembari merebahkan kepalanya dipangkuan Naura.

"Kamu bicara apa sih? Kita kan sedang kencan, masa bawa wanita lain … emh … Naura kangen sama a'a Devan," seru Naura mengalihkan pembicaraan sembari tersenyum manis.

"Hehehehehe … jadi malu … ta-tapi tunggu sebentar … ini bukan mimpi kan ya?" tanya Devan memastikan sembari melihat sekeliling.

Dengan tersenyum manis Naura menatap Devan sembari mencubit pelan hidung mancung pemuda itu, "menurut a'a Devan memang ini hanya sebuah mimpi?" tanya Naura dengan nada manis nan manja disisipi kedipan nakal.

"Maunya sih bukan mimpi, ta-ta-ta…" suara Devan terbata-bata disaat wajah manis Naura dihadapannya sekejap berubah wujud menjadi wajah Saka sahabatnya yang sedang murka dengan cubitan di hidung mancungnya yang semakin terasa.

"BANGUN SETAAAAN!!!" maki Saka yang tiba-tiba berhijab.

Sekejap kilat Devan membuka kedua kelopak matanya, sebuah jari kaki tengah menjepit hidup mancung miliknya hingga ia tidak bisa bernafas lega.

Devan segera berusaha menggeliat menepis jepitan jari kaki Saka di hidungnya, "PUAAAH!!!" teriak Devan berusaha bernafas.

"Akhirnya bangun juga si anj…" belum selesai Saka berucap Devan segera merajuk kesal.

"Kampret lu nyet!! Udah jempol kaki bau ikan asin!" kesal Devan kala itu.

Saka tersenyum puas melihat sahabatnya terbangun dengan kesal, "ya mau gimana lagi Dev, gua udah teriak-teriak elu enggak bangun-bangun juga, ya terpaksa pake jempol ajaib," seru Saka sembari menunjukkan kedua jempol kakinya.

"Ajaib pala lu! urgh … ini dimana?" tanya Devan sambil melihat sekeliling.

"Hmfh … sepertinya ruang bawah tanah, disaat kita bertarung dengan Arga pasukannya berhasil membius kita dan mengurung kita disini," seru Saka sambil menggoyang-goyangkan tangannya berusaha membuka ikatan tali tambang di pergelangan tangannya.

"Naura dan Luna bagaimana ya?" tanya Devan yang ikut berusaha membuka ikatan di tangannya.

"Entahlah … semoga saja mereka bisa kabur dan segera kembali ke markas utama, lagipula misi kita sudah gagal," jawab Saka.

Devan menundukkan kepala seraya menggigit satu kancing di pakaian miliknya, ia menggigit suatu benda dan melempar kearah Saka, dengan cepat Saka meraih benda tersebut dengan kakinya dan mendorong benda itu kebelakang hingga tangannya yang terikat meraihnya.

"Bisa enggak?" tanya Devan menatap Saka.

"Sebentar … agak susah posisi gua," jelas Saka.

-Sreg-
-Sreg-
-Sreg-

Bunyi tali dipergelangan tangan Saka terpotong, dengan cepat ia membuka ikatan yang membelit pergelangan tangannya dengan pisau lipat kecil yang diberikan oleh Devan.

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now