38. Kiss

42 3 5
                                    

Mempersiapkan hati ini agar tidak mleyot
Oke

Enjoy, Happy Reading....



Ternyata tidak butuh satu bulan untuk mengembalikan seorang Ara yang dulu. 3 minggu saja Alhamdulillah Ara sudah sehat dan bebas dari traumanya. Ara juga sudah berbaikan dengan Ira maupun Jaka. Dan melupakan yang telah terjadi. Jaedan dan Ira menetap di rumah yang dirancang oleh papahnya sendiri, hadiah pernikahan dari papahnya Jaedan. Ira sangat bersyukur dengan hadiah ini, letaknya ternyata tak jauh dari apartemen yang Jevan dan Ara tinggali. Jaka dan Lina harus kembali ke Bandung lagi, jadi rumah yang ada di Solo tidak ada penghuni nya lagi.

Karena Ara bentar lagi skripsi, jadi ia harus menyibukkan dirinya dengan skripsinya. Sedangkan Jevan yang kemarin baru saja lulus S1, sekarang melanjutkan S2 sekaligus menjadi kakak dosen di situ untuk mengajar adek tingkat bawahnya. Jevan dipilih menjadi dosen, karena ilmu nya yang luar biasa. Jaedan memilih untuk koas di salah satu rumah sakit, dan Ira melanjutkan S1 nya.

Pagi yang cerah ini hari Jum'at, diawali dengan bangun pagi cuci muka dan gosok gigi lalu pergi ke dapur gak mandi dulu. Ara memilih memasak sarapan dulu dari pada mandi, biasa jiwa bunda-bunda nya keluar. Membiarkan Jevan tidur sehabis shalat subuh tadi karena kemarin Jevan pulang malam. Sebagai istri yang baik, Ara tidak mengganggu Jevan tidur.

Hanya simple saja sarapan mereka ala-ala bule di luar negeri. Kalo Jevan biasa cuman roti, selai cokelat dan susu hangat. Kalo Ara sandwich pakai telur setelah mateng lah, keju lah, selada, pokoknya yang Ara suka ditambah teh hangat.

Jevan terbangun karena ada telfon tiba-tiba ternyata dari dosen kesayangannya Jevan, pak Jeffrey. Tapi sebelum mengangkat telfonnya Jevan sempat terjatuh lalu duduk di pinggir ranjang. "Jevan, materinya kirim siang ini ya."

"Wa'alaikumussalam."

"Oh iya maaf lupa, Assalamu'alaikum. Heh bapak serius ini materinya kirim siang gak mau tau, bangun tidur hah? Pantes, jam segini kok baru bangun ini udah jam tu-"

"Iya pak nanti saya kirim, saya gak ke kampus nanti saya kirim. Udah saya mau sarapan, Assalamu'alaikum." Jevan langsung mematikan telfonnya dan menaruh nya ke sembarang arah. Mengusak rambutnya sebentar karena habis jatuh merasa agak pusing. Sebenarnya dia sama dosennya udah akhrab aja makannya kelakuannya gak bener gitu.

Jevan memilih untuk pergi keluar kamarnya lalu melihat istrinya sedang di balkon apartemen. Jevan menghampiri Ara lalu berdiri di samping wanitanya. "Udah bangun?"

"Belom."

"Dih ketus banget, kalo ngantuk tidur lagi aja sana gak ada yang ganggu yang penting udah shalat ya gapapa. Sana," ucap Ara. Jevan hanya diam menatap Ara, matanya demen.

"Ih apa ngeliatin terus? Kenapa? Ih iya aku belum mandi emang kenapa?"

"Cantik."

"Random banget heran deh," ucap Ara pergi duduk di sofa depan Tv.

"Random-random gini juga suka," ejek Jevan.

Jevan ikut duduk di samping Ara lalu memeluknya. Erat sekali. Tapi Ara hanya diam melihat berita di Tv yang ada saja. Jevan memejamkan matanya sambil memeluk Ara. Tiba-tiba Jevan membisikkan sesuatu pada Ara, "ra..."

Anonymous || Jevano [✓]Where stories live. Discover now