15

16.5K 3.1K 234
                                    


Aku mulai gabut lagi, oh iya maaf masih nyantai alurnya. Ngga usah berekspektasi tinggi bakal nemuin adegan adus jotos dan gelut-gelut apalagi berdarah-darah. Ngga berniat mengarah ke situ. Tapi liat kondisi juga sih. Labil banget, hm. 😌

BANTU VOTE, KOMEN, TERUS SHARE KE TEMEN, TIKTOK, TWITTER, IG, ATAU KE SOSMED LAIN YUK 🙏🏻

MAKASIH ❤️

HAPPY READING

***

Pernah dalam suasana bernapas saja rasanya salah? Yap! Itulah yang sedang Aylin alami. Cewek itu memasang wajah jengkel dengan tangan mengapit kuat lengan Arkala.  Dia bukan sedang bermanja-manja ria melainkan tengah menunjukkan pada Arkala jika dirinya siap mencincang cowok ini usai acara ini selesai. Cewek itu menatap tiga orang dewasa dan satu remaja putri yang cantik jelita di hadapannya. Sial, Aylin bahkan mendadak insecure melihat betapa manisnya gadis itu.

Rambutnya yang hitam legam di kepang satu menyisakan beberapa helai di sisi kanan dan kiri. Wajahnya yang khas berdarah asia dengan tatanan mata yang bulat hitam. Bibir mungil yang cantik. Bulu matanya yang letik. Jangan lupakan juga tubuhnya yang proporsial terbalut gaun putih berkerah V tanpa lengan sepanjang lutut. Cewek itu tampak elok bak putri bangsawan.Dia sangat menawan. Berbanding terbalik dengan dirinya yang tampak tomboi karena memakai dress sederhana dipadukan sneakers putih dan sling bag hitam. Dia sengaja tidak memakai hak tinggi karena menyulitkannya namun jika tahu lawannya seperti itu mungkin dia akan berdandan habis-habisan. Tunggu, kenapa dia harus memikirkan itu sekarang di saat ada masalah lain di sini?

"Narendra, apa maksudnya ini?" sentak seorang pria paruh baya yang tinggi dan memiliki kontur wajah mirip Arkala dengan bulu-bulu tipis tertata rapi di dagu sampai ke pipi bagian belakang. "Kamu jangan main-main, Ndra!"

"Cewek aku, Yah." Arkala melepaskan lengannya yang kesemutan karena genggaman kuat Aylin kemudian beralih ke belakang cewek itu hingga tampak seperti memeluknya. "Namanya Aylin. Cantik 'kan, Yah?" tanyanya riang jauh berbeda dengan ekspresi wajah Aylin yang tampak malas dan ingin meninjunya.

"Saya ngga peduli dia siapa! Yang saya tanyain ngapain kamu bawa dia ke acara keluarga kita!" balasnya marah.

Arkala tergelak pelan. Dia menautkan jemarinya dengan milik Aylin dan mengangkatnya ke udara. "Dia calon keluarga kita juga, Yah. Jadi, boleh dong kalo Endra bawa dia ke sini?" ujarnya ringan tanpa beban.

Haris—ayah Arkala menghela napas lelah. Dia menatap tak enak dua orang di depannya yang melihatnya dengan wajah terhina. "Endra, ikut ayah!" ujarnya sambil berdiri.

"No." Arkala menggeleng. "Aku ngga bisa ninggalin Aylin sendirian di sini, Yah. Kalo dia di ngap setan, masa depan Endra gimana?" tanyanya sok imut.

Aylin menatap ngeri Arkala. "Udah stop. Drama lo jijik banget sih! Perut gue mual," lirihnya berbisik.

"Lo hamil?" tanya Arkala cukup keras.

"ENDRA!" teriak Haris kaget.

Sementara Aylin seketika kelabakan. "Eh-eh! Enggak, om. Saya ngga hamil! Ka, jangan ngawur deh!" ujarnya panik.

Arkala terkekeh melihat raut wajah Aylin yang baru lagi.

"Om Haris."

Mereka semua serempak menoleh pada perempuan muda yang sedari tadi duduk tenang di kursi. "Kita bisa makan dulu ngga? Salsa udah laper nih," katanya sambil terkekeh lucu.

I'm An Antagonist GirlTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon