10. Hilang Kabar

59 12 16
                                    

Haii, bingung mau ngomong apa ya buat kalian-kalian. Ini aja deh, jaga kesehatan yaa walaupun udah vaksin. Trus juga usaha in cepet-cepet vaksin biar aman sejahtera.

Enjoy, Happy Reading....



Semenjak hari dimana Jevano mengajak ta'aruf, Ara menjadi sedikit diam setelah itu. Bukan nya apa ya Ara hanya belum siap soalnya dia juga masih SMA kan, bunda nya sama ayahnya juga belum diskusikan masalah kayak gitu. Ara juga dilanda bingung karena Jevano yang tiba-tiba di chat hanya centang 1. Dari kemarin sampai hari ini masih centang 1 membuat Ara merasa bersalah.

Hari ini Ara sedang kumpul keluarga di ruang tengah, ya ngomong in tentang sekolah, kuliahnya Jaka dan sebagainya.

"Kamu mau kuliah dimana hm? Atau mau ikut mas mu di UMS?" tanya sang ayah.

"Aku kayaknya di ITB aja yah," jawab Ira dengan penuh percaya diri.

"Ara, kamu mau dimana?"

"Di UGM."

Ayahnya hanya mengangguk lalu matanya tertuju pada anak laki-laki nya. "Jaka, gimana kuliah mu? Kayaknya santai banget."

"Gak gimana-gimana yah, lancar ya lancar kadang tugasnya meresahkan jadi ya gitu," ucap Jaka lalu menaruh handphonenya di nakas bawah Tv.

"Oh iya, jadi karena berhubungan kalian berdua udah mau kuliah. Ayah sama bunda mau eum apa ya istilahnya nyari kamu cowo."

"ASEKK OTW PUNYA PAWANG ANJAY."

"Jaka, heh mulut nya berani ngomong gitu," tegur bundanya, Jaka cuman nyengir trus istighfar berkali-kali.

"Ta'aruf ya? Tapi Ira dulu, ayah sama bunda ada 1 cowo udah pegangan dari dulu. Dia udah kuliah kok, gapapa lebih tua dari kalian orang justru yang ayah cari tuh yang lebih tua dari kalian berdua. Tapi ya gak jauh-jauh, beda 3 tahun doang. Jadi masih tua dia dari pada Jaka." Yang merasa namanya terpanggil langsung protes, kok kudu lebih tua dari dia.

"Yah, kenapa harus tua dia dari pada Jaka? Jangan lah yah ganti-ganti nanti Jaka gak restuin Ira sama dia," protes Jaka memohon pada sang ayah.

"Ra, emang lo butuh restu dari mas Jaka?" tanya Ara. Tentu jawaban Ira adalah tidak, Jaka mendengus pelan lalu kembali memohon kepada ayahnya.

"Kan walaupun tua dia nanti juga dia jadi adek ipar mu toh Jaka udah gak usah protes, ini pilihan ayah sama bunda. Ira mau kan? Atau kamu udah ada cowo gitu? Biar ayah sama bunda kasih kelonggaran," ucap sang bunda sambil mengelus pundak Ira.

"Eum g-gak ada. Pilihannya ayah sama bunda InsyaAllah udah terbaik buat Ira, tapi si Ara kapan?" Ara langsung melotot kan matanya ke arah kembarannya.

"Kok gue sih? Gak, mending lo dulu ntar gue belakangan. Gue tuh paling muda belakangan deh mending, lo dulu yang kakak gue ye. Gue belakangan tuh tidak keberatan wahai kakak kuh yang tercintah."

"Gue gak setua itu ya, gue sama lo beda 5 menit doang gak tua banget," protes Ira lalu mendorong pelan bahu kembarannya.

Setelah berbincang-bincang banyak, Jaka dan Ira pamit pergi ke kamar untuk mengerjakan tugasnya. Ayahnya juga harus menyelesaikan pekerjaan kantornya jadi harus ke kamar, tersisa lah sang bunda dan Ara.

Anonymous || Jevano [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang