22. Ais

24 3 4
                                    

Gak tau gue terlalu gercep ya?

Enjoy, Happy Reading....



"Gak mau mas Jevan..."

"Harus Ara...."

Ara menatap Jevan dengan tatapan memohon plus imut nya. Dia dipaksa pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kaki bengkak nya itu.

"Ini klinik Raa bukan rumah sakit," ucap Jevan membujuk gadis itu. Ya emang klinik sih bukan rumah sakit, tapi bagi Ara sama saja. Ara hanya diam, trauma nya memang benar-benar membuat dirinya takut. Dari tadi Ara terus dibujuk oleh Jevan agar gadis itu pergi ke dokter, tapi jelas Ara menolak.

Jevan menghembuskan nafasnya pelan lalu mengusap pelan mukanya dan kembali menatap Ara, gadis itu hanya duduk meluruskan kakinya dan kepalanya menunduk. Ohh iya, mereka baru di ruang kesehatan kampus UGM. Tadi ibu penjaga nya katanya harus ke dokter, disitu lah Jevan mulai membujuk Ara.

Jevan menundukkan kepalanya melihat wajah gadisnya, menangis. "Raa, kamu nangis?"

Ara menggelengkan kepalanya.

"Jangan nangis dong."

Lagi-lagi Ara menggelengkan kepalanya.

"Ara, sekali aja kok lagian perginya sama aku."

Ketiga kalinya Ara menggelengkan kepalanya, bahkan yang kali ini benar-benar menolak mentah.

"Nanti aku beliin es krim habis periksa gimana?" bujuk Jevan. Mau disogok apa-apa Ara tidak akan mau, gak mempan.

"Eum kalo ke mall? Malioboro? Jajan terserah kamu mau apa? Apa mau jalan-jalan sama aku?" Ara menggelengkan kepalanya, sungguh dirinya benci rumah sakit atau lainnya yang berbau pasien, dokter dan perawatan.

Jevan sedang memikirkan sesuatu yang membuat Ara ingin ke klinik, tapi tiba-tiba dirinya mendengar isakan dari Ara. "Lohh jangan nangis dong Raa. Gak ada apa-apanya ngapain nangis hm?"

Hellow Jevano Ardiansyah? Apakah dirimu kurang peka? Wanita mu itu sudah mempunyai trauma, dan kau juga sudah tau. Kenapa kau kurang peka terhadap Ara hah?

"Janji deh gak akan aku tinggalin ya?"

Ara menggelengkan kepalanya lalu berusaha ingin turun dan berjalan ke arah luar. Jevan yang melihat pergerakan Ara langsung membantu Ara berdiri. "Mau kemana?"

"Pulang."

"Ara dengerin aku d-"

"Aku gak mau," ucap Ara dengan lirih.

"Iya aku ngerti kok pasti berhubungan sama trauma mu, tapi ini klinik nya beda. Punya sepupu aku, dokternya juga sepupu ku. Ara, dengerin aku deh itu kakinya gak diapa-apain cuman dikasih obat doang. Serius deh klinik nya beda kali ini, bahkan anak-anak banyak yang suka suasananya."

"Klinik anak? Ih gak mau."

"Bukan, klinik umum tapi emang ada klinik anaknya disana. Tapi itu umum, Raa periksa ya?"

Anonymous || Jevano [✓]Where stories live. Discover now