36

5.3K 1K 137
                                    

Sebelum baca, vote dulu. 🤗
Happy reading!

***

Di suatu sore yang cerah dekat bangunan sekolah menengah pertama Dua Nusa ada tiga siswa sedang duduk tenang di bawah pohon. Bersantai ria dengan kesibukan masing-masing. Satu pemuda sibuk bermain kucing, satunya lagi sibuk membaca komik, kemudian yang tersisa asyik memakan berbagai jenis makanan.

"Kita bakal pisah sekolah. Gue pasti bakal kangen sama kalian," Arkala berujar dramatis.

"Najis." Daniel mengumpat. "Lagian, gue juga seneng banget bisa pisah sama monyet jahat kaya lo," sambungnya dengan ringan.

"Gue lagi ngomong sama Darren, bukan sama kutu babi kaya lo!" balas Arkala songong.

Darren mencibir tidak peduli

"Gue bakal masuk ke sekolah yang sama kaya Iyah," Darren berbisik pelan. Darren yang malu menunduk. "Gue pengen foto sama dia," lirihnya kecut. "Tapi Iyah nggak mungkin mau foto sama cowok gendut kaya gue."

Arkala mengernyit. "Kenapa? Lo tuh imut bukannya gendut. Apalagi lo kaya. Siapapun pasti suka, termasuk Iyah. Buktinya dia ngga pernah marah sama lo waktu lo ngajak bicara dia. Dia juga selalu ngerespon lo. Itu tuh kode kalo dua juga suka sama lo." Arkala meletakkan buku komiknya dan merangkul leher Darren dari belakang. "Heh, besok hari perpisahan sekolah, Ren. Lo belum tentu bakal ketemu lagi sama si Iyah di sma yang muridnya lebih banyak dari smp. Lo harus ngomong sama dia. Kalo bisa lo harus jadian sama dia, deh. Gue janji besok gue bakal bantuin lo buat jadian sama si Iyah."

"Jangan Ren! Jangan! Nanti kalo Arkala ikut campur semuanya jadi kacau, pergerakan lo bagus kok. Lo nggak harus deketin dia sekarang. Pelan-pelan aja!" celetuk Daniel memberi nasehat.

Arkala menendangnya hingga menjauh. "Nggak usah dengerin kutu ini. Gue pastiin deh, besok, si Iyah bakal terpesona sama lo!"

Mata Darren berbinar. Jadian? Dengan Iyah sang pujaan hati? Darren menoleh pada Arkala yang mengangguk dengan wajah meyakinkan. Daniel menggeleng, mengkode pada Darren untuk tidak menuruti bocah itu namun Arkala dengan sigap membungkam mulutnya dengan buku komik. Sementara Arkala diam-diam menyeringai bahagia. Dia akan melihat pertunjukan bagus besok pagi.

Acara sudah dimulai sejak satu setengah jam yang lalu. Sambutan-sambutan dari berbagai pihak sudah maju semua. Kini tinggal acara pertunjukan dari setiap kelas. Giliran kelas Darren, Arkala, dan Daniel akan segera tiba. Arkala sudah merencanakan sesuatu di atas panggung. "Arka, ini beneran? Nggak papa pake acara sekolah buat bikin surprise ke Iyah?" tanya Darren gugup. "Gue takut kena masalah."

"Ah, santai aja. Nggak bakal ada masalah. 'Kan ini pertunjukkan. Ya bilang aja bagian dari acara!" balasnya tenang sambil mengunyah apel yang dibawanya dari rumah. "Gue yakin seratus persen, dia nggak bakal nolak. Apalagi di depan umum. Yakin deh pasti di terima!"

"Kok lo seyakin itu? Gimana kalo gagal, bego!" tegur Daniel marah.

"Shhh ... Kalem! Okay! Semua bakal baik-baik aja. Gue udah minta bantuan Pak Ketu." Arkala menoleh pada seorang pemuda berpakaian sama sepertinya serba hitam dengan hiasan benang berwarna emas. Jangan lupakan selendang yang terikat di bagian pinggang. "Udah siap 'kan Ndra?" serunya sambil mengacungkan jempol ke udara.

"Siap, Ka. Kita lakuin kaya instruksi lo. Semua anak-anak juga udah setuju," sahutnya lantang.

"Tuh lihat! Lo nggak sendirian. Tenang aja. Oke?" ujar Arkala sambil memegang bahu Darren berusaha menenangkan cowok itu. "Yuk baris, giliran kita bentar lagi."

"Baik, mari kita saksikan persembahan dari kelas 9D! Tepuk tangan untuk semuanya!"

Suara tepuk tangan dibarengi oleh satu persatu murid maju ke atas panggung. Alunan suara gamelan disatukan dengan alat musik lain mengalun dengan sempurna. Satu persatu penari mulai berjoget sesuatu latihan. Selama beberapa saat mereka terus melakukan sama seperti yang diperintahkan oleh Ibu Elisa-wali kelas dari kelas ini. Tapi saat di penghujung lagu, tiba-tiba saja irama berubah menjadi pop.

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now