chapter 2.11 : monster

755 64 7
                                    

-Drap-
-Drap-
-Drap-
-Drap-

Derap langkah yang beradu dengan kerikil-kerikil kecil terdengar pelan dari kejauhan, semilir angin malam yang dingin menusuk sendi-sendi tulang menemani langkah demi langkah seorang pemuda tatkala ia berjalan, lebatnya hutan Angkora telah terlihat jauh tertinggal dibelakang sedangkan didepan langkah sang pemuda hanya ada pemandangan padang sabana nan luas dihiasi sebuah jalan bebatuan panjang menuju ke sebuah desa kecil diujung jalan.

Desa itu bernama desa kumpul budak, desa yang dahulu disebut desa kera Raksa namun berganti nama dan beralih fungsi setelah sang raja Pujakerana turun tahta, desa ini dulunya adalah tempat singgah dan beristirahat sebelum menuju ke kerajaan Pujakerana namun itu dulu … sekarang desa ini adalah tempat penyortiran tahanan kerajaan menuju penjara kawah hitam dan tempat jual beli para budak.

Di dalam desa kumpul budak tepatnya di sebuah kedai minum-minum tengah ramai para jin yang sedang bercengkrama, jin dari berbagai warna dan berbagai jenis membaur menjadi satu dengan rupa yang beragam dan mengerikan, sebagian besar merupakan sosok jin pekerja yang melepas penat setelah seharian berkerja.

-Krieeeek-

Bunyi pintu bersua pelan dan seorang manusia terlihat berdiri didepan daun pintu, seketika riuh rendah suara menghilang dari dalam ruangan, seluruh sorot  pandang mata jin-jin tersebut beralih menatap sang manusia yang berjalan dengan santainya kearah meja depan kedai.

"Minum apa tuan?" tanya sang pemilik kedai yang merupakan jin berwujud kera kecil berpakaian batik bercorak hitam dan putih.

Manusia berhoodie dan bertas beruang merah muda itu duduk di kursi depan meja kedai dengan santai tanpa menghiraukan tatapan tajam penuh curiga para jin disekitarnya.

"Saya sedang tidak haus," serunya kala itu.

"Lalu apa yang anda butuhkan di kedai saya? Disini tidak menyediakan makanan untuk manusia," kilah sang pemilik kedai.

"Santai kera, saya hanya butuh informasi," seru pemuda itu dengan tudung hoodie menutupi sebagian wajahnya dan hanya memperlihatkan lesung dari pipinya. Tangan sang pemuda menyodorkan sebuah koin perunggu diatas meja.

Sang bartender menatap gerak tangan pemuda tersebut, "Jadi informasi apa yang anda butuhkan tuan?" tanya sang pemilik kedai kembali sambil mengambil koin perunggu yang disodorkan lelaki tersebut.

"Aku butuh informasi tentang kawah hitam," jelas sang pemuda.

"Kawah hitam … sangat jarang seorang manusia mengunjungi daerah itu, apa anda sedang mencari bahan untuk sebuah mustika?" tanya sang bartender.

"Tentang itu bukan urusanmu," jawab sang pemuda singkat.

"Hmmm baiklah … Informasi apa yang ingin anda tahu tentang kawah hitam?"

"Informasi tentang penjara tersebut, letaknya, siapa yang bertugas menjaganya dan seberapa jauh jika berjalan kaki dari sini," seru sang pemuda.

Sang bartender menaruh gelas yang tadi ia bersihkan kedalam rak di sebuah lemari kaca, ia mendekatkan wajahnya dekat telinga sang pemuda, "Letaknya berada di utara Pujakerana dan tempat itu lebih tepat jika disebut tambang kematian ketimbang sebuah penjara karena tempat itu dijaga jin yang bernama Rawa, ia merupakan jin yang terkenal kejam dan tidak segan-segan untuk membunuh budak dan tahanan disana, jikalau tidak mati dibunuh mereka akan mati karena kelelahan berkerja tanpa henti disana  … untuk jarak mungkin sekitar setengah hari jika ditempuh dengan berjalan kaki," seru sang bartender sembari berbisik.

"Hmm … setengah hari ya," gerutu sang pemuda.

"Iya tuan, lebih cepat jika menggunakan kereta kencana, namun …"

Surya Dikala SenjaWhere stories live. Discover now