Part 27🌻

43.6K 6.3K 1K
                                    

‍Senyuman sinis muncul di bibir Krystal mengetahui Iris, Cathleen, dan William tak ada yang berani datang ke kampus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

‍Senyuman sinis muncul di bibir Krystal mengetahui Iris, Cathleen, dan William tak ada yang berani datang ke kampus.

Krystal tebak, mereka pasti takut dihina dan dihujat semua orang di kampus. Makanya mereka memilih libur kuliah.

Suasana di kampus terasa cukup membosankan karena orang yang menjadi trending topik absen ke kampus.

Setelah jam kuliahnya berakhir, Krystal langsung pulang ke rumah untuk mempermainkan Joana dan Deandra. Lagipula ia masih punya mainan di rumah untuk menghilangkan rasa bosannya.

Setiba di rumah, dia langsung masuk ke dalam ruangan Joana dan Deandra di siksa.

Namun, alangkah terkejutnya ia saat mendapati Deandra bunuh diri. Gadis itu menyayat lehernya dengan pisau. Entah darimana Deandra mendapatkan pisau tersebut. Ia mengambil pisau dalam genggaman Deandra.

"Puas kau melihat kakakku mati?" Tanya Joana dingin.

Krystal tersenyum manis. "Sangat puas!" Kekehnya tanpa beban.

Joana mengepalkan tangan kesal.

"Dan aku akan lebih puas lagi kalau kau mati juga seperti kakakmu."

"Bunuhlah aku kalau begitu!" Tantang Joana tak gentar.

Krystal tersenyum penuh arti. Melemparkan pisau yang dipegangnya ke arah Joana. "Aku tidak akan membunuhmu tapi kau lah yang akan membunuh dirimu sendiri."

Joana mengerutkan kening heran mendengar ucapan ambigu Krystal.

Tiba-tiba Krystal mematikan lampu dalam ruangan sehingga membuat Joana menjerit histeris.

Dari dulu, Joana sangat phobia dengan kegelapan. Ia bisa tak terkendali jika berada dalam kegelapan.

"Cepat hidupkan lampunya!!" Teriak Joana sekuat tenaga.

Di dalam kegelapan, Krystal menyeringai keji. "Nikmatilah sisa hidupmu dalam ruangan gelap ini, Joana. Dan bertahanlah kalau kau sanggup."

****

Damian membanting berkas yang dipegangnya. Wajahnya tampak sangat murka, membuat orang-orang di dalam ruangan ketakutan dan tak berani bergerak seinchi pun. Bahkan ada di antaranya yang menahan nafas saking takutnya kena amuk Damian.

Begitu lah Damian Gerald Benedict. Boss yang menakutkan sekaligus mengerikan karena sangat tegas dan tak menoleransi kesalahan sekecil apapun.

Pria berusia 28 tahun itu sangat ditakuti oleh seluruh karyawan. Tidak ada yang berani menatap wajahnya secara terang-terangan.

Andai kata gaji perusahaan tidak semenggiurkan sekarang, sudah pasti mereka akan berbondong-bondong keluar dari perusahaan.

Namun, apalah daya, gaji di perusahaan ini sangat menggiurkan. Gaji yang ditawarkan perusahaan 2x lipat daripada perusahaan lain. Belum lagi bonus dan tunjangan-tunjangan lainnya yang sangat menjamin.

Tentu pilihan yang sangat tepat untuk bekerja di sini dalam segi finansial, meskipun harus mendadak menderita tekanan batin kalau melakukan kesalahan.

"Data yang kalian buat banyak yang salah! Apakah kalian asal memasukkan data, hah?!" Amuk Damian sedangkan tangannya bergerak merobek berkas yang dipegangnya.

Semuanya terdiam mematung melihat Damian murka sedangkan di dalam hati mereka berdoa supaya selamat dan bisa pulang ke rumah dengan aman damai.

"Kalau kalian sudah bosan bekerja, silahkan mengundur diri! Saya tidak butuh karyawan lalai seperti kalian!"

Salah satu di antaranya memberanikan diri berbicara. "Maafkan kelalaian kami, pak. Tapi kami janji tidak akan mengulanginya lagi," kata ketua tim yang bertanggungjawab secara hati-hati.

"Baiklah. Kali ini saya maafkan. Cepat ubah data kalian dan serahkan ke saya sebelum jam 5 sore."

Semuanya saling berpandangan dan menelan saliva kasar. Waktu mereka mengubah semua itu hanya satu jam. Gila bukan?!

Suasana dingin nan mencekam di dalam ruangan seketika dihentikan oleh bunyi ponsel Damian.

Para karyawan melongo tak percaya melihat Damian tersenyum lebar ke arah layar ponselnya. Mereka bahkan sampai mengucek mata mereka untuk memastikan salah lihat atau tidaknya.

"Halo, amour. Kenapa kau menelponku?"

Semuanya mengangguk mengerti mendengar kata 'amour' yang keluar dari mulut Damian.

'pantas saja bos kayak orang lain. Ternyata dapat telpon dari pacarnya.' batin mereka.

"...."

"Sedang di kantor, amour. Memangnya kenapa?"

"...."

"Ohh, oke. Aku akan membelikannya untukmu. Apa ada lagi yang kau inginkan?"

"..."

"Tunggu sebentar, amour. Aku akan segera pulang."

Damian keluar dari ruangan begitu saja tanpa mempedulikan para bawahannya karena sekarang, semua perhatiannya hanya tertuju pada Krystal.

"Jadi, boss kejam kita sudah punya kekasih?" Celetuk seseorang saat Damian sudah pergi.

"Sepertinya begitu."

"Beruntung sekali gadis yang mendapatkan hati Pak Damian."

"Iya. Dia beruntung sekali. Apalagi Pak Damian sangat baik dan lembut padanya. Ah, aku jadi iri!! Andaikan saja aku bisa menggantikan posisi gadis itu!"

"Jangan bermimpi, Lea!"

"Hei! Kau ini kejam sekali. Mematahkan impianku sebelum aku berjuang."

"Tidak usah berjuang karena sampai kapan pun Pak Damian tak akan pernah melihat keberadaanmu."

"Sudah, sudah. Lebih baik kita segera memperbaiki pekerjaan kita daripada besok kena amuk pak boss lagi."

Bersambung...

firza532

Krystal's RevengeWhere stories live. Discover now