50

3.4K 403 29
                                    

Aylin memakai pakaian mini dress hitam bertali spageti yang panjangnya hanya sampai lutut. Dia menggerai rambutnya dan memakai riasan yang bisa dibilang terlalu dewasa. Lipstik merah merona dengan bulu mata cetar yang justru aneh jika dipikir secara logika tapi sialnya malah terlihat cocok untuknya.

Angela mengenakan pakaian model out of shoulder warna merah yang dipadukan dengan rok hitam mini. Awalnya pakaian ini yang akan Aylin pakai dan juga sudah Angela pilihkan karena tidak terlalu minim, tapi Aylin menolak. Katanya sesekali dia ingin berpakaian seksi.

Benar kata gadis itu. Aylin sekarang terlihat sangat berbeda. Mini dress warna hitam itu begitu pas di tubuhnya yang ramping.

Gadis itu dengan bangganya menari dan juga minum. Sial, ini salahnya. Angela menatap Aylin yang hilang kendali dengan panik. Dia sudah beberapa kali memaksa cewek itu untuk pergi karena mereka tak menemukan Karla tapi yang ada dia malah dipermalukan oleh Aylin. Cewek itu memanggilnya babu berulang kali dan membuatnya jadi bahan tertawaan.

"Sial, ini kalo Arkala tahu gimana? Bisa berape hidup gue," gumam Angela ditengah keramaian. "Ya ampun, Aylin!" ujar Angela malu karena cewek itu sekarang sedang menari tidak karuan dan menjadi tontonan orang-orang disekitarnya.

"Lo ngapain di sini?"

Angela berbalik kaget karena seseorang menyentuh lengannya dan melihat Hades sedang melihatnya dengan tatapan menghakimi.

Angela meringis pelan. "Hades," bisiknya perlahan.

"Lo ngapain di sini?"

Angela menatapnya dengan bingung. "Hah?" Angela menoleh ke sekelilingnya dan mendengus. Gila, radio yang mereka setel berisik sekali. "KAMU NGOMONG APA? NGGAK KEDENGERAN?" teriaknya kemudian.

"NGAPAIN DI SINI?"

Angela menunjuk Aylin. "NEMENIN DIA!" jawabnya kemudian.

Hades menatap kemana Angela menunjuk dan mendelik kaget ketika melihat Aylin dipapah seseorang. Angela yang melihat wajah cemas Hades ikut menoleh dan melotot ketika cewek itu dibawa ke tempat lain. Shit, apa-apaan dia itu?

Angela menepuk-nepuk lengan Hades dengan kuat. "KEJAR, DES! KEJAR! GUE NGGAK PENGEN MATI DITANGAN BANG ARKA!" teriaknya sambil berlari.

Hades juga ikut berlari. Mereka membelah kerumunan manusia yang asyik bergoyang mendengarkan musik dari sang DJ dan berusaha mengejar Aylin.

Angela yang berhasil keluar dari klub mengacak rambutnya frustrasi. "Gila, cepet banget perginya! Lo kemana sih, Lin! Ngapain juga mau ikut sama orang gila itu?!" rutuknya geram. "Kalo ada apa-apa, mampus gue!" rutuk Angela panik.

"Des, cepet cari Aylin! Kita harus nemuin dia sebelum----"

"AKHHHH!"

Angela dan Hades saling bertatapan sebelum akhirnya berlari ke sumber suara yang letaknya di gang samping klub dan menemukan Aylin sudah bersama Arkala. Sementara cowok yang membawanya terkapar di tembok sambil memegangi lengannya yang patah karena ditendang Arkala.

Arkala mengendong Aylin dan membawanya pergi. Angela yang dilewati begitu saja menelan ludah gugup. Dia memegang tangan Hades dengan gemetar. "Des, kayaknya aku bakal dibunuh, deh. Doain aku, ya!" ujarnya pelan.

"Ngarang! Bang Arka nggak sekejam itu sama cewek!" sahut Hades menenangkan.

"Nggak sekejam itu gimana? Dia nyelakain tuh cowok dan ninggalin dia gitu aja, masa iya nggak kejem? Terus menurut kamu, dia bisa sekejam apa, hah?" tanya Angela tak habis pikir. Bagaimana mungkin Arkala tidak kejam? Dia tidak mengatakan apapun dan meninggalkan korbannya begitu saja di sana usai menyiksanya entah bagaimana.

Hades tak menjawab. Dia menatap cowok yang sedang kesakitan itu dengan prihatin. Hades memeriksanya dan meringis. "Gila, Bang Arka sadis banget," gumamnya pelan.

"Tuh 'kan! Dia itu cowok gila! Bisa-bisanya dia ngelakuin hal kaya gini."

Hades menatap Angela yang sedang mengomel dengan aneh. Dia mengusap tengkuknya yang tak gatal dan segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang yang bisa mengurus masalah ini. "Oi, The. Lo bisa dateng nggak? Ini Bang Arka abis bonyokin orang. Gue ngga bisa bawa pergi soalnya bawa cewek." Hades menoleh ke arah Angela yang sedang cemas mengigiti kuku jempolnya. "Iya, di tempat biasa."

Hades menarik tangan Angela dan membawanya pergi. "Loh, dia ditinggalin gitu aja? Kalo mati gimana?" tanya cewek itu panik.

"Enggak bakal mati. Cuma lengannya doang yang patah. Dua bulanan juga sembuh," balas Hades ringan.

Angela mencelos. Dua bulan? Gila! Memang sampai separah apa sampai membutuhkan waktu selama itu?

"Udah deh, biarin! Nanti temen gue yang ngurus. Yang penting sekarang, kita nyusul Aylin sama Bang Arka."

Angela mendelik. "Ya ampun! Bener juga! Nanti kalo Bang Arka diapa-apain sama Aylin gimana?!" pekiknya khawatir.

Hades mengernyit bingung. Heh! Yang harus dia khawatirkan temannya. Dia itu sedang mabuk dan dibawa pergi oleh seorang cowok, walaupun dia itu cowoknya, tapi bagaimana jika sesuatu terjadi padanya?! Dia tidak seharusnya percaya pada orang lain segampang itu.

Sementara Angela gelisah. Tidak, dia benar-benar serius saat mengatakan Arkala dalam bahaya. Aylin itu cewek gila! Dia bahkan lebih gila saat mabuk. Mereka pernah sekali tak sengaja mengambil wine milik ayah Aylin dan Aylin nyaris membakar satu rumah hanya karena kesal dengan seekor katak nyasar.

Sementara di sisi lain, Arkala kesulitan mengendalikan Aylin di mobil dan terpaksa berhenti di tepi jalan. "Lin, minum dulu, nih! Gila, lo minum berapa banyak sih?!!" hardik cowok itu marah.

Aylin sendiri tertawa terbahak-bahak. Dia menatap Arkala yang menurutnya terlihat seperti cumi-cumi dan sedang sibuk berbicara hingga terdengar suara blubuk-blubuk seperti dalam air.

"Ya ampun, cumi! Lucu banget!" Aylin mencubit pipi Arkala dan menariknya dengan cukup kuat hingga siempunya memekik kesakitan. "Cumi sayang, cumi! Lucu banget suaranya. Blubuk-blubuk, blubuk-blubuk! Hahaha...."

"Lin, sakit, Lin! Lepasin!"

"Hahaha ... Cuminya ngomong! Cuminya ngomong! Liat deh, Ka! Ka?! Arka dimana??!! Kenapa lo tinggalin gue sendirian? Arkala, hua ... Arkala!!"

Arkala menghela napas lelah. Dia mengelus-elus punggung Aylin yang menemplok padanya sambil menangis dengan pelan. "Gue disini, Lin. Ini Arkala. Cowok lo yang paling ganteng."

Aylin tak menyahut. Dia sibuk mendusel pada Arkala sambil menangis tidak jelas. Arkala bersumpah, dia tidak akan pernah membiarkan cewek ini mabuk lagi. Dia waras saja sudah gila, apalagi dalam keadaan seperti ini. Jika dia tidak datang, entah apa yang akan terjadi padanya.

Kepala bagian belakang Arkala terasa sakit mengingat apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Sebelum Arkala berhasil menghajar cowok sialan itu, dia sempat dipukul karena lengah. Arkala menyentuh kepalanya dan menatap tangannya sendiri.

Dia berdarah. Arkala menggeleng pelan. Cowok itu memastikan pandangannya dan segera mengambil ponsel untuk menghubungi Daniel. Dia mengkhawatirkan keselamatan Aylin jika dia mengendarai mobil dalam keadaan terluka.

"Ih cumi, kok kamu jadi bau ketek, ya? Kamu nggak mandi berapa hari sih?" tanya cewek itu sambil mengendus Arkala. "Eh, cumi nggak mandi ding. Dia kan di air hahaha ... Tapi cumi yang ini bau ketek."

Wajah Arkala berubah datar. Sialan, Aylin mengejeknya.

***

Maaf jarang update 🙏🏻😂😂

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now