42

3.8K 752 103
                                    

Maaf, gue lama update. Gue puyeng ngurus masalah sebelah.

Lupa? Ya udah baca lagi kalau sempet 🤣

***

“Aylin, apa ini? Kamu diteror?”

Aylin meringis kaku tatkala sebuah kotak sampai di tangan ayahnya, Kaffa. Kotak berisi boneka dengan lengan dan kaki terpotong kemudian dibaluri darah hewan. Sebuah pemandangan menjijikkan yang membuat Angela di sisi Aylin menyingkir jauh dan mengeluarkan semua isi perutnya karena mual, sementara Aylin sendiri malah menatap kotak itu dengan pandangan aneh. Aylin segera mengeluarkan ponselnya dan memotret isi kotak itu. “Serem amat,” ujarnya memberi komentar.

“Aylin, kamu diteror? Sejak kapan? Kenapa kamu nggak bilang Papa?” Kaffa memberondong Aylin dengan berberbagai pertanyaan. “Ini bahaya loh, Lin. Kamu bisa kenapa-kenapa,” ujarnya cemas.

Aylin menggeleng. “Enggak, Pa. Santai, ini baru pertama kali dateng ke rumah kok. Aylin mah nggak takut yang beginian,” sahutnya pongah. “Yang Aylin heranin, ngapain dia kirim pake darah hewan, kenapa nggak sekalian pake darah manusia aja?”

“Aylin, serius deh. Jangan bercanda! Kamu tahu kalo teror ini bisa bertahap ke teror yang lebih lanjut?!” seru Kaffa cemas. “Malahan dia mungkin bisa bahayain nyawa kamu!”

Aylin menghela napas panjang. Dia memeluk sang ayah dengan sayang. “Pa, tenang aja. Aylin bukan Aylin yang dulu. Aylin udah berubah jadi Aylin pastiin semua bakal baik-baik aja. Aylin janji, Pa.”

“Nggak bisa, Lin. Kamu dalam bahaya. Gimana Papa bisa tenang?” sela Kaffa marah.

Aylin diam. Dia salah langkah. Seharusnya dia tidak bilang jika dia baik-baik saja dan mengatakan pada Kaffa untuk tenang saja. Kaffa bukan orang bodoh. Ayahnya orang ternama dan pemimpin perusahaan besar yang memiliki kekuasaan. Ayahnya pasti akan bergerak mencari pelaku yang meneror anaknya. Tetapi, jika ayahnya ikut campur maka masalahnya tidak akan pernah selesai.

Aylin dianggap buruk karena tabiatnya yang selalu berbuat salah lalu memanfaatkan kekuasaan ayahnya. Dia melakukan berbagai hal yang dibenci banyak orang tanpa rasa bersalah. Ini benar-benar hal konyol. Sungguh, demi menarik perhatian Axiel si bodoh, Aylin malah melakukan hal kekanakkan seperti ini.

Tetapi Aylin yang sekarang berbeda. Dia ingin terlihat jahat bukan untuk menarik perhatian melainkan untuk dibiarkan. Dia ingin orang-orang membicarakannya lalu menyingkir sebab saking jijiknya pada dia dan bukannya malah mencari tahu. Maksudnya seperti ini, ketika orang berbuat jahat maka orang-orang akan mencoba menemukan jati dirinya. Nah, Aylin ingin menghindari itu. Dia ingin orang-orang membicarakan sikapnya yang seperti penyihir kemudian memilih menyingkir karena ketakutan dan tidak mau berurusan dengannya. Itulah gadis jahat yang Aylin inginkan. Dia harus bertahan selama setahun ke depan di sekolah jadi, dia harus mempertahankan image-nya ini agar tidak diusik.

Jika dia diteror dan pelakunya ditangkap oleh ayahnya sendiri maka kemungkinan teror yang lain akan tetap datang. Tetapi jika teror ini dia selesaikan sendiri maka tidak akan ada teror yang datang lagi padanya sebab tahu jika hal aneh seperti ini tidak mempan padanya. Itulah maksudnya tetapi dia salah berbicara pada ayahnya.

“Papa.” Aylin menggenggam tangan Kaffa. “Percaya deh sama Aylin, Pa. Aku bakal selesaiin masalah ini sendiri. Kalo aku terus bergantung sama Papa, maka orang-orang itu bakal tetep remehin aku dan terus ngirim benda-benda aneh ini karena ngira Aylin ketakutan. Sampah-sampah itu bisa membludak di sekitar kita, dan itu pasti sangat menyebalkan, Pa. Lagipula, ini hanya boneka dipotong, bukan hal yang menyeramkan sama sekali. Coba kasih kepercayaan Papa sama Aylin,” jelas Aylin lebih lanjut.

“Tetapi, Lin. Ini berbahaya. Papa nggak bisa biarin kamu bertindak sendirian,” protes Kaffa tidak terima.

“Ada Arkala sama Kak Darren, Pa. Aku bakal minta bantuan mereka berdua,” Aylin tersenyum. “Percaya deh sama Aylin. Aylin pasti baik-baik aja. Aylin janji!”

Melihat tekad dimata sang anak membuat Kaffa bimbang. Jika dia melepaskan masalah ini begitu saja maka Aylin bisa saja dalam bahaya, tetapi jika dia mempertahankan pun bahaya yang mengintai tidak akan menghilang. Alasan Aylin ingin mengatasi masalahnya sendiri memang bukan ide yang buruk. Dia bisa belajar menyelesaikannya sendiri. Tetapi, Kaffa tidak rela. Dia tidak bisa membiarkan Aylin begitu saja. Pria itu menatap anaknya dengan ragu sementara Aylin berusaha keras menanamkan tekad di matanya. Dia berusaha memberi pengertian pada Kaffa melalui matanya jika dirinya benar-benar serius.

“Oke, fine. Masalah ini Papa serahin ke kamu. Tapi, kalo sampe sesuatu terjadi, Papa bakal ambil alih dan hukum siapapun pelaku yang ngasih kamu barang kaya gini.” Kaffa memeluk sang anak dan mencium puncak kepala Aylin. “Kamu harta Papa, Lin. Kamu kesayangan Papa, jadi Papa mohon, jaga diri kamu baik-baik.”

“Iya, Pa. Aylin ngerti, kok.”

Darren yang baru saja tiba di rumah menyipitkan matanya melihat kakak dan adiknya sedang berpelukan penuh kasih sayang. Kaffa yang tak sengaja melihat Darren tersenyum. “Darren sini, ikut pelukan sama kita.”

Aylin ikut menoleh, dia melihat ekspresi jijik Darren. “Sini, Kak. Kita keluarga bahagia loh. Harus saling mengasihi satu sama lain,” tuturnya ngawur.

Darren bergidik ngeri. “Nggak usah, deh. Darren nggak tertarik,” tolak Darren geli.

“Ya ampun, jangan gitu. Nanti kamu ngambek lagi. Papa berusaha adil, loh. Makanya sini pelukan sama Papa.”

Darren merinding. “Enggak, Pa. Darren baik-baik aja. Silahkan diteruskan adegan Papa sayang anak yang penuh kasih sayang. Darren nggak bakal ganggu, permisi ...,” pamit Darren sambil melangkah melewati keduanya dengan pelan-pelan. Seolah-olah dia tidak mau bersentuhan dengan mereka sedikit pun.

“Papa mau meluk Darren dulu, ya. Kayaknya dia iri tapi malu.”

Aylin mengangguk dan membiarkan Kaffa menyusul sang kakak.

“Darren!” teriak Kaffa sambil berlari mendekati Darren. Cowok itu terkesiap kaget dan mulai berlari.

“Papa apasih! Minggir, woi! Lin, ngapain di lepas?!” pekik Darren kelabakan menghindari sang ayah. “Nggak usah, sumpah deh! Darren nggak iri apalagi minta di peluk. Darren baik-baik aja. Papa kenapa ngotot banget sih?!” semburnya sambil terus melarikan diri.

Aylin sendiri memilih tertawa terbahak-bahak menyaksikan interaksi keduanya yang sangat menggemaskan atau lebih tepatnya aneh namun membuat hatinya menghangat. Darren benar-benar tak sudi dipeluk ayahnya sementara Kaffa sangat bertekad untuk memberikan pelukan kasih sayang pada sang anak yang sempat merajuk beberapa waktu yang lalu.

Darren sendiri saat ini menyesal telah membentak sang ayah dan membuatnya menjadi bertindak seperti ini. Lagipula saat itu dia tidak bermaksud seperti yang sekarang, dia hanya lepas kendali karena sedang stres akibat tugas yang menumpuk. Juga, ayahnya yang terlalu memanjakan Aylin. Dia tidak mau adiknya itu semakin bertindak semaunya sendiri seperti yang terjadi pada Raga. Itu sangat keterlaluan. Walaupun sekarang dia sudah mulai memperlihatkan perbedaan yang signifikan dan tidak seperti dulu. Ya, bagian menyebalkan darinya tidak bisa dihilangkan.

Aylin menatap kotak kotor yang tergeletak di bawah dengan tangan terkepal. Di teror secara bertahap seperti ini memang tidak mengerikan tetapi justru membuatnya murka. Dia berani mengirim hal seperti ini ke rumahnya dan membuat orang-orang yang dia yang menyayanginya menjadi khawatir. Ini tidak bisa dimaafkan. Aylin bersumpah, dia sendiri yang akan menampar wajah siapapun itu dengan sekuat tenaga. “Gue nggak akan lepasin lo,” ujarnya penuh tekad. Dia akan menemukannya. Bersiaplah serangga sialan.

***

17-2-2022

Jadi, definisi jadi jahat macam apa yang kalian mau?

I'm An Antagonist GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang