Part 17🌻

51.2K 6.4K 242
                                    

Rasa canggung itu masih tersisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa canggung itu masih tersisa. Krystal lebih sering menghindari tatapannya dari Damian. Krystal juga berencana untuk menghabiskan waktunya di luar demi mempersingkat waktu pertemuannya dengan Damian.

Sama halnya seperti sekarang, Krystal pergi satu jam lebih awal demi menghindari Damian. Akibatnya, dia duduk sendirian di dalam kelas. Ditemani oleh makanan ringan dan minuman yang sempat dibelinya di kantin.

Krystal duduk di dekat jendela seraya menikmati waktu tenangnya. Menatap para mahasiswa yang berlalu lalang di halaman kampus.

Rasa iri menghinggapinya melihat para mahasiswa saling bercanda ria dengan teman mereka taanpa beban.

Andaikan saja Cathleen dan Iris tidak mengkhianatinya, sudah pasti ia bisa bercanda ria juga dengan keduanya. Menghabiskan banyak waktu bersama. Karoke, makan bersama, buat tugas bersama, healing bersama, dan kegiatan lainnya.

"Krystal." Panggilan seseorang membuat pandangan Krystal teralihkan. Keningnya mengernyit heran melihat sosok asing di matanya lantaran belum pernah bertemu di kehidupan sebelumnya.

"Boleh tanya sesuatu?"

Krystal berdehem pelan. "Boleh."

Gadis itu seketika bersemangat mendengar jawaban Krystal. "Bagaimana perasaanmu setelah dikhianati oleh kedua sahabat dan pacarmu di waktu bersamaan?"

Krystal menatapnya aneh. Tentu saja perasaannya sangat kacau karena dikhianati oleh orang-orang yang dipercayainya.

"Aku lihat kau tidak menunjukkan keterpurukan atau pun sakit hati. Jadi, apa rahasianya supaya bisa tetap terlihat biasa saja?"

"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa urusanmu?!" Ketus Krystal.

Gadis itu mencebik kesal. "Aku penasaran sekaligus kagum melihat gadis sekuat dirimu. Memangnya salah kalau aku bertanya seperti itu padamu?"

Krystal diam. Tak menjawab.

"Oh ya, kemarin-kemarin aku melihatmu bersama Damian. Kau ada hubungan apa dengannya?"

Krystal tersenyum sinis. "Jadi ini tujuanmu mendekatiku? Kau ingin menanyai tentang Damian? Kau menyukainya?"

Gadis cantik di hadapan Krystal tersenyum geli. "Kau cemburu, Krystal?"

Krystal berdecak kesal. "Untuk apa aku cemburu?! Kalau kau menyukainya silahkan saja! Goda dan rebut lah dia dariku seperti Iris menggoda William!" Ucapnya tajam.

"Masalahnya, aku ini keponakan Damian. Jadi bagaimana mungkin aku menggoda pamanku sendiri?"

Krystal terhenyak kaget mendengar penuturan gadis di hadapannya.

"Ya ampun, Vina! Kenapa kau nyasar ke kelas ini?! Kelas kita di sebelah!" Teriak seorang pria di ambang pintu kelas Krystal.

Gadis itu mengedipkan sebelah matanya ke Krystal. "Namaku Lavina. Ingatlah namaku dan sampai jumpa lagi." Berlari ke arah pria tadi. Meninggalkan Krystal yang menggelengkan kepala heran melihat tingkah manja Lavina pada pria yang Krystal tebak sebagai kekasih gadis itu.

Senyuman iri mendadak muncul di bibir Krystal akibat melihat keromantisan mereka yang terlihat begitu murni dan tak dibuat-buat.

Namun ia berusaha mengenyahkan pemikirannya itu dan buru-buru duduk di kursi karena melihat ada orang yang datang ke kelas.

Lagi-lagi dia dihampiri. Kali ini segerombolan anak perempuan yang menghampirinya dengan wajah penasaran sekaligus prihatin.

"Kenapa kau bisa dikhianati oleh Cathleen dan Iris, Krystal? Padahal ku lihat hubungan kalian sangat dekat sebelumnya."

"Apa kau tidak menyadari gelagat aneh mereka selama ini?"

"Darimana kau mendapatkan foto pacar dan sahabatmu itu?"

"Apa benar William berpacaran denganmu hanya karena ingin memanfaatkan hartamu?"

"Jangan-jangan selama ini William selalu mengandalkan uangmu. Apakah tebakanku benar?"

"Bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan William?"

"Kalau mereka meminta maaf padamu, apakah kau akan memberikan kesempatan kedua?"

Krystal memijit kepalanya yang mendadak pusing akibat dicerca oleh banyak pertanyaan. "Bisakah kalian bertanya satu-satu?" Keluhnya.

"Jawab saja, Krystal! Kami sangat penasaran setelah melihat semua berita itu!" Desak mereka.

"Astaga! Iya, iya! Aku akan menjawab pertanyaan kalian tapi satu-satu yang bertanya."

"Baiklah. Kami akan bertanya satu-satu dan kau harus menjawabnya. Sejujur mungkin!"

Dan pagi itu, Krystal pun mendadak menjadi narasumber untuk para wartawan kelasnya.

Berbagai pertanyaan pun diterimanya karena mereka tak pernah puas atas jawaban yang diberikannya.

Untungnya tak lama setelah itu dosen masuk ke dalam kelas dan menghentikan sesi acara tanya jawab mereka secara paksa.

Bersambung...

firza532

Krystal's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang