02. Gadis Yang Mencuri Mangga

8.1K 1.3K 98
                                    


Mama, just killed a man

Put a gun againts his head, pulled my trigger, now he's dead

Mama, life had just begun

But now I've gone and thrown it all away

Bohemian Rhapsody - Queen (1975)

Hanya ada satu orang di dunia ini yang memanggilnya Kala alih-alih Kalandra, atau Andra. Kalandra tahu persis siapa. Bahkan, ia masih dapat menghadirkan senyum itu dalam ingatannya. Dan ingatan tentang gadis itu, membawanya berlari ke luar gedung seperti orang kesetanan, melewati Kinar dan pegawai lain yang terheran-heran.

Di luar, langit sudah mulai menggelap. Lampu jalan di depan gedung telah menyala. Becak-becak yang biasanya mangkal di barisan pohon rindang di seberang jalan sudah memulangkan diri. Kalandra berdiri di tepi jalan itu, menoleh ke kiri dan kanannya. Selain sedan dan motor yang sesekali lewat, tidak ada apa-apa. Tidak ada tanda-tanda gadis itu.

Dia telah pergi sepenuhnya.

Atau tidak sepenuhnya.

Kalandra menunduk, sekali lagi memperhatikan isi kotak yang secara tidak sadar dibawanya sejak tadi. Gadis itu meninggalkan barang-barang ini, dan surat. Dan bersama mereka, gadis itu juga meninggalkan beban kenangan yang Kalandra pikir ... telah dia akhiri sejak lama.

Sepulang kerja, Kalandra singgah sebentar petang itu di rumah berpagar putih dengan dua pohon bougenville menghiasi halamannya, kediaman Sofia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepulang kerja, Kalandra singgah sebentar petang itu di rumah berpagar putih dengan dua pohon bougenville menghiasi halamannya, kediaman Sofia. Mengembalikan rantang makanan, niatnya. Gadis itu kemudian dengan tersipu-sipu menghidangkan teh hangat dan biskuit kaleng yang tersusun rapi di atas piring porselen putih. Lalu, mereka berdua duduk dengan tenang di teras rumah, di atas pasangan kursi rotan, menatap bunga kertas di halaman.

Tidak banyak kata yang ditukar di antara keduanya. Dan setelah beberapa menit yang dilalui dalam kediaman, Kalandra menjadi orang pertama yang memecah kebisuan itu.

"Makanannya enak," katanya, dengan tulus memuji semur daging buatan gadis itu untuk bekal makan siangnya tadi. "Benar-benar sudah pantas dipanggil istri idaman."

Sofia menjadi semakin tersipu. Ia mengaitkan rambut hitam ikalnya yang jatuh ke wajah ke belakang telinga sembari mengangguk, tidak berani menatap Kalandra lama-lama. "Terima kasih," cicitnya pelan, tersenyum sebentar ke arah Kalandra dengan wajah yang sedikit memerah. "Tidak sia-sia ikut kursus memasak yang disarankan Tante Caroline."

Kalandra tersenyum, lantas mencubit pipi gadis itu gemas. "Kalau begitu ... sampai jumpa Sabtu ini?"

Kali ini, Sofia menatapnya mantap. "Hm, Sabtu ini. Jangan lupa. Aku akan pakai baju merah yang kau belikan kemarin."

Senjakala, 1977Where stories live. Discover now