15. Hari Buruh

44 7 18
                                    

Aneh gak sih lama-lama alurnya, duhh bahaya nih.

Enjoy, Happy Reading.....



Di pagi yang cerah ini, ya bisa dibilang ini hari Jum'at jadi hari ini adalah waktunya para kaum laki-laki mengsuci kan diri. Hahaha canda-canda, maksudnya shalat Jum'at itu. Pagi ini masih jam setengah 3 waktunya para kaum muslim untuk shalat tahajud. Kita menuju ke kos-kosan yang ruangannya paling gedhe dulu aja kalik ya. Hari ini hari Buruh so jadi serentak libur.

Mark membuka matanya lalu menengok ke arah jendela, rupanya masih gelap. Tenggorokan nya sangat kering jadi ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Mata Mark salfok sama jam dinding di atas figura foto dirinya dan teman se geng nya.

"Ini biasanya pada shalat apa sih? Shalat sebelum subuh itu, kok pada gak bangun? Maybe I should wake up Vano, Jaedan and Haekal." Mark pergi ke kamar Jevan terlebih dahulu. Menurutnya Jevan yang paling gampang dibangunkan. For your info, Mark dan Rendhika bukan orang muslim. Mark beragama Kristen, dan Rendhika beragama Katolik.

Mark menggoyangkan badannya Jevan dan menyalakan lampu utama di kamar Jevan agar pria itu bisa bangun dengan cahaya yang terang. "No, bangun. Setau gue biasanya lo, Jaedan sama Haekal harus shalat sebelum subuh kan? Lo gak shalat?" Saat itu juga Jevan membuka matanya dan langsung duduk sambil menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Oh iya, jam berapa ini?" tanya Jevan.

"Jam setengah 3, apa kepagian gue bangunin? Maaf No gue cu—"

"Gak kok, makasih bang. Gue mau bangunin Jaedan sama Haekal dulu, untung lo bangunin," ucap Jevan langsung pergi keluar kamarnya dan pergi ke kamar mandi. Jevan mengambil wudhu terlebih dahulu lalu pergi membangunkan Jaedan dan Haekal. Sedangkan Mark hanya berdiri dengan gelas ditangannya lalu pergi ke dapur, dirinya tidak bisa tidur lagi.

Jevan langsung memercikkan air nya ke arah muka Jaedan, dia malas teriak-teriak pagi ini. Mending di siram air aja biar cepet bangunnya. "Aduhh lo kenapa sih No? Basah heh," gerutu Jaedan sambil mendudukkan tubuhnya dan menatap Jevan sinis.

"Bangun, tahajud. Gue mau bangunin Haekal dulu, dah sono. Maaf gue males teriak-teriak soalnya," ucap Jevan yang mengundang kekesalan pada Jaedan. Tapi pria itu memilih untuk pergi mengambil wudhu dari pada nge dumel sendiri.

Melakukan hal sama, Jevan memercikkan air dari gayung yang dia bawa ke muka Haekal. Bukan bangun, tapi Haekal malah mengigau yang tidak jelas mana sok ngelamar Sabrina lagi hufft. "Rin, ayok nikah. Udah mapan kan? Sipp ayok ke KUA." Jevan yang mendengar itu hanya mendengus lalu sedikit menuangkan 4 tetes air ke muka Haekal.

"ADUHH BASAH WEH VANO, LO KA—"

"Rendhika bangun nanti, udah ah cepet sono tahajud gue aja hampir lupa untung bang Mark bangunin. CEPET." Haekal hanya memasang muka cemberut lalu pergi ke kamar mandi.

Ketiganya shalat tahajud sendiri-sendiri mungkin juga dengan tujuan berbeda-beda. Jaedan melakukan salam terakhirnya lalu salfok sama 2 kaki yang ada di dapur. Jaedan berdiri lalu pergi ke dapur.

"Bang, ini masih pagi pliss lo udah makan semangka ae. Ohh jangan-jangan semangka cepet habis ternyata lo makan pagi-pagi jam segini hah?" tanya Jaedan sambil berkacak pinggang. Iya si Mark sedang memotong semangka lalu di makan sendiri di dapur, senyumin aja ya.

"Gak tau Jae seger aja makan semangka jam segini trus semangka nya dari kulkas, udah selesai lo? Sini makan sama gue," ajak Mark dengan senyumnya.

"Gak deh bang gue mau ngaji dulu, dah ya nikmatin aja sama bini lo tuh berdua di dapur kan pas? Oke bye." Mark hanya diam sambil menatap Jaedan yang pergi balik ke ruang tengah, lalu melanjutkan makan semangka dinginnya.

Anonymous || Jevano [✓]Where stories live. Discover now