01

25.5K 3.2K 127
                                    


😞😞😞

BANTU VOTE, KOMEN, TERUS SHARE KE TEMEN, TIKTOK, TWITTER, IG, ATAU KE SOSMED LAIN YUK 🙏🏻

MAKASIH ❤️

HAPPY READING

***

"Rani, sayang. Kamu ngga mau ketemu temen kamu? Mereka nyariin kamu, loh. Mereka mau ngajak kamu jalan-jalan."

Ranika yang bersembunyi dibalik selimut tebal berwarna putihnya mengeluarkan kepalanya. Sang ibu, Raya, yang melihat lingkaran hitam di bawah mata putri kesayangannya meringis. "Kamu ngga tidur lagi?" tegurnya cemas. "Kamu udah dua hari loh ngga tidur, Ran. Kamu ngga papa? Kita ke dokter ya?" ajak Raya khawatir.

Ranika menggeleng. "Sebentar, mom. Aku harus melihat detik-detik ceritaku dibaca lima puluh juta pembaca!" sahutnya serius. "Mom katakan saja pada mereka untuk menunggu."

"Ranika...."

"Mom! Ini adalah momen yang menegangkan. Jadi, tolong jangan ganggu aku dulu," tukasnya memotong. "Segera, setelah aku mendapatkan angka itu aku akan berlari ke mereka lalu tidur. Aku berjanji."

Raya menatapnya khawatir. Ranika sendiri kembali menutup selimutnya dan fokus memperhatikan layar laptopnya sembari terus berulang merefresh profil akunnya agar angka pembaca itu segera terlihat. Raya menutup pintu kamar anaknya dengan sedih. "Ranika tidak bisa seperti ini terus. Dia harus keluar dan bersosialisasi dengan temannya." Raya menuruni tangga dan melihat sekitar tiga teman Ranika sedang menunggu dengan penuh harap.

"Gimana tan? Dia mau keluar 'kan?" tanya salah satu temannya dengan wajah menanti.

Raya menggeleng membuat ketiga temannya menunduk. Padahal mereka sangat ingin pergi dengan Ranika. Sudah lebih dari satu minggu gadis itu tidak keluar dari kamarnya dan hanya mengurung diri di rumah. Dia tidak sekolah dan meminta ibunya mengirimkan surat izin sakit pada sekolah hanya untuk menulis. Mereka cemas akan kesehatan Ranika.

"I DID IT! OMG! OMG! MOMMY! I DID IT"

Mereka menoleh menatap seseorang yang berteriak di lantai atas. Ranika yang membawa laptop terbuka di tangannya. "MOMMY! RANI DAPET MOM! SELLA! ARA! TASYA! GUE DAPET LIMA PULUH JUTA PEMBACA WOY! AKHIRNYA! GILA NGGA TUH!" teriak Ranika kegirangan.

Raya dan ketiga temannya ikut tersenyum bangga. Perjuangan gadis itu akhirnya membuahkan hasil. Ranika berlari mendekati mereka namun nahas, kakinya terpeleset dan membuat tubuhnya terjungkal turun menuruni tangga.

"RANIKA!" teriak mereka berempat bersamaan.

Ranika tergeletak setelah beberapa kali berputar dan teratuk bagian tangga. Dia meringis ketika merasakan seluruh tubuhnya merasakan sakit. Ranika mendengar teriakan panik dari orang-orang disekelilingnya. Kepalanya berdenyut sakit dan gadis itu bisa merasakan ada genangan air kental berwarna merah dan amis yang menyelimuti tubuhnya. Gadis itu meringis menahan sakit dan memejamkan matanya. Kegelapan menyelimuti seluruh dunianya.

***

Byurr

"Bangun lo cewek males! Heh! Bangun!" teriak seseorang sambil menendang-nendang ranjang yang ditempati gadis itu. "Aylin, bangun! Lo denger ngga sih, setan? Bangun, udah siang anjir!"

Ranika mengernyit ketika merasakan kepalanya berdenyut sakit dan tubuhnya menggigil kedinginan. Apa lagi-lagi pelayan membuka jendela kamar tanpa seizinnya? Gadis itu mengejapkan matanya dan meringis ketika rasa dingin yang menusuk menyentuh kulit tubuhnya. "Sekarang siapa lagi yang berani buka jendela di kamar gue, pagi-pagi hah?" bentaknya kesal.

Dia mengedipkan matanya menatap seorang pemuda yang juga melihatnya.

"AKH! SIAPA LO? LO SIAPA HAH? BERANINYA MASUK KE KAMAR GUE!" Ranika memukuli pemuda itu dengan bantal dan melirik ke pakaiannya karena merasa aneh. "HEH! LO GILA YA? BERANINYA LO SIRAM GUE PAKE AIR! LO MAU MATI HAH? MATI LO! MATI!" umpatnya histeris.

"HEH! SETAN! GUE ABANG LO! GILA YA LO! NGAPAIN LO PUKUL GUE! AKH! PA! AYLIN GILA!"

"Aylin?" Gadis itu berhenti memukul pemuda itu dan mengernyit. "Nggak usah alesan! Lo ngapain siram gue hah?" sentaknya galak. "GUE BUKAN AYLIN! AYLIN ITU SIAPA? JANGAN NGARANG LO YA! DASAR COWOK GILA!" teriak Rani sambil memukuli pemuda itu lagi.

Darren terkejut. "Dek, ngga mungkin 'kan lo hilang ingatan cuma karena gue pukul pake sendok? Sumpah, ngga lucu!" ujarnya sambil menangkap bantal yang dipukulkan padanya. "Aylin, yang serius anjir. Gue kakak lo satu-satunya. Masa lo ngga inget sih, Lim? Gue Darren! Darren Wiseno Arsad. Cowok paling ganteng sedunia!"

Rani menatapnya aneh. Kakak? Dia hanya punya kakak perempuan dan bukannya kakak laki-laki. Lagian kenapa dia memanggilnya Aylin?

"Lo ngga usah ngarang. Lo ngapain di kamar gue?" tukasnya tajam.

"Ya bangunin lo sekolah, lah. Ini udah mau jam tujuh. Axiel juga udah nungguin dibawah. Lo dijemput sama tunangan lo, bego!"

Rani mengernyit bingung. "Tunangan?" beonya bingung. "Sejak kapan gue punya tunangan? Lagian, Axiel siapa? Gue ngga punya kenalan Axiel."

"Dek, sumpah, ini udah ngga lucu lagi. Jangan bercanda, deh!" ujar Darren jengkel.

"Gue juga lagi ngga bercanda. Emang Aylin siapa? Axiel siapa? Darren juga siapa? Kalian siapa?" ulang Rani serius.

Darren melihat adiknya yang tampak sangat serius. Wajahnya seketika berubah. Darren membuang bantal yang tadi dia tahan dan berlari keluar. "PA! PA! GAWAT! MASALAH BESAR! ADA MASALAH BESAR! PAPA!"

Rani menatap pemuda itu dengan aneh. Dia menoleh dan melebarkan matanya ketika melihat tampilan wajah seorang gadis asing di kaca. Rambut hitam legam dan mata berwarna cokelat madu. Dia menatap Darren yang juga mengawasinya dari pintu. "WHAT THE DUCK IS THIS?"

Rani mendorong pemuda itu keluar dari kamar dan menguncinya dari dalam. Apa-apaan ini? Matanya seketika berotasi menatap lingkungan sekelilingnya dan membekap mulutnya ketika sadar ini bukanlah kamarnya. Interiornya sangat berbeda dengan miliknya. Jika kamarnya dulu mirip seperti rumah hantu karena ada banyaknya papan penanda dan juga gambar-gambar aneh sementara kamar ini tampak elegan dan juga anggun. Warna cream pastel yang dipilihnya juga meja aksesoris yang tampak penuh membuat Rani membekap mulutnya syok. "Ini kenapa?" ujarnya bingung. Rani melangkah menuju kaca yang menampilkan seluruh tubuhnya dan mendelik. "Itu gue? Kok bisa?" ulangnya bingung.

Rani melangkah bolak-balik sembari mengigiti kukunya dan sesekali mengetuk-etuk keningnya. "Tunggu." Rani memiringkan kepalanya. "Dia bilang gue Aylin 'kan? Tunggu? Oh shit! Aylin? Sialan, Aylin si cewek sampah yang diciptain salah satu followers gue itu? Yang authornya gue maki karena ceritanya jelek banget?" Rani menggeleng. "Ah, ngga mungkin. Ngga mungkin dia. Lagian gimana mungkin gue bisa di sini? Ngga mungkin banget."

Rani menampar pipinya sendiri dan meringis sakit. "Sial, sakit banget. Mommy, tolong Rani!" teriaknya histeris.

***
Makasih udah baca 🙏🏻

Pengen buat mati yang beda, tapi ngga tau lagi gimana. Masa gantung diri di pohon toge. Jadi klise aja lah 😪

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now