27. Bunda...

18 4 3
                                    

Gws sijeuni, gws guee

Enjoy, Happy Reading...

.

.

.

"Bunda...."

Ayah Ara menyuruh ketiga anaknya untuk pergi menemuinya di taman yang tak jauh dengan ruang rawat inap sang Bunda. Terlihat dari raut muka ayahnya yang sudah bisa di tebak, mengode dari kondisi sang bunda. "Hufft.. Jaka... Ira... Ara... dengerin ayah sekarang ya. Bunda mu udah dari minggu kemarin sebenernya ngeluh, ayah suruh ke rumah sakit tapi bundamu gak mau. Tadi pingsan jadi ayah bawa ke rumah sakit ternyata asma nya bunda kambuh dan tambah parah kondisinya bunda. Kata dokter juga udah ada bantuan alat ini itu, ayah juga udah serahin semuanya ke dokter dan kalo ada yang terbaik emang ayah minta yang terbaik, tapi kalo emang Allah menentukannya sekarang yaudah ya. Ayah juga gak bisa apa-apa sekarang cuman bisa bantu doa."

"T-tapi yah, bunda pasti bisa sembuh," ucap Ira dengan suara bergetar menahan tangisannya.

"Ya semoga, oh iya Jaka kamu gak mau mempercepat rencana mu sama Lina? Bunda mau kamu sama Lina secepatnya katanya."

"Rencana apa?" tanya Ara. Ya memang Ara dan Ira belum tau tentang rencana tanggal pernikahannya Jaka dan Lina, calon istrinya. "Khem cewe gue, calon gue. Gue mau nikah, nape?"

"Ohh lo belum bilang soalnya," ucap Ara sedikit memberi Jaka tatapan tajamnya.

"Saran ayah di cepetin, demi bundamu. Bicarakan sama Lina dulu..."

Oke, kita ke side di depan ruangan ruang inap bunda ada Jaedan, Jevan dan Alina yang tengah duduk menunggu pasangannya masing-masing yang sedang berbicara dengan ayahnya. Alina menengok ke arah Jevan dan Jaedan, "ini ya yang ta'aruf sama Ira sama Ara?"

"Ahh iya," ucap Jaedan dan Jevan secara bersamaan.

"Gue Alina panggil Lina, eum calonnya Jaka."

"Jevan."

"Jaedan."

Lina mengerutkan dahinya lalu melihat wajah Jevan dan Jaedan secara bergantian. "Kayak kembar aja kalian berdua, eh berarti gue lebih muda ya dari kalian?"

"Gue sama Jaedan lahir tahun 2000," ucap Jevan.

"Ahh iya muda gue berarti, soalnya gue 2002 sama kayak Jaka." Jaedan dan Jevan hanya tersenyum dan mengangguk. "Hmm tapi gue yang jadi kakak ipar lo berdua, 3 tahun berarti selisihnya sama Ira Ara?"

"Iya."

"Jurusan apa kalo boleh tau? Eh kerja atau kuliah?"

"Kuliah jurusan kedokteran," ucap Jaedan mewakili Jevan juga. Lina hanya mengangguk tanda mengerti.

"Udah lama apa baru aja?"

"Gue udah awal bulan dulu, Jaedan baru aja." Gadis berhijab pasmina itu mengangguk lalu menengok ke arah taman dan kembali menatap lurus pintu ruang inap calon mertua nya.

Tiba-tiba Jaka kembali dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya, "Lin sini."

"Apa?"

Jaka menarik Lina agak jauh dari tempat dimana Jevan dan Jaedan duduk. Lina yang di tarik pun bingung langsung memasang wajah bingung dan di notice oleh Jaka. "Lin, kalo aku ngomong ini gapapa?"

"Apa?"

"Tanggalnya di majuin, jangan bulan depan bulan ini aja. Tanggalnya nanti akhir bulan aja, mau?" tawar Jaka. Lina terdiam, mungkin bagi dia kecepatan. Tapi Lina bisa liat raut wajah Jaka yang sudah tidak meyakinkan jika ia menolak, demi bundanya.

Anonymous || Jevano [✓]Where stories live. Discover now