chapter 27 : Pencarian

951 77 2
                                    

Surya yang sedang tertidur lelap perlahan membuka kedua kelopak mata seraya meregangkan tubuhnya diatas kasur empuk, dengan malas matanya berpendar mencari jam dinding yang tertempel di depan, jarum pendek menunjuk kearah angka tujuh dengan jarum panjang menunjuk angka dua belas, mata mengantuk Surya seketika berubah menjadi tatapan nanar tidak percaya dengan kenyataan dunia, "DEMI UBUR-UBUR ATLANTIS!! GUA TELAT!!!" teriak Surya seraya loncat dari tempat tidur empuk miliknya.

Ia segera berlari bak babi ngepet yang tengah dikejar warga menuju kamar mandi, hanya cuci muka lalu sikat gigi selesai berkumur ia tersenyum tipis sambil menatap cermin seraya bergumam, "lelaki tampan jangan mandi terlalu bersih, nanti gantengnya luntur," selesai bergumam ia berlari dengan langkah seribu menuju almari dan langsung berganti pakaian seragam sekolah lengkap untuk upacara hari senin.

Surya berlari keluar kamar, "ayah Surya berangkat!!" serunya kepada sang ayah yang menatapnya tidak percaya, tanpa menyapa dan menatap sang ayah Surya pun berlari dan terus berlari walau resleting celananya masih terbuka ia terus berlari tak menggubris keadaannya, malah ia bersyukur untuk angin yang melalui celah di celananya tersebut karena memberikan sensasi sejuk disekujur selangkangan.

Sudah setengah jalan menuju gerbang tiap mata keheranan tak digubris pemuda tersebut, "Gerbang tutup jam tujuh tapi kalau aku lari secepat kilat macem Gundala aku mungkin bisa membalikkan waktu jadi setengah tujuh, enggak ada yang gak mungkin!" seru Surya meyakinkan diri sendiri dengan fikiran terlewat positif.

Jam menunjukkan pukul tujuh tiga puluh, pada akhirnya gerbang sekolah terlihat namun langkah Surya perlahan semakin tercekat dengan tatapan keheranan, didepan gerbang tengah berdiri Kusni hanya mengenakan kaos kutang putih dan sarung santai dengan gerbang yang terbuka lebar, Kusni yang sedang bersih-bersih halaman menggenggam sapu ijuk menatap tajam kearah Surya dengan rona keheranan.

Lelaki tua itu mengambil nafas panjang kemudian berteriak lantang, "BOCAH KAMPRET!! NGAPAIN ELU HARI MINGGU MASUK SEKOLAH!?! RAJIN ADA BATASNYA WOI!!" teriak Kusni puas dan bak disambar geledek Surya terjatuh bersimpuh ia lupa bahwa hari ini hari minggu ia menjenggut rambutnya seraya berteriak lantang, "TYYDAAAAAAACCCCKKK...!!!"

Pintu terbuka pelan dan Surya masuk kedalam rumah dengan perlahan, tatapan matanya kosong karena masih tidak percaya dengan kenyataan bahwa ia berangkat sekolah di hari minggu.

"Pffft ... ayah sudah teriak manggil-manggil kamu loh, eh kamu kencang banget larinya, makanya kalau mau keluar rumah cium tangan orang tua dulu," seru sang ayah sambil mengacak rambut Surya.

Surya hanya mengangguk dengan tatapan kosong kemudian masuk kedalam kamar, tak lama ia sudah berganti pakaian berjalan menuju ruang makan.

"Ayah sudah beliin bubur ayam tuh di meja, makan dih Surya," perintahnya kepada sang anak.

Dengan langkah malas ia menuju meja makan sambil mengambil sendok dan mangkok.

"Udah jangan lemes gitu, anggep aja olahraga lari pagi," seru Bagas menyemangati anaknya.

"Bukan masalah capeknya ayah ini malunya, semua tetangga pada keluar ngeliatin Surya sambil ketawa-ketiwi, Surya malu ayah, mau ditaro dimana muka Surya," gerutu Surya dengan nada lirih sembari menutup wajahnya.

Bagas tersenyum seraya berbisik pelan, "ya taro di kepala lah masa taro di pantat, sudah makan dulu," seru Bagas sambil membuka kembali koran di tangannya.

"Nanti jam sepuluhan Surya mau pergi."

"Kemana?"

"Ketemuan sama teman," jawab Surya dengan sesendok bubur di mulutnya.

"Oh ... trio kwek-kwek ngumpul?" tanya Bagas kembali.

"Bukan, sama cewe."

Bagas menaruh korannya dan langsung menatap tajam Surya.

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now