39

4.6K 933 115
                                    

***

“Dari dulu gue kepo, Ka. Lo inget enggak sih gimana awal lo kenal narkoba? Kok bisa sampe terjun ke dunia itu?”

Di singgung pasal itu membuat Arkala berhenti menyesap rokoknya. Dia menelan ludah gugup dan menatap Daniel yang melihatnya dengan tajam. “Ah, bener juga ya. Gimana gue kenal itu?” Ia malah balik bertanya dan membuat Daniel menatapnya datar.

“Sebenarnya kenapa sih lo bisa sebego ini jadi cowok?” Daniel berdecak pelan. “Gila, makin tambah umur bukannya makin mikir, otak lo malah makin enggak guna. Terus gimana cara lo mau jagain Aylin?” tegurnya dengan nada mengejek yang kental.

“Jangan hina gue. Gini-gini gue bakal taruhin seratus persen nyawa gue buat dia!” jawabnya menggebu.

“Iya, biar dia nikah sama yang lain 'kan?”

Arkala mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dia menatap Daniel dengan pandangan berkaca-kaca. “Gue harus gimana dong?” rengeknya bingung.

Daniel mendorong kening Arkala. “Otak lo di pake. Tanya bokap lo lah. Dia yang ngurus lo dari awal kena sabu sampe akhirnya lo dipenjara. Dia pasti tahu banyak hal soal lo. Lagian, bisa-bisanya lo enggak inget apapun kecuali bangun di rumah sakit dan sebelumnya lagi nyabu di club. Dasar sinting!” desisnya sebal.

Arkala menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan meringis. Benar juga. Dia ini bisa-bisanya melupakan hal sepenting itu. Bahkan karena terlalu asyik bermain dengan Aylin, dia sampai lupa tujuannya mencari tahu alasan perceraian orang tuanya. Dia bangkit dan membuang rokoknya ke tempat sampah setelah dia padamkan ujungnya dengan cara diinjak. “Gue bakal ke sana sekarang!” ujarnya lantang.

Daniel memukul pelan bagian belakang kepala Arkala dan membuat cowok itu mendelik. “Sakit, bego!” serunya kesal.

“Lo yang bego. Jam satu malem kaya gini mau ngapain ke rumah lo? Bokap lo pasti lagi tidur.” Daniel menoleh ke sekelilingnya dan melihat anak-anak tempo hari sedang sibuk melakukan tugasnya. “Gue agak takjub sama otak lo yang bisa-bisanya kepikiran buat ngalihin geng ini buat bikin tempat kaya gini. Distro, restoran, sama perpustakaan di tempat yang sama. Ini bisa jadi ladang usaha yang bagus.”

Arkala tersenyum sombong. “Ya mau gimana lagi, gue emang pinter.”

“Ya pinter emang kalo soal cari duit, kalo yang lain ya lowbat tuh otak.”

Wajah Arkala kembali mendung. Dia menatap anak-anak yang sedang sibuk bekerja dan tersenyum puas. Mumpung besok pagi hari minggu, dia mengajak semua anggota arxchivers buat lembur. Ini akan menjadi restoran pertama di kota yang memiliki banyak fasilitas menarik di dalamnya. Ada ruang belanja, bersantai, juga khusus berfoto ria. Dia juga berencana merekrut para pedagang kaki lima untuk membuat stand makanan di sini. Jadi, orang-orang bisa memilih mau beli yang jajanan yang enak dan murah atau yang sedikit berkelas dan mahal. Arkala sudah memikirkan matang-matang soal ini. Dia juga beruntung karena wajah para anggota Arxchivers sedikit tampan walaupun tidak setampan dirinya setidaknya mereka bisa menarik pelanggan.

Arkala tahu tidak semua orang di arxchivers yang berasal dari kalangan atas. Mereka masuk ke geng ini untuk mencari uang dengan menjadi joki balapan atau yang lain.
Itu membahayakan nyawa, lebih baik seperti ini dan membuat mereka bisa hidup lebih baik. Agenda lain, dia juga akan sparing dengan mereka setiap satu kali seminggu. Hades juga setuju, mereka memiliki alasan lain untuk tetap bertahan di sini dan itu membuatnya lega.

Untuk masalah berlawanan dengan sekolah lain, Arkala akan meminta bantuan polisi yang juga kenalannya. Tidak apa disebut pengecut, dibanding nyawa mereka melayang. Masa depan mereka sedang dipertaruhkan. Dia akan mencoba merusak sistem geng ini dan membuat mereka menjadi siswa normal. Tidak ada tawuran atau hal lain yang membuat kerepotan banyak orang. Mereka hanya akan fokus mengukir masa depan dengan kekonyolan mereka di masa muda. Menikmati kehidupan sekolah yang tidak mungkin terulang kembali.

“Btw urusan lo sama Axiel kelar 'kan?”

Arkala menoleh, dia berkerut bingung. “Masalah apa?” ulangnya malah balik bertanya.

“Masalah yang mungkin bisa hancurin hubungan lo sama Aylin. Gue enggak mau peduli sih, cuma mau gimana lagi, lo temen gue yang nyusahin jadi gue harus ikut campur.”

Arkala mendelik. “Lo suka Aylin?” sembur cowok itu galak.

“Enggak.”

“Atau lo suka–”

“Enggak suka lo, gue normal. Najis amat suka sama lo.” Potong Daniel dengan cepat. Dia menghela napas panjang. “Sepupu cewek gue buat masalah sama Aylin dan Axiel jadi gue juga harus ikut tanggung jawab. Dia kehilangan bokapnya dan pengen bales dendam sama dia tapi ternyata dia malah jatuh cinta dan rebut Axiel dari Aylin. Semacam itulah. Gue juga enggak nyangka kalo dunia ternyata sesempit ini.”

“Hm ... Oh shit!” Arkala mendelik kaget. “Sejak kapan lo punya pacar?”

“Sejak enam bulan yang lalu,” sahut Daniel kalem.

“Kok enggak tanya gue dulu?” semburnya galak.

“Kenapa harus tanya?” ulang Daniel bingung.

Arkala cemberut. “Lo ini temen gue. Harusnya kita berbagi rahasia dong. Masa lo enggak ngasih tahu gue, info sepenting ini. Lo temen gue bukan sih?” sungutnya geram.

“Enggak usah lebay.” Daniel mendengus. “Lagian lo juga nyabu enggak ngomong gue.”

“Lo mau?”

“Ya enggaklah, tolol. Buat nyegah lo lakuin hal gila. Malah udah kebablasan duluan.”

Arkala menunduk dengan perasaan bersalah. Dia juga tidak tahu bagaimana bisa seperti itu. Daniel berdecak pelan. “Udah, pokoknya lo inget-inget aja masalahnya. Aylin enggak boleh ngerasain teror gila yang gue rasain atau, dia mungkin bakal tinggalin lo.”

Arkala menelan ludah gugup. Diingatkan kembali soal itu membuat bulu kuduknya meremang. Dia ingat benar semua masalah yang menimpa Daniel. Pertama, cowok itu diteror dengan dikirimi boneka dari jerami berbentuk seperti manusia terus menerus. Satu kali setiap hari. Itu berlangsung selama satu minggu. Kedua, Daniel terpaksa pindah rumah karena dia menemukan banyak keanehan lain seperti tulisan-tulisan seram di kamar mandi atau cermin. Ketiga, Daniel selalu dalam bahaya. Baik itu jatuh dari tangga, kepleset di kamar mandi, atau bahkan yang paling parah adalah kecelakaan motor. Itu benar-benar mengerikan, seolah-olah dia diikuti sial setiap kali melangkah padahal akibat manusia. Untungnya setelah itu orangnya tertangkap, namun dia tetap bungkam akan nama tuan aslinya.

Itu terjadi selepas Daniel menjemput Arkala dari lapas.

“Lo sadar 'kan gimana bahayanya?” Daniel menatap Arkala yang kini berwajah cemas. “Kelihatannya sepele tapi sebenarnya bikin trauma. Semua hal yang dipandang remeh selalu menimbulkan efek yang mengerikan. Sama halnya kaya kejadian-kejadian itu. Hal yang sama berulang kali bukan bikin terbiasa, tapi bikin paranoid. Karena ini juga, setiap kali gue liat boneka, badan gue bereaksi. Bahkan cuma liat sekilas doang, gue udah keringat dingin. Gue enggak tau apa yang bakal terjadi kalo seandainya dia neror Aylin.”

***

31-1-2022
Terima kasih banyak udah baca

Guys kalo kalian punya innovel/dreame bantu tap love di story aku ya. Kalo mau baca juga silahkan. Isinya emang jauh beda banget sama yang biasa kutulis karena genre-nya romance-action 🤣

 Isinya emang jauh beda banget sama yang biasa kutulis karena genre-nya romance-action 🤣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terima kasih banyak 🙏🏻🙏🏻😘

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now