Part 55🌻

25K 3.2K 200
                                    

Vote sebelum baca⭐

Siang ini, cuaca sangat panas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Siang ini, cuaca sangat panas. Matahari bersinar begitu terik. Tidak ada awan yang menutupi langit sedikit pun.

Di bawah terik matahari, tampak lah tiga orang perempuan yang berwajah lesu. Keringat sudah membasahi kening dan punggung mereka.

"Cepatlah, guys! Panas banget nih." Keluh Lavina menyeruakkan isi pemikirannya.

"Sabar, sabar. Kakiku sedang sakit." Ringis Maudy. Menahan sakit di kakinya.

Sebenarnya bisa saja dia absen tapi tak bisa mengingat reputasinya sebagai pertukaran mahasiswa.

Apa kata orang nanti anak pertukaran mahasiswa suka membolos kuliah?!

"Kenapa bisa sakit?" Tanya Krystal heran. Padahal seingatnya keadaan Maudy baik-baik saja kemarin.

"Aku tergelincir di kamar mandi dan kakiku menjadi terkilir. Aku belum sempat mengurut kakiku karena takut terlambat masuk kuliah."

"Astaga." Kaget Krystal.

"Lebih baik kita segera membawa Maudy ke rumah sakit." Usul Lavina.

"Tidak perlu ke rumah sakit. Cukup ke tukang urut saja pasti langsung sembuh."

"Hah? Tukang urut?" Heran Krystal.

Maudy tersenyum geli melihat wajah heran Krystal. "Di Indonesia kami lebih sering datang ke tukang urut untuk mengatasi kaki terkilir daripada datang ke rumah sakit."

Krystal ber-oh ria meskipun heran. Biasanya kan dokter yang mengobati, bukan tukang urut. Begitulah pemikirannya.

"Orang yang kakinya sakit itu digendong, bukan diwawancarai." King mendadak muncul di tengah-tengah mereka dan menggendong Maudy begitu saja.

Maudy melotot kaget atas tindakan sembrono King. "Cepat turunkan aku!" Titahnya seraya berusaha memberontak tapi King malah mengeratkan pegangannya.

King menggeleng tegas. "Jangan memaksakan diri untuk berjalan, nanti kakimu malah semakin sakit."

"Bukan urusanmu." Ketus Maudy.

"Ini urusanku juga karena kau pacarku. Mana mungkin aku tega melihat pacarku kesakitan."

Mata Maudy membola kaget mendengar perkataan nyeleneh pria yang dianggapnya bocil itu. "Sejak kapan aku menjadi pacarmu?!"

"Sejak kemarin."

"Jangan halu!"

"Aku tidak halu. Bukannya kemarin kau yang mengajakku berpacaran?"

Maudy menjambak rambut King gemas. "Anjir! Kau habis makan apa sampai halu tingkat dewa? Baygon?!"

King tersenyum sok polos. "Sudahlah, kak. Jangan mengelak lagi. Mulai sekarang kau pacarku dan aku pacarmu. Aku milikmu dan kau milikku."

Maudy menggeram kesal. "Cepat turunkan aku bocil! Aku sibuk! Tidak punya waktu untuk meladenimu!" Teriaknya kesal.

King tetap menggeleng, keras kepala. "Aku akan menurunkanmu kalau sudah sampai di rumah sakit."

"Kau tuli, hah?! Cepat turunkan aku!!" Maudy menggerakkan kakinya bar-bar supaya King kewalahan namun pria itu tak terlihat kewalahan sedikit pun.

"Diamlah atau aku akan menciummu, kak." Ancamnya dengan wajah serius. Membuat Maudy terdiam seribu bahasa.

"Dasar bocil aneh! Akibat kebanyakan makan micin nih. Jadi otaknya ikutan konslet." Umpatnya dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, Krystal dan Lavina yang menjadi penonton menggelengkan kepala tak habis pikir.

Keberadaan mereka bagaikan makhluk halus di mata King. Ada tapi tak terlihat.

"Adikmu itu kenapa? Kemarin menggodaku, sekarang malah menggoda Maudy."

Lavina mengendikkan bahu cuek mendengar celetukan Krystal. "Aku sendiri pun juga tidak tahu kenapa dia menjadi sebuaya itu. Menggoda setiap perempuan yang ditemuinya. Mungkin kalau aku bukan kakaknya, sudah menjadi targetnya juga."

"Untung saja kau kakaknya. Jadi, selamat dari godaannya."

"Dan untung saja kau calon istri kakakku. Jadi, selamat dari godaannya juga karena dia sangat takut ke pamanku."

Keduanya terbahak.

"Tapi, bagaimana nasib Maudy? Dia tidak akan kenapa-napa kan di tangan King? Maksudku, King tidak akan melecehkannya, 'kan?" Tanya Krystal cemas.

Lavina menepuk pundak Krystal pelan. "Tenang saja. Meskipun adikku buaya darat, dia tidak akan berani melecehkan perempuan."

Krystal menghela nafas lega. "Baguslah kalau begitu."

Wanita cantik itu mendadak terdiam melihat sosok yang sangat dikenalinya. Sosok itu berjalan menghampirinya dengan wajah penuh senyuman.

Krystal mengucek matanya sendiri. Memastikan bahwa ia tak salah lihat.

"Uhuk!! Paman posesifku sudah menjemputmu. Pasti dia takut kau keluyuran." Goda Lavina seraya menyenggol lengan Krystal sedangkan Krystal menghela nafas kesal.

Niat hati ingin nongkrong dulu di cafe, malah dijemput oleh suami tercintanya. Gagal sudah niatnya.

"Kenapa kau ke sini?" Tanya Krystal tanpa sadar kala Damian sudah berada di hadapannya.

Mata Damian memicing kesal mendengar pertanyaan istrinya. "Kau tidak suka aku ke sini? Kau bosan melihatku terus? Ingin mencari penggantiku? Jangan harap, amour! Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kau hanya milikku. Milikku!" Tekannya.

Krystal menghela nafas kesal. "Terserah." Berlalu begitu saja, melewati Damian.

"Tunggu, amour! Kau belum menjawab pertanyaanku!!" Teriak Damian, menyusul Krystal.

Sementara itu, Krystal semakin mempercepat langkah kakinya supaya tak terkejar oleh Damian. Akan tetapi, bukan Damian namanya kalau diam saja sebelum Krystal tertangkap.

Kini, tinggallah Lavina seorang diri di tengah lapangan. Bertemankan terik matahari, bermandikan keringat, dan berlatarkan orang bermesraan.

"Sungguh malang sekali nasib jomblo sepertiku." Lirihnya dengan wajah merana.

"Oh, Acer. Cepatlah menjadikanku pacarmu. Aku lelah terjebak dalam friendzone terus. Aku ingin punya status lebih denganmu." Bisiknya gemas.

Matanya mengerjap kaget melihat kehadiran Acer. Sahabat yang dicintainya diam-diam selama ini. Jantungnya berdegup kencang karena kehadiran mendadak pria tersebut.

"Aku ingin mengatakan hal penting padamu, La," kata Acer sembari mengenggam tangan Lavina. Raut wajahnya tampak gugup dan salah tingkah.

Lavina pun ikut salah tingkah. Menduga Acer ingin menyatakan perasaan padanya.

"Aku sudah jadian dengan Vee, sahabatmu!! Ah!! Betapa bahagianya aku, La!" Jerit Acer bahagia dan memeluk tubuh Lavina erat untuk meluapkan kebahagiaannya. Beberapa detik kemudian melepaskan kembali pelukannya karena takut menyakiti sahabatnya.

"Astaga!! Kenapa kau menangis, La? Kau kenapa? Aku memelukmu terlalu erat? Aku menyakitimu?" Tanya Acer kaget sekaligus panik.

Lavina mengusap air matanya lemah. "Bodoh! Ini air mata bahagia. Aku ikut bahagia untukmu karena berhasil mendapatkan sahabat baikku itu." Tekannya di kata sahabat baikku.

Ia sungguh kecewa mengetahui Vee menikungnya dari belakang di saat Vee sendiri pun tahu bagaimana perasaannya pada Acer. Bahkan Vee sendiri juga tahu bagaimana perjuangannya untuk membuat Acer sadar pada perasaanya.

'jadi, inilah rasanya dikhianati oleh sahabat sendiri? Sungguh menyakitkan dan menyebalkan!'

Bersambung...

12/5/22

firza532

Krystal's RevengeWhere stories live. Discover now