1O

18.3K 3.3K 385
                                    


Maaf lama ngga update.

BANTU VOTE, KOMEN, TERUS SHARE KE TEMEN, TIKTOK, TWITTER, IG, ATAU KE SOSMED LAIN YUK 🙏🏻

MAKASIH ❤️

HAPPY READING

***

"Lo ngapain lagi, Ay? Kenapa hidup lo gini amat? Lo abis ngapain sebenernya. Sumpah. Otak lo ngga digunain beneran 'kan? Pantes gue jadi ikutan susah mikir. Gue puyeng, mual, kembung, mau muntah. Gue bisa aja jadi cewek jahat, tapi gue ngga mau mati, anjir! Gue masih mau hidup! Ini kesempatan kedua gue. Please, banget. Tolong, banget. Kasih gue ingatan lo kek, biar gue tau gimana lo dulu. Kalo gini, apa yang bakal gue lakuin? Hah? Walaupun gue tahu semua yang ditulis tapi gue ngga tau apa yang lo rasain! Bisa aja lo ngelakuin sesuatu yang ngga lo sadari 'kan? Jadi tolong, kasih tau gue! Gue mohon!" Aylin menyatukan telapak tangannya di dada dan menundukkan kepalanya hingga bersentuhan dengan tangannya. Seperti menyembah. "Please, kasih tau gue sesuatu."

"Aylin."

"Apa?" sentak Aylin galak.

"Kamu nyembah kecap sama saos? Emang mereka bisa kabulin permintaan, ya?" Karla menatap saos dan kecap di depannya kemudian mengikuti Aylin. "Tolong bantu kami."

Aylin melongo. "Kar, lo pinter, kenapa malah ngikut gila kaya gue? Kenapa?" ratapnya prihatin.

Karla mengernyit. "Kamu bilang aku harus ikutan apa yang kamu lakuin dan kamu perintahin. Aku babu kamu 'kan?" ujarnya lugu.

Aylin membenturkan keningnya di meja kantin. Gila. Dia benar-benar gila. Dia bilang bocah bodoh untuk diajak bicara. Tapi bukan bodoh yang seperti ini.

Dua perempuan ini sudah menarik perhatian sejak datang ke kantin. Aylin yang dengan sombong menyuruh Karla sementara gadis itu menurut dengan wajah tersenyum. Tapi mereka bukan hanya memperlihatkan interaksi lain seperti pembully dan korbannya. Mereka justru seperti dua orang bocah yang bertengkar karena beberapa hal kecil.

Jordan terkekeh. "Aylin kok jadi lucu gitu, ya?" celetuknya ringan tanpa sadar.

Axiel segera menatapnya membuat Jordan tersenyum. Tio dan Reno juga diam-diam menyetujui Jordan. Gadis itu berubah drastis. Walaupun tetap jahat tetapi dia tidak lagi mengejar-ngejar Axiel.

Suara dering telepon membuat Axiel menoleh. Dia melihat nama 'ayah' tersemat di layar dan membuatnya mendengus. Axiel menjauhi teman-temannya sementara mereka saling menatap bergantian dengan menggeleng pelan.

Wajah Axiel berubah tegang. Apa dia salah dengar? Tidak mungkin. Pemuda itu menatap Aylin yang sedang mengoceh pada Karla sembari menyusun selada, daging, juga nasi kemudian memasukkannya ke dalam mulut bulat-bulat. Axiel mengepalkan tangannya. "Baik, ayah. Aku mengerti." Begitu sambungan telepon terputus, Axiel segera menghampiri Aylin. "Maksud lo apa?"

Aylin menelan hasil kunyahannya dan menatap Axiel dengan aneh. "Apa?" balasnya santai.

"Kenapa lo minta ayah lo buat ganggu perusahaan bokap gue?" tanya Axiel sengit.

Aylin mengedipkan matanya. Dia kemudian mengambil daging juga selada lagi lalu menambah mayonnaise dan memasukkan bulatan itu ke mulutnya. Tidak memperdulikan Axiel sedikit pun. "Kenapa ngga makan? Makan, bego! Nanti lo harus bawain belanjaan gue!" titah Aylin pada Karla. Karla menatap Axiel yang melotot padanya dengan takut namun melihat Aylin yang diam saja dan terus makan membuatnya juga melakukan hal yang sama.

"Aylin! Maksud lo apa, hah?" sentak Axiel sambil mendorong bahu Aylin hingga makanannya terjatuh.

Mata Aylin berubah tajam. "Maksud gue apa? Maksud gue, lo pergi jauh-jauh dari hidup gue! Kalo bisa jangan muncul lagi!" makinya kesal. Aylin menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia tidak mau merubah alur tapi ini keterlaluan. Makanannya tidak bersalah. Daging itu harusnya masuk ke dalam perutnya dan bukannya jatuh hingga bercumbu dengan lantai yang kotor!

Lagipula jika dipikir-pikir, dia baik-baik saja sekarang. Setelah aksinya memukuli Axiel dengan kuat tadi malam, tidak terjadi apapun dengannya. Eksistensinya masih ada di sini. Jadi, sepertinya dia bisa merubah alurnya seperti yang Aylin katakan.

"Lo main trik apa lagi buat gue? Najis, gue ngga bakal tertarik sama lo! Jadi stop ganggu bokap gue!" singgung Axiel tajam.

"Trik? Trik lo bilang? HAHAHAHA!" Aylin tertawa lebar dan mendorong dada Axiel. "Gue ngga lagi mainin trik sama cowok sampah kaya lo. Lo jadiin gue buat taruhan demi motor lo balik. Lo kira gue bakal tetep cinta sama lo? Enggak, Xiel! Enggak! Otak gue udah waras. Cinta sama lo cuma bikin sakit hati. Kenapa gue pertahanin orang yang bikin gue sakit? Lo kira karena gue cinta sama lo, lo bisa permainin gue semau lo? Lo bisa kontrol gue semau lo? ENGGAK, XIEL! LO SALAH BESAR!"

Aylin berteriak marah. Baru kali ini ucapannya benar. Baru kali ini Aylin berani membentak Axiel. Semua syok, tak terkecuali Axiel yang menatapnya dengan nanar.

"Coba otak lo pake! Cewek mana yang diem aja pas tau dia dijual sama orang yang dia sayang? Cewek mana yang diem aja waktu lo biarin di pinggir jalan, yang banyak cowoknya dan bisa bikin dia celaka? Pake, Xiel! Pake!" Aylin menatap Dara yang tersenyum kecil dibelakang Axiel. "Lo boleh cinta sama orang, tapi jangan sampe hal ini buat lo kehilangan empati lo. Dia!" Aylin berteriak pada Dara yang merubah wajahnya menjadi sendu. "Lo tau dia siapa? Dia cuma anak dari orang yang udah bokap lo sakitin! Dia ke sini buat balas dendam dan lo ngga bisa liat itu padahal gue udah berusaha jelasin semuanya? Gue tunjukin buktinya. Gue lakuin semuanya tapi lo masih bertahan sama dia? Lo tolol, Xiel. Kalian emang pasangan yang serasi. Pasangan bajingan sama si pelacur."

Suara tamparan yang keras terdengar menggema di kantin hari itu. Aylin menyentuh pipinya yang perih akibat tamparan Axiel dan menatap tajam cowok itu. "Jaga mulut lo!" ancamnya dingin.

Aylin meraih botol saus dan melayangkannya ke kepala Axiel. Suara pecahan disusul teriakan tertahan membuat suasana semakin tegang. Karla bahkan sudah mundur dengan memegang mulutnya untuk menutupi teriakannya tadi. Axiel memegang kepalanya yang berdenyut sakit dan kotor akibat saos yang kini memenuhi rambutnya. Aylin tersenyum lebar. "Lo pikir cuma lo yang bisa main tangan? Gue juga bisa!" balasnya sengit.

"AYLIN! APA YANG KAMU LAKUKAN?"

Aylin menatap seorang guru perempuan yang melihatnya dengan garang. "Aylin, ikut ke ruang bk sekarang juga! Axiel, bersihkan rambutmu lalu ikut ibu!" Dia menatap anak-anak muridnya yang berkumpul. "Kalian semua masuk ke kelas kalian masing-masing!" titahnya garang.

Aylin menyeringai dan menatap Dara yang tampak terkejut. Gadis itu mendekatinya dan berbisik, "Gue juga bisa bunuh, lo. Jadi, jangan macem-macem ya cantik!"

Teman-teman Axiel menatap Aylin dengan syok sementara gadis itu malah melambaikan tangan ke arah mereka dengan wajah tidak berdosanya seakan sedang melakukan catwalk. Aylin tak ragu tertawa ketika Jordan mengacungkan jempol ke arahnya yang berakhir dipukuli oleh teman-temannya.

***

Terima kasih banyak udah baca
Jangan lupa jejak, ya.

03-11-2021

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now