Part 35🌻

34.4K 5K 201
                                    

Vote dan komen jangan lupa✌️💛

‍Perjalanan menuju Swiss berjalan lancar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

‍Perjalanan menuju Swiss berjalan lancar. Jet pribadi Damian mendarat dengan selamat. Pria tampan itu membuka matanya. Kemudian, menoleh ke samping. Menatap wajah istrinya yang sedang tertidur pulas di bahunya. Pelukannya mengerat di pinggang Krystal seolah takut gadis itu akan kabur darinya.

Bibirnya mengukir senyuman manis. Tangan hangatnya perlahan menyentuh pipi Krystal dan mengusapnya pelan.

'akhirnya setelah sekian lama, aku mendapatkan kesempatan untuk pergi liburan bersamamu, amour' batinnya.

Tatapannya begitu intens. Mengamati setiap lekuk wajah Krystal yang terpahat sempurna.

Betapa cantik dan mempesona gadisnya, layaknya bunga sakura di musim semi, baik dulu maupun sekarang.

Wajah mungil nan imut, dilengkapi oleh alis melengkung sempurna seperti dilukis, bibir merah alami seperti kelopak mawar merah, bulu mata panjang dan lentik, serta hidung mungil nan mancung.

Di matanya, Krystal lebih sempurna dibandingkan perempuan lain di dunia ini.

Baginya, memiliki Krystal bagaikan memiliki dunia dan seisinya. Sangat sulit dan hampir mustahil.

Namun, berjuang adalah pilihannya. Sampai kapan pun, ia akan terus berjuang, mempertahankan Krystalnya. Meski dunia menentang, meski takdir memisahkan, atau pun Krystal sendiri yang memohon dilepaskan. Akan terus dia jaga sampai hembusan nafas terakhirnya.

Cukup delapan tahun ia memendam perasaannya. Mencintai dari jauh seperti orang bodoh dan mengawasi setiap gerak gerik gadisnya layaknya penguntit.

Sekarang, dia ingin mencintai dari dekat dan mengawasi secara terang-terangan.

"Tuan, kita sudah sampai," kata bawahannya melihat Damian tak kunjung keluar.

"Aku tahu."

Pandangan orangnya mendadak tertuju pada Krystal. Dalam sekejap mata, ia langsung paham situasi dan kondisi. "Tuan, saya bisa membantu Anda menggendong nyonya ke dalam mobil." Menawarkan bantuan.

Akan tetapi, bukannya mendapatkan ucapan terima kasih, si bawahan malah mendapat tatapan tajam dari Damian. "Kau ingin tanganmu dipotong?"

Damian begitu posesif. Tak rela membiarkan istrinya di sentuh oleh orang lain walaupun bertujuan membantunya.

"Maaf, tuan." Menunduk takut dan mundur secara teratur sebelum tangannya benar-benar dipotong.

Siapa yang tidak tahu?! Tuannya itu sangat kejam! Jangankan memotong tangannya, memotong lehernya saja sangat memungkinkan.

Damian kembali menatap Krystal kala merasakan pergerakan dari istri cantiknya. "Dingin sekali,"

Gumaman Krystal membuat Damian langsung sigap membalut tubuh Krystal dengan jaketnya.

Damian menatap Krystal, ingin mengajak berbicara namun ternyata istrinya masih tidur.

Pria tampan itu tersenyum kecil. Lantas mendaratkan kecupan singkat di dahi Krystal. "Tidurlah yang nyenyak amour supaya nanti kita bisa mengelilingi Swiss."

Ia menggendong tubuh Krystal secara hati-hati dan keluar dari jet pribadi. Bersiap pergi ke hotel supaya tidur Krystal lebih nyaman.

****

Tidur nyenyak Krystal mulai terusik. Matanya mulai terbuka. Menunjukkan iris hijau yang mempesona. "Aku dimana?" Tanyanya linglung.

"Di Swiss, amour."

Suara Damian membuatnya terlonjak kaget dan tersadar sepenuhnya.

"Ayo kita makan dulu, kau pasti sudah lapar."

Krystal mengerjap pelan mendapati perhatian Damian. Bahkan pria itu kini sudah mengeluarkan berbagai macam makanan dari kantong plastik. Menyusunnya dengan rapi di atas meja.

Aroma makanan yang dibeli Damian sangat menggoda hidung dan perutnya hingga ia pun bergegas mendekati Damian. "Terima kasih, Damian." Soraknya ceria seraya memeluk tubuh Damian tanpa sadar.

Damian tersenyum bahagia mendapati wajah ceria dan pelukan singkat dari istri kecilnya.

"Aku boleh makan sekarang?" Pertanyaan Krystal yang seperti anak kecil membuat Damian tersenyum gemas.

"Tentu saja boleh, amour. Makan lah sepuasmu. Kalau makanan ini tidak cukup, aku akan membelikannya lagi untukmu."

Krystal tersenyum manis. "Kau sangat baik. Sekali lagi terima kasih."

Damian mengusap puncak kepala Krystal lembut. "Tidak perlu berterima kasih, amour. Melihatmu senang saja sudah cukup bagiku."

Krystal tersenyum lagi. Namun kali ini tak membalas perkataan Damian karena makanan sudah begitu menggodanya. Menarik perhatiannya.

Krystal melahap semua makanan di atas meja secara satu persatu sedangkan Damian menggelengkan kepala heran melihat nafsu makan Krystal yang sangat meningkat hari ini. Biasanya istri cantiknya itu tak begitu gila makan.

"Setelah ini, kau ingin pergi kemana, amour?"

"Hm, aku ingin ke Danau Lugano. Katanya di sana sangat indah."

Danau Lugano adalah sebuah danau glasial yang terletak di perbatasan selatan Swiss dan Utara Italia. Nama danau ini disebutkan untuk pertama kalinya oleh Gregory dari Tours pada tahun 590 dengan nama Ceresio, berasal dari bahasa latin cerasus, yang bermakna Cherry dan mengacu pada banyaknya pohon sakura yang menghiasi tepi danau.

Danau ini sangat terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan. Air danau cukup jernih dan berwarna biru tua. Pemandangan disekitarnya pun sangat indah, terlebih banyak kastil kuno, gereja, dan vila.

"Mau pergi setelah makan?"

Krystal mengangguk penuh semangat. "Mau!"

Lagi-lagi Damian dibuat tersenyum oleh sifat penuh semangat Krystal.

"Eh, tapi, sepertinya lebih asik ke jungfraujoch. Di sana bisa main ski."

Krystal mendadak ragu atas pilihan awalnya.

"Tempat itu sangat dekat dari sini. Nanti kau bisa bermain sepuasnya di sana sampai malam menjemput." Komentar Damian.

"Benarkah?" Mata Krystal berbinar-binar layaknya anak kecil.

Damian mengangguk gemas.

"Kalau begitu, kita ke sana saja!!" Sorak Krystal semangat 45.

Damian yang tak kuat melihat tingkah menggemaskan Krystal langsung mengecup bibir istrinya itu. "Lanjutkan makan siang mu atau aku yang akan memakanmu."

Krystal terdiam dan refleks membuang pandangannya ke arah lain dengan pipi bersemu merah.

Entah karena malu atau karena cuaca yang dingin.

Bersambung....

firza532

Krystal's RevengeWhere stories live. Discover now