13

17.3K 3.2K 210
                                    

Maaf tidak bisa sering-sering update ✊🏻😭

BANTU VOTE, KOMEN, TERUS SHARE KE TEMEN, TIKTOK, TWITTER, IG, ATAU KE SOSMED LAIN YUK 🙏🏻

MAKASIH ❤️

HAPPY READING

***

Dia tidak pernah merasa semarah ini setelah hari itu. Perasaan yang berkecamuk dan membakar rongga dadanya terasa semakin kuat. Kepalan tangannya mengerat. Sorot matanya menajam menatap seorang pemuda yang sangat dia kenal. Sosok lama yang telah membuat perubahan besar dalam dirinya. Langkah kakinya dengan cepat menuju ke arah gerbang. Darren menarik adiknya ke belakang dan mendelik ke arah Arkala yang justru tersenyum padanya.

"Ngapain lo deket-deket adek gue!" sentaknya garang.

Arkala menatap Aylin yang kebingungan akan reaksi kakaknya dengan seringai licik seperti biasanya. "Well, dia cewek gue," balasnya santai.

"PUTUSIN!" Darren berteriak keras. "Kriminal sampah kaya lo ngga pantes buat adek gue!"

Aylin melihat Darren dengan kaget. Dia tidak pernah melihat Darren semarah ini. Bahkan kemarahannya yang dia tidak tahu alasannya pun membuat tubuhnya tanpa sadar gemetar karena takut. Aylin meringis merasakan cengkeraman Darren semakin kencang. Ini menyakitkan. Dia ingin berteriak namun lidahnya terasa kelu dan tenggorokannya mengering hingga yang bisa dia lakukan hanyalah diam sembari menahan sakit.

Arkala yang mengawasi di atas motor gadis itu melihat perubahan ekspresi Aylin. Cukup mengejutkan. Ini pertama kalinya dia melihat itu. Namun, dia tidak suka. "Tangan lo, bego! Lo nyakitin cewek gue!" singgungnya dingin.

Darren terkesiap sadar dan spontan melepaskan cengkeramannya. Darren menoleh dan menatap Aylin yang memegangi pergelangan tangannya yang memerah. Tidak ada penyesalan karena telah melakukan hal itu pada Aylin. Ini justru akan menjadi pengingat untuknya dan juga Aylin sendiri. Rahang Darren mengetat. Dia marah pada dirinya sendiri karena telah lengah ketika menjaga adiknya hingga dia bisa bertemu dengan orang ini. "Masuk, Lin!" titahnya.

"Tapi, Kak."

"Aylin, ngga usah bantah gue bisa 'kan!" Darren bertanya, namun intonasinya sama sekali tidak menunjukkan jika dia sedang membutuhkan jawaban. Pemuda itu justru seperti menegaskan jika 'ya' adalah jawaban yang dia mau. Tetapi Aylin tidak bisa menyerah begitu saja. Aylin sudah berpikir. Keberadaan Arkala mungkin akan membantunya di masa depan. Jadi, dia harus memastikan segalanya sebelum sesuatu yang salah terjadi nantinya. Antisipasi itu perlu.

"Ngga bisa, Kak. Gue harus tau apa yang terjadi diantara kakak gue dan cowok gue!" balasnya kukuh.

Darren mendengus marah. Dia memejamkan matanya dan berusaha mengatur emosinya yang semakin lama berteriak meminta dimuntahkan lebih jauh lagi. Namun, akal sehat Darren berusaha keras mengingatkannya tentang siapa yang dia lawan saat ini. "Aylin, gue mohon. Lo pergi dulu, ya?" Darren meminta lagi, kali ini nadanya tak seketus tadi. Dia berbicara lebih lembut walau tak menghilangkan unsur memaksa di dalamnya. Tetapi Aylin adalah Ranika. Dia bukan gadis yang mudah menyerah. Gadis itu dengan keras kepala justru berdiri di samping Arkala yang masih tersenyum berkat ucapan Aylin beberapa saat yang lalu.

"Ngga bisa. Gue berhak tahu!" sergahnya keras kepala.

Darren menatap tajam adiknya namun Aylin malah balas melihat dengan tatapan menantang. Arkala memiringkan kepalanya dan bersandar di bahu Aylin hingga membuat gadis itu terperanjat kaget namun tak menyingkir. "Dia pengen tahu, Ren. Lo ngga mau kasih tahu? Lagian, itu bukan hal yang memalukan loh."

I'm An Antagonist GirlWhere stories live. Discover now